Drama seputar kasus naturalisasi ilegal Timnas Malaysia kini memasuki babak baru setelah AFC, melalui perwakilannya, memberikan jawaban singkat terkait gugatan resmi Nepal ke FIFA. Kontroversi ini berpotensi besar mengubah dinamika persaingan di kualifikasi dan menarik perhatian luas di kancah sepak bola Asia.
Kilas balik ke Maret lalu, Timnas Nepal harus menelan kekalahan 0-2 dari Timnas Malaysia dalam laga kedua Grup F Kualifikasi Piala Asia 2027. Pertandingan yang digelar di Stadion Sultan Ibrahim itu menjadi sorotan ketika dua gol Malaysia dicetak, salah satunya oleh Hector Hevel. Hevel, yang saat itu baru melakukan debutnya sebagai pemain keturunan Malaysia, kini menjadi pusat perdebatan terkait status legalitasnya.
Isu ini semakin memanas saat Malaysia kemudian mengumumkan kehadiran enam pemain keturunan tambahan menjelang laga kedua melawan Timnas Vietnam. Mereka adalah Gabriel Palmero, Facundo Garces, Rodrigo Holgado, Imanol Machuca, Joao Figueiredo, dan Jon Irazabal. Keenam pemain tersebut turut berperan dalam kemenangan telak 4-0 Malaysia atas Vietnam di Stadion Nasional Bukit Jalil pada 10 Juni. Keterlibatan para pemain ini memicu Vietnam untuk secara resmi meminta FIFA melakukan penyelidikan mendalam.
Hasil investigasi FIFA berujung pada sanksi tegas bagi Asosiasi Sepak Bola Malaysia (FAM) dan ketujuh pemain yang namanya disebut. Mereka diduga kuat melanggar Pasal 22 Kode Disiplin FIFA (FDC) mengenai pemalsuan dokumen. Konsekuensinya, ketujuh pemain naturalisasi Malaysia tersebut dijatuhi larangan beraktivitas di dunia sepak bola selama 12 bulan, sebuah pukulan telak bagi skuad Harimau Malaya.
Menyusul jejak Vietnam, kini giliran Asosiasi Sepak Bola Nepal (ANFA) yang dilaporkan telah mengajukan pengaduan resmi kepada FIFA. Media ternama The Guardian mengonfirmasi langkah ANFA ini, yang juga menuntut keadilan. ANFA mengklaim bahwa Malaysia menurunkan pemain yang tidak memenuhi syarat, yakni Hector Hevel, dalam pertandingan melawan tim nasional mereka. Oleh karena itu, ANFA menuntut agar hasil pertandingan tersebut dibatalkan dan skuad Harimau Malaya dijatuhi hukuman pengurangan poin. Indra Man Tuladhar, CEO ANFA, secara terbuka menyatakan kepada AFP, “Kami telah menghubungi Anda terkait pemain yang tidak memenuhi syarat dalam pertandingan tersebut. Oleh karena itu, hasilnya harus dibatalkan.”
Meski AFC adalah badan yang memiliki wewenang untuk memberikan hukuman pengurangan poin kepada Malaysia, mereka memilih untuk tidak terburu-buru. AFC menyatakan akan menunggu FAM menempuh semua jalur hukum yang tersedia, termasuk banding ke Komite Disiplin FIFA dan Pengadilan Arbitrase Olahraga (CAS). Tenggat waktu yang diberikan AFC kepada FAM untuk menuntaskan proses hukum ini cukup panjang, yaitu hingga 31 Maret tahun depan, bertepatan dengan pertandingan terakhir Malaysia di Kualifikasi Piala Asia 2027 melawan Vietnam. Sebelum batas waktu tersebut, Malaysia tetap diizinkan memainkan sisa laga Kualifikasi Piala Asia 2027, meskipun tanpa kehadiran tujuh pemain naturalisasi yang dihukum.
Menanggapi pengaduan yang diajukan Nepal kepada FIFA, Sekretaris Jenderal AFC asal Malaysia, Datuk Seri Windsor Paul John, memberikan konfirmasi singkat kepada BH Sukan. Ia menegaskan, “Tidak ada (keluhan ANFA),” mengisyaratkan bahwa pihak AFC hingga saat ini belum menerima keluhan resmi dari ANFA terkait kasus tersebut. Pernyataan ini menunjukkan bahwa proses hukum dan birokrasi antara federasi masih terus berjalan, sementara nasib Timnas Malaysia dan poin mereka di kualifikasi masih menunggu kejelasan.
Ringkasan
Kasus naturalisasi ilegal Timnas Malaysia memanas dengan gugatan resmi dari Nepal ke FIFA, menyusul sanksi yang dijatuhkan kepada FAM dan tujuh pemain karena dugaan pemalsuan dokumen. Nepal menuntut pembatalan hasil pertandingan kualifikasi Piala Asia 2027 melawan Malaysia karena menurunkan Hector Hevel yang dianggap tidak memenuhi syarat.
Sekretaris Jenderal AFC asal Malaysia, Datuk Seri Windsor Paul John, memberikan tanggapan singkat terkait gugatan Nepal, menyatakan bahwa AFC belum menerima keluhan resmi dari ANFA. AFC memberikan FAM waktu hingga 31 Maret tahun depan untuk menempuh jalur hukum, termasuk banding ke FIFA dan CAS, sebelum mengambil tindakan lebih lanjut, namun Malaysia tetap diizinkan bermain di sisa laga kualifikasi tanpa tujuh pemain yang dihukum.