Media Vietnam Sebut Timnas Indonesia Butuh Ahli Strategi, Bukan Figur Terkenal Penuh Ilusi

Posted on

Perjalanan Timnas Indonesia untuk merangkai impian sejarah lolos ke Piala Dunia 2026 akhirnya harus terhenti. Harapan besar masyarakat Indonesia pupus setelah Skuad Garuda tidak mampu melangkah lebih jauh dalam putaran keempat Kualifikasi Piala Dunia 2026 zona Asia.

Dua kekalahan beruntun dari dua laga krusial membuat Timnas Indonesia harus puas menempati posisi juru kunci Grup B. Hasil ini menjadi pukulan telak bagi ambisi sepak bola Indonesia yang telah lama mendambakan piala dunia.

Dalam pusaran kegagalan ini, nama Patrick Kluivert menjadi sorotan utama. Pelatih asal Belanda ini menuai banyak kritik menyusul performa dan hasil yang jauh dari ekspektasi.

Kritik tersebut tidak terlepas dari serangkaian keputusan kontroversial yang diambil sang pelatih selama putaran keempat. Salah satunya adalah saat Timnas Indonesia takluk 2-3 dari Timnas Arab Saudi pada laga pertama, Rabu (8/10/2025), sebuah pertandingan yang diwarnai perdebatan taktik.

Meski menunjukkan permainan yang sedikit lebih baik di laga kedua melawan Timnas Irak, hasil akhir tetap pahit dengan kekalahan tipis 0-1. Dua kekalahan beruntun ini secara brutal menghancurkan mimpi untuk terbang ke panggung sepak bola dunia di Amerika Serikat, Kanada, dan Meksiko.

Kegagalan ini memicu gelombang kemarahan dan kekecewaan di media sosial, dengan Patrick Kluivert dan Ketua Umum PSSI, Erick Thohir, menjadi sasaran utama kritikan pedas penggemar. Banyak yang menilai bahwa keputusan memberhentikan Shin Tae-yong dan menunjuk Kluivert adalah kesalahan fatal yang dilakukan PSSI.

Pandangan serupa tak hanya datang dari penggemar di Tanah Air, namun juga digaungkan oleh media asal Vietnam, Znews. Media ini menyoroti rekam jejak mantan penyerang Barcelona itu yang dianggap kurang meyakinkan sebagai seorang pelatih.

“Kluivert memiliki reputasi yang hebat selama masa bermainnya, tetapi sebagai pelatih, ia hanyalah nama yang minim pengalaman,” tulis Znews dalam artikelnya. “Sebelum datang ke Indonesia, ia tidak memiliki rekam jejak kepelatihan yang signifikan. Ini bisa menjadi kesalahan terbesar dalam keseluruhan permainan PSSI.”

Jawaban Santai Patrick Kluivert soal Masa Depannya setelah Gagal Bawa Timnas Indonesia ke Piala Dunia 2026

Znews lebih lanjut menilai PSSI salah langkah dengan keyakinan mereka bahwa hanya pelatih Belanda yang bisa memahami pola pikir para pemain berdarah Belanda untuk menciptakan tim yang solid. PSSI disebut terinspirasi dari peningkatan level Korea Selatan di bawah asuhan pelatih-pelatih Belanda seperti Guus Hiddink, Dick Advocaat, atau Pim Veerbek.

“Namun kenyataan menunjukkan bahwa mereka salah bertaruh,” tegas Znews. Media tersebut membandingkan, “Guus Hiddink, Dick Advocaat, atau Pim Veerbek terkenal dan memiliki banyak pengalaman sebelum datang ke Korea Selatan. Kluivert tidak seperti para seniornya dan tidak memiliki kemampuan taktik yang cukup untuk meningkatkan tim.”

Menurut Znews, Timnas Indonesia di bawah arahan Kluivert ibarat “raksasa kekar dengan otak kecil.” Tim ini dinilai kuat dalam ukuran, kecepatan, dan energi, namun “kurang dalam pemikiran taktik, kurang fleksibel dalam gaya bermain, dan nyaris kehilangan identitas.” Ini berbanding terbalik dengan era Shin Tae-yong yang membuat Indonesia bermain lebih percaya diri dan berani.

Dalam delapan pertandingan di bawah Kluivert, Timnas Indonesia hanya mencatat tiga kemenangan, satu hasil imbang, dan empat kekalahan—sebuah rekor yang relatif kecil dibandingkan ekspektasi besar yang menyertainya. “Dibandingkan pendahulunya, Shin Tae-yong, perbedaannya bahkan lebih kentara,” lanjut Znews. “Di bawah pelatih Korea Selatan, Indonesia bermain dengan disiplin, percaya diri, dan berani melawan lawan-lawan kuat. Shin memahami sepak bola Asia dengan baik dan tahu bagaimana hidup sesuai kemampuannya. Sementara itu, Kluivert mencoba menerapkan filosofi Eropa ke dalam tim yang terdiri dari banyak individu yang berbeda.”

Janji Ole Romeny usai Gagal Bawa Timnas Indonesia Tampil di Piala Dunia 2026

Sebagai penutup, Znews menyimpulkan bahwa Timnas Indonesia kini membutuhkan sosok ahli strategi, bukan sekadar figur terkenal yang penuh ilusi. “Kluivert mungkin simbol indah yang membawa sepak bola Indonesia ke kancah internasional. Tetapi ia bukanlah orang yang benar-benar mampu membawa Indonesia ke Piala Dunia. Indonesia membutuhkan otak yang strategis, bukan wajah mencolok yang penuh ilusi,” tutup Znews.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *