Shin Tae-yong: Dipecat 2 Kali Setahun, Karier Apes di Indonesia?

Posted on

Mantan arsitek Timnas Indonesia, Shin Tae-yong, kini tengah menghadapi babak getir dalam karier kepelatihannya. Dalam rentang waktu hanya satu tahun, nama besar Shin Tae-yong telah dua kali menjadi sorotan setelah mengalami pemecatan yang mengguncang panggung sepak bola Asia. Kisah ini bukan sekadar deretan kekalahan, melainkan cerminan dari tekanan luar biasa yang selalu membayangi seorang pelatih di level tertinggi.

Pemecatan terbaru menimpa STY, sapaan akrabnya, di klub K-League 1, Ulsan HD. Secara resmi, klub raksasa Korea Selatan itu mengumumkan pengakhiran masa tugas Shin Tae-yong pada Kamis, 9 Oktober 2025. Keputusan mengejutkan ini disampaikan melalui pernyataan resmi di media sosial dan telah dikonfirmasi oleh berbagai media setempat. “Kami mengucapkan terima kasih kepada Shin Tae-yong atas dedikasinya selama memimpin tim. Klub dan pelatih sepakat untuk mengakhiri kerja sama. Kami berharap yang terbaik untuk masa depan beliau,” demikian bunyi rilis resmi Ulsan HD.

Padahal, STY baru ditunjuk sebagai pelatih kepala Ulsan HD pada 5 Agustus 2025 dengan durasi kontrak 2,5 tahun. Namun, catatan buruk klub di bawah kepemimpinannya, dengan hanya dua kemenangan, empat hasil imbang, dan empat kekalahan dari 10 pertandingan, membuat Ulsan terpuruk di peringkat ke-10 dari 12 peserta K-League 1, bahkan terancam zona play-off degradasi. Manajemen Ulsan HD kini menunjuk No Sang-rae sebagai pelatih interim sambil mencari arsitek baru guna menyelamatkan klub dari jurang degradasi.

Ironisnya, keputusan pemecatan Shin Tae-yong dari Ulsan HD ini terjadi bersamaan dengan kabar kekalahan Timnas Indonesia 2-3 dari Arab Saudi di putaran keempat Kualifikasi Piala Dunia 2026 zona Asia. Ini merupakan pukulan kedua bagi sang pelatih. Sebelumnya, pada 6 Januari 2025, STY telah lebih dulu diberhentikan dari jabatannya sebagai pelatih kepala Timnas Indonesia oleh PSSI. Pemecatan ini didasari oleh serangkaian pertimbangan dan evaluasi menyeluruh terhadap performa tim di bawah arahannya.

Meski kini sedang menghadapi masa-masa sulit, perjalanan karier Shin Tae-yong yang penuh warna dan gemilang tak bisa dikesampingkan. Sosoknya bukan hanya dikenal sebagai seorang pelatih, tetapi juga legenda sepak bola yang menorehkan sejarah di kancah Asia.

Lahir di Yeongdeok pada 11 Oktober 1970, Shin Tae-yong atau akrab disapa STY oleh penggemar di Indonesia, adalah nama yang tak asing di kancah sepak bola Korea Selatan dan Asia. Pencapaiannya sebagai orang pertama yang berhasil memenangkan Liga Champions AFC baik sebagai pemain (1995) maupun pelatih (2010) bersama Seongnam Ilhwa Chunma, menjadi bukti kehebatannya. Dalam kehidupan pribadinya, STY menikah dengan Cha Young-ju pada tahun 1995 dan dikaruniai dua putra, Shin Jae-won dan Shin Jae-hyuk.

Karier bermainnya sungguh fenomenal. Setelah lulus dari Yeungnam University, Shin Tae-yong mengabdi selama 12 musim bersama Ilhwa Chunma. Ia meraih penghargaan K-League Young Player of the Year pada tahun 1992, di musim pertamanya sebagai profesional. Sebagai gelandang kunci, ia membawa Ilhwa Chunma meraih gelar K-League tiga tahun berturut-turut (1993-1995), dan dinobatkan sebagai MVP K-League pada 1995, sekaligus memenangkan Asian Club Championship. Setelah sempat meredup, ia kembali membawa timnya merajai liga tiga tahun beruntun (2001-2003) dan meraih MVP Award keduanya pada 2001. Dengan total 99 gol dan 68 assist dalam 401 pertandingan di K-League dan Piala Liga, STY dianggap sebagai salah satu pemain terbaik sepanjang masa K-League, bahkan masuk dalam K-League 30th Anniversary Best XI tahun 2013. Cedera pergelangan kaki membuatnya pensiun pada 2005 setelah sempat membela Queensland Roar di Australia. Ia juga mencatat 23 penampilan internasional, termasuk di ajang Piala Asia AFC 1996 bersama tim nasional Korea Selatan.

Transisi Shin Tae-yong ke dunia kepelatihan dimulai sebagai asisten di Queensland Roar (kini Brisbane Roar FC) dari Juli 2005 hingga Juni 2008, setelah ia resmi gantung sepatu pada Oktober 2005. Langkah besar berikutnya adalah di Seongnam Ilhwa Chunma, di mana ia dipercaya sebagai pelatih interim pada 2008. Meski dengan keterbatasan dana, STY berhasil membawa Seongnam meraih posisi kedua di K-League dan Piala FA Korea 2009. Kontrak permanen pun datang, dan ia membalasnya dengan membawa Seongnam menjuarai Liga Champions AFC 2010 serta Piala FA Korea 2011, mengukuhkan namanya sebagai sosok pertama yang memenangkan Liga Champions AFC sebagai pemain dan pelatih. Sayangnya, performa tim menurun di musim 2012, berujung pada pengunduran dirinya.

Karier Shin Tae-yong di Tim Nasional Korea Selatan dimulai pada Agustus 2014 sebagai asisten pelatih tim senior. Ia berperan penting dalam taktik tim yang sukses mencapai Final Piala Asia 2015, sebuah pencapaian yang pertama kali dalam 27 tahun. Tak hanya itu, ia juga memimpin tim U-23 di Olimpiade Musim Panas 2016, yang meski menjadi juara grup, harus takluk secara mengejutkan di perempat final. Pada November 2016, ia mengambil alih tim U-20 untuk Piala Dunia U-20 FIFA 2017 di Korea Selatan, membawa tim lolos ke babak gugur sebelum akhirnya dihentikan Portugal. Puncaknya, pada Juli 2017, STY dipercaya menukangi tim senior setelah Uli Stielike dicopot. Di bawah asuhannya, Korea Selatan memenangkan Kejuaraan EAFF 2017 dengan kemenangan telak 4-1 atas Jepang dan berhasil lolos ke Piala Dunia FIFA 2018 di Rusia. Di ajang bergengsi tersebut, meski kalah dari Swedia dan Meksiko, STY sukses memimpin Korea Selatan membuat kejutan besar dengan mengalahkan juara bertahan Jerman 2-0, sebuah hasil yang akan selalu dikenang.

Pada tanggal 28 Desember 2019, PSSI secara resmi menunjuk Shin Tae-yong sebagai pelatih Timnas Indonesia, menggantikan Simon McMenemy, dengan kontrak berdurasi empat tahun. Meskipun mengawali masa jabatannya dengan hasil kurang memuaskan di babak kedua Kualifikasi Piala Dunia 2022, STY segera menunjukkan sentuhan magisnya. Ia berhasil membawa Timnas Indonesia yang mayoritas diisi pemain muda ke final Kejuaraan AFF 2020. Momentum kebangkitan terus berlanjut. Pada Juni 2022, STY sukses mengakhiri penantian 16 tahun Indonesia dengan meloloskan tim ke Piala Asia 2023. Tak berhenti di situ, ia juga mencatatkan sejarah dengan membawa Timnas U-23 lolos pertama kali ke Piala Asia U-23 AFC 2024 dan mencapai semifinal, sebuah capaian yang berujung pada perpanjangan kontrak selama tiga tahun. Puncaknya, pada Juni 2024, Shin Tae-yong kembali menorehkan sejarah gemilang dengan membawa Timnas Indonesia lolos untuk pertama kalinya ke Babak Ketiga Kualifikasi Piala Dunia FIFA 2026 (AFC), sekaligus mengamankan tiket otomatis ke Piala Asia AFC 2027. Berbagai prestasi ini telah menempatkan Shin Tae-yong sebagai salah satu pelatih paling berpengaruh dalam sejarah sepak bola Indonesia, meski harus mengakhiri kiprahnya dengan pemecatan di awal tahun 2025.

Ringkasan

Shin Tae-yong mengalami dua kali pemecatan dalam setahun terakhir, yang pertama sebagai pelatih Timnas Indonesia pada Januari 2025 oleh PSSI, dan yang terbaru sebagai pelatih Ulsan HD pada Oktober 2025. Pemecatan dari Ulsan HD terjadi karena performa buruk tim di bawah kepemimpinannya di K-League 1, dengan hanya dua kemenangan dari sepuluh pertandingan, membuat mereka terpuruk di papan bawah klasemen.

Sebelumnya, Shin Tae-yong dikenal sebagai legenda sepak bola yang memenangkan Liga Champions AFC sebagai pemain dan pelatih. Meskipun menghadapi masa sulit dengan pemecatan ini, karier gemilang dan pengaruhnya dalam sepak bola Indonesia, terutama dalam membawa tim ke berbagai kompetisi penting, tidak dapat diabaikan. Prestasi tersebut termasuk lolos ke final Kejuaraan AFF 2020, Piala Asia 2023, dan Babak Ketiga Kualifikasi Piala Dunia FIFA 2026.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *