Patrick Kluivert Bangkrut? Terjerat Judi, Utang Rp17 Miliar!

Posted on

Pelatih timnas Indonesia Patrick Kluivert pernah terseret kasus judi yang membuatnya punya utang hampir Rp17 miliar. Saat itu dia adalah pelatih tim cadangan FC Twente.

Performa minor timnas Indonesia di Kualifikasi Piala Dunia 2026 Zona Asia ronde ke-4, yang berujung kekalahan 2-3 dari Arab Saudi, sontak menyeret nama Patrick Kluivert ke pusaran kritik tajam. Sebagai pelatih timnas Indonesia, keputusannya di lapangan dipertanyakan, namun tak hanya itu, masa lalunya yang kelam dengan kasus judi juga kembali mencuat ke permukaan publik.

Fakta menunjukkan, Patrick Kluivert memang pernah terlilit utang judi fantastis, mencapai lebih dari 1 juta Euro atau setara Rp16,8 miliar. Jumlah tersebut bukan hanya sekadar angka, melainkan awal mula dari sebuah drama pemerasan yang membuatnya ‘diuber’ oleh sebuah geng kriminal.

Terungkap saat ia menjabat sebagai Direktur Olahraga Paris Saint-Germain (PSG), kasus judi yang melilit Kluivert sejatinya terjadi pada 2011 dan 2012. Kala itu, ia bertugas sebagai pelatih tim cadangan klub Liga Belanda, FC Twente. Dalam sebuah kesempatan, Kluivert memasang taruhan pada tim utama FC Twente. Alih-alih meraup untung, ia justru buntung besar, menanggung kerugian signifikan hingga harus berutang kepada sebuah geng.

Sialnya, ia hanya mampu melunasi sebagian kecil dari utangnya. Akibatnya, geng tersebut melontarkan ancaman agar Kluivert segera memenuhi kewajibannya. Insiden pemerasan yang menimpa Kluivert berlangsung pada 2014, sebelum kasusnya akhirnya terkuak ke publik pada 2017 menyusul penangkapan lima anggota sindikat tersebut.

Meskipun demikian, tidak ada bukti valid yang mengaitkan Kluivert dengan pengaturan pertandingan atau bentuk taruhan ilegal lainnya. Sebagaimana ditegaskan oleh Gerard Sprong, pengacara Kluivert kala itu, kliennya tidak bersalah dalam kasus utang judi tersebut selama ia masih menukangi FC Twente. Sprong juga menambahkan bahwa ayah dari Justin Kluivert itu adalah korban sejati dan tidak memiliki keterlibatan kriminal dalam manipulasi hasil pertandingan. Bahkan pada 2017, aparat penegak hukum telah memeriksa Kluivert sebagai saksi dalam kasus tersebut.

Bagi pencinta sepak bola, nama Patrick Kluivert tak lepas dari Generasi Emas Ajax Amsterdam era 1990-an yang puncaknya adalah gelar Liga Champions musim 1994/1995. Di laga final kontra AC Milan, Kluivert yang masuk dari bangku cadangan berhasil mencetak gol kemenangan pada menit ke-85, sebuah gol tunggal yang cukup untuk menumbangkan Milan besutan Fabio Capello, sang juara bertahan.

Namun, karier gemilang Kluivert juga diwarnai cedera yang kerap menghampirinya. Setelah tiga musim bersama raksasa Belanda tersebut, Kluivert hijrah ke Italia, berlabuh ke AC Milan, klub yang pernah dikalahkannya di final Liga Champions. Sayangnya, perjalanan kariernya di klub berjuluk Setan Merah Italia itu tak berjalan mulus. Dari 27 pertandingan Serie A, ia hanya mencetak enam gol. AC Milan pun sedang terpuruk musim itu, terbukti dengan finis di urutan ke-10 klasemen akhir.

Setelah itu, Kluivert bergabung dengan Barcelona asuhan Louis van Gaal. Di klub Catalan inilah Kluivert kembali menemukan ketajamannya. Selama enam musim membela El Blaugrana, ia berhasil mencetak 124 gol di semua ajang kompetisi. Namun, di Barcelona, Kluivert hanya sempat membawa timnya sekali meraih gelar La Liga dan nihil gelar Liga Champions. Kluivert mengakhiri perjalanannya di Barcelona pada 2004 sebelum pindah ke Inggris, bergabung dengan Newcastle United.

Setelah gantung sepatu, Kluivert memulai karier kepelatihannya pada 2010 sebagai asisten pelatih di Brisbane Roar. Perjalanannya berlanjut sebagai pelatih di FC Twente U21 pada 2012, kemudian menjadi asisten pelatih timnas Belanda pada 2012, menukangi Curacao pada 2015, dan singkat cerita, dipercaya menjabat sebagai pelatih timnas Indonesia.

Dalam konferensi pers pada Januari 2024, Ketua PSSI, Erick Thohir, mengungkapkan alasan penunjukan Patrick Kluivert sebagai pelatih timnas Indonesia. Ia menyebutkan adanya kesamaan budaya dan komunikasi yang menjadi pertimbangan penting, mengingat banyak pemain timnas Indonesia yang lahir dan besar di Belanda. “Banyak pilihan, bisa Italia, bisa Spanyol, tapi tentu dengan jeda 2,5 bulan kita harus menjaga dinamika yang ada selama ini mengenai kultur,” ujar Erick.

Kluivert sendiri menyambut penunjukannya dengan antusias. Ia menilai timnas Indonesia memiliki potensi besar dengan basis penggemar yang luar biasa. “Indonesia adalah negara dengan hampir 300 juta penduduk, sebagian besar di antaranya adalah penyuka sepak bola,” katanya kala itu.

Meskipun demikian, penunjukan Kluivert sebagai pelatih sempat memunculkan pro dan kontra di kalangan publik. Ada yang mendukungnya, namun tak sedikit pula yang menolaknya. Alasan terbesar penolakan adalah kurangnya transparansi di balik pemecatan Shin Tae-yong, pelatih timnas Indonesia sebelumnya. Bahkan saat itu, STY baru saja membawa Indonesia menang 2-0 atas Arab Saudi, sebuah kemenangan krusial yang sejatinya memperpanjang napas Indonesia di Kualifikasi Piala Dunia 2026.

Saat ini, nasib Patrick Kluivert tengah dipertaruhkan. Akankah ia mampu membawa kejayaan bagi timnas Indonesia, atau justru mengukir performa yang lebih buruk dari pendahulunya? Waktu yang akan menjawab!

Ringkasan

Patrick Kluivert, pelatih timnas Indonesia, pernah terlilit kasus judi yang membuatnya berutang sekitar Rp17 miliar saat melatih tim cadangan FC Twente pada 2011-2012. Utang tersebut berujung pada pemerasan oleh sebuah geng kriminal karena ia hanya mampu membayar sebagian kecil utangnya.

Kasus ini terungkap pada 2017 setelah penangkapan anggota sindikat pemerasan, namun pengacaranya menegaskan Kluivert tidak bersalah dan merupakan korban, tanpa keterlibatan dalam pengaturan pertandingan. Penunjukannya sebagai pelatih timnas Indonesia sempat menuai pro dan kontra, terutama karena kurangnya transparansi terkait pemecatan Shin Tae-yong.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *