PT Medco Energi Internasional Tbk (MEDC) menghadapi tantangan signifikan pada semester I-2025, dengan laba bersih yang anjlok tajam. Namun, emiten energi milik keluarga Panigoro ini tidak kehilangan arah, sebab prospeknya diperkuat oleh potensi peningkatan produksi minyak dan gas berkat serangkaian akuisi blok strategis ke depan.
Pada paruh pertama tahun 2025, laba bersih MEDC tercatat turun 81,5% secara tahunan (yoy) menjadi US$ 37 juta. Penurunan ini seiring dengan pendapatan perseroan yang juga terkoreksi tipis 2% yoy, mencapai US$ 1,14 miliar.
Menurut Axell Ebenhaezer, seorang Analis dari NH Korindo Sekuritas, penyebab utama merosotnya kinerja tersebut adalah turunnya harga minyak global. “Meskipun demikian, sebagian besar penjualan gas MEDC menggunakan sistem harga tetap, sehingga mampu menahan pendapatan agar tidak terkoreksi lebih dalam,” jelasnya dalam riset tertanggal 15 Agustus 2025.
Faktor lain yang turut berkontribusi terhadap pelemahan ini adalah penurunan produksi minyak sebesar 4% yoy menjadi 40,3 mbopd pada semester pertama 2025. Bersamaan dengan itu, produksi gas juga mengalami penurunan 8% yoy, mencapai level 558 mmscfd.
Di sisi lain, Harry Su, Managing Director Research and Digital Production Samuel Sekuritas Indonesia, menyoroti kenaikan signifikan pada biaya eksplorasi sebagai pemicu utama pelemahan profitabilitas. “Biaya eksplorasi melonjak fantastis 689% secara kuartalan (qoq) dan 506% yoy menjadi US$ 10 juta, yang secara langsung menekan margin pada kuartal II-2025,” papar Harry kepada Kontan, Kamis (9/10/2025).
Meskipun demikian, Harry Su tetap optimistis. Ia mengestimasikan bahwa konsolidasi penuh blok Corridor PSC (Production Sharing Contract) akan mampu mendongkrak EBITDA MEDC sebesar 5% untuk tahun ini. Pandangan serupa juga datang dari Axell Ebenhaezer yang memproyeksikan produksi MEDC akan pulih pada semester II-2025.
Pemulihan ini didorong oleh akuisi 24% saham Repsol di Corridor PSC, yang diperkirakan akan menambah produksi sebesar 20-25 mboepd. Tidak hanya itu, proyek lapangan Forel & Terubuk di Blok B juga berpotensi menyumbang tambahan 30 mboepd ke depan, sehingga Axell menaksir total produksi MEDC dapat mencapai 170 mboepd pada semester II-2025.
Senada, Rizal Rafly, Analis Ajaib Sekuritas, melihat konsolidasi penuh Corridor dapat memberikan dampak positif dengan sumbangan sebesar US$ 145 juta ke EBITDA pada tahun fiskal 2026. Menurutnya, dengan adanya tambahan proyek-proyek strategis seperti Forel & Terubuk, Suban Phase-2, dan Bisat-C, MEDC berpotensi beralih dari ketergantungan harga komoditas menjadi pertumbuhan berbasis volume dengan stabilitas pendapatan gas yang lebih terjamin.
“Selain kenaikan volume dari Corridor, kinerja MEDC juga dapat pulih pada semester II-2025, ditopang oleh permintaan gas domestik yang kuat,” tambah Rizal dalam risetnya pada 29 Agustus 2025. Oleh karena itu, Rizal dan Axell kompak merekomendasikan beli saham MEDC dengan target harga Rp 1.500 per saham. Harry Su juga menyarankan hal serupa, dengan bidikan harga yang lebih tinggi, yaitu Rp 1.600 per saham.
Ringkasan
PT Medco Energi Internasional Tbk (MEDC) mengalami penurunan laba bersih yang signifikan pada semester I-2025 akibat turunnya harga minyak global dan produksi minyak serta gas. Meskipun demikian, pendapatan perusahaan tertahan oleh penjualan gas dengan sistem harga tetap. Kenaikan biaya eksplorasi juga turut memengaruhi penurunan profitabilitas.
Analis memprediksi pemulihan produksi MEDC pada semester II-2025 didorong oleh akuisisi saham Repsol di Corridor PSC dan proyek lapangan Forel & Terubuk, yang berpotensi meningkatkan EBITDA dan produksi. Analis merekomendasikan untuk membeli saham MEDC dengan target harga bervariasi, didukung oleh konsolidasi Corridor, permintaan gas domestik yang kuat, dan potensi pertumbuhan berbasis volume.