Mantan kapten Manchester United, Roy Keane, kembali melontarkan kritik pedas yang menusuk jantung mantan klubnya. Kali ini, sasaran utamanya adalah pelatih Ruben Amorim, yang dinilai gagal membawa Setan Merah ke arah yang seharusnya.
Dalam episode terbaru podcast Stick to Football, di mana ia bergabung dengan Gary Neville dan Jamie Carragher, Keane dengan blak-blakan menyatakan keprihatinan mendalam. Menurutnya, Manchester United saat ini sedang kehilangan arah dan sangat membutuhkan revolusi besar untuk kembali ke jalur kejayaan. “Saya sudah mengatakannya selama bertahun-tahun,” tegas Keane.
“Manchester United membutuhkan seseorang yang mampu mengguncang segalanya. Seseorang yang menciptakan kekacauan dengan cara yang positif. Sesuatu yang radikal harus berubah,” lanjutnya. Pernyataan ini jelas mencerminkan kekecewaan mendalam terhadap performa United di bawah Amorim, yang belum mampu memenuhi ekspektasi tinggi klub dan para pendukungnya. Keane melihat konsistensi sebagai masalah utama; meski sesekali menunjukkan permainan menarik, tim belum menemukan identitas juara dan semangat juang yang menjadi ciri khas United di masa lalu.
Sejak penunjukannya hampir setahun lalu, Amorim memang belum benar-benar membawa stabilitas yang diharapkan di Old Trafford. Manchester United masih berkutat dengan performa naik turun di Liga Primer dan kerap tampil kurang tajam dalam pertandingan besar. Tekanan publik dan media pun kian memuncak, terutama karena tanda-tanda perkembangan signifikan dalam perebutan posisi empat besar masih belum terlihat jelas.
“Mereka membutuhkan manajer yang disiplin, seseorang yang tidak takut mengambil keputusan,” tegas Keane, menginginkan sosok yang mampu mengambil alih kendali penuh. Ia menambahkan, “Saya ingin kembali ke sana dan mengubah segalanya. United seharusnya berada di puncak, bukan di tengah kekacauan ini.” Keane percaya bahwa klub sebesar United tidak seharusnya terpuruk di posisi menengah klasemen, melainkan menjadi penantang utama di setiap kompetisi.
Ketika ditanya mengenai sosok yang cocok untuk memimpin United, Keane tidak ragu menyebut satu nama: Diego Simeone. “Saya ingin melihat Diego Simeone melatih United,” ujarnya. Ia merujuk pada performa Atletico Madrid di bawah Simeone, bahkan saat melawan tim kuat seperti Liverpool. “Tim itu tidak sebagus beberapa tahun lalu, tetapi mereka masih memiliki semangat juang. Saya ingin melihat seseorang dengan kepribadian yang hebat.”
Keinginan Keane terhadap Simeone bukan tanpa alasan kuat. Pelatih asal Argentina itu dinilai memiliki karakter dan filosofi permainan yang selaras dengan DNA sejati Manchester United: disiplin, tangguh, dan penuh determinasi. Dalam pandangan Keane, United kini telah kehilangan “jiwa bertarung” yang dulu menjadi ciri khas di era kepemimpinan Sir Alex Ferguson. Ia yakin, perubahan besar hanya bisa terwujud jika klub berani menunjuk sosok yang mampu menegakkan kembali standar tinggi tersebut.
Di bawah asuhan Amorim, kesulitan menjaga konsistensi menjadi penghalang utama, baik di liga domestik maupun kompetisi Eropa. Kemenangan-kemenangan impresif sering kali diikuti dengan hasil imbang atau kekalahan tak terduga, yang membuat posisi klub di klasemen terus dihantui ketidakpastian. Keane menganggap situasi ini sebagai cerminan dari fondasi kepemimpinan yang lemah, baik di ruang ganti maupun di struktur manajemen klub secara keseluruhan.
Kritik tajam dari Keane ini menegaskan bahwa Manchester United berada di persimpangan jalan yang krusial. Klub dihadapkan pada dua pilihan: terus memberikan waktu kepada Amorim untuk memperbaiki keadaan, atau mengambil langkah drastis dengan menghadirkan sosok baru yang benar-benar mampu mengembalikan aura kehebatan klub. Bagi Keane, jawaban paling ideal adalah hadirnya pelatih dengan karakter kuat yang bisa menegakkan disiplin dan membangkitkan kembali semangat juang para pemain.
“United seharusnya berada di puncak,” ulang Keane, menutup pernyataannya dengan nada tegas dan penuh kekecewaan. Jika situasi tak kunjung membaik, kata-kata Roy Keane bukan sekadar kritik pedas biasa, melainkan sebuah peringatan serius bahwa Manchester United sedang kehilangan jati dirinya, dan mungkin sudah saatnya untuk benar-benar melakukan perubahan besar demi masa depan klub.