Manajer pembalap MotoGP, Alberto Vergani, baru-baru ini berbagi pandangannya mengenai performa luar biasa Fermin Aldeguer dari tim Gresini. Aldeguer berhasil mengukir namanya dalam sejarah MotoGP sebagai salah satu pembalap termuda yang meraih kemenangan. Pembalap berbakat ini menorehkan prestasi gemilang di usianya yang ke-20 tahun 183 hari saat menjuarai MotoGP Indonesia 2025 di Sirkuit Mandalika pada Minggu (5/10/2025), menjadikannya pemenang balapan termuda kedua sepanjang sejarah kejuaraan ini.
Pencapaian sensasional Aldeguer ini menempatkannya tepat di belakang rekor yang dipegang oleh Marc Marquez, yang menjadi pembalap termuda pertama kala memenangi balapan di Austin pada tahun 2013, dengan usia 20 tahun 63 hari. Sama seperti Marquez, Aldeguer, pembalap asal Spanyol, menunjukkan performa yang cemerlang, sebuah konsistensi yang telah sering ia buktikan di Kejuaraan Dunia Moto2.
Melihat keseluruhan performa tim, Vergani menegaskan bahwa, “Gresini, tanpa diragukan lagi, adalah kisah indah dalam musim MotoGP kali ini.” Pernyataan manajer asal Milan ini, yang dilansir dari GPOne, menyoroti kontribusi luar biasa dari pemilik tim, Nadia Padovani, beserta seluruh kru Gresini yang tampil spektakuler di Kejuaraan Dunia. Apresiasi tak hanya untuk Aldeguer, melainkan juga untuk rekan setimnya, Alex Marquez, yang saat ini menduduki posisi kedua klasemen dan telah meraih dua kemenangan balapan. “Saya rasa tak ada kata-kata yang cukup untuk menggambarkan dedikasi dan kerja keras yang telah mereka tunjukkan di lintasan,” tambah Vergani dengan penuh kagum.
Vergani juga percaya bahwa sang pendiri tim yang telah berpulang, Fausto Gresini, pasti akan sangat bangga melihat capaian mereka. Menggambarkan sosok Aldeguer, Vergani mengenang, “Fermin sudah membuat saya takjub sejak usianya 16 tahun. Bahkan, saya langsung memberinya helm Nolan.” Ia melanjutkan dengan memuji Aldeguer sebagai pemuda berbakat yang telah membuktikan kemampuannya dengan penampilan yang selalu serius dan bersih, jauh dari kesan sembrono. “Dia bukan tipe orang yang mudah terlena dengan hal-hal remeh dan omong kosong. Dia adalah pekerja keras, serius, dan sangat profesional,” puji Vergani, menekankan karakter Aldeguer yang disiplin dan fokus.
Fermin Aldeguer dan Alex Marquez Mulus di Mandalika, Ducati Percaya Potensi Masih Ada Setelah Misteri Bencana Bagnaia
Dedikasi dan performa gemilang Aldeguer tak luput dari perhatian pabrikan raksasa. “Inilah mengapa Ducati mengontraknya tahun lalu dan Gigi Dall’Igna, Manajer Umum mereka, sudah mengincarnya untuk tahun 2027,” ungkap Vergani, menggarisbawahi betapa tingginya daya tarik Aldeguer di mata petinggi Ducati.
Kendati demikian, Vergani bersikap realistis, belum berani memastikan posisi Aldeguer sebagai pembalap masa depan pabrikan Ducati. “Tidak ada yang punya bola kristal,” ujarnya bijak. “Tentu saja, dia adalah pemuda yang sangat dihormati, dan saya yakin dia punya jalan cemerlang yang terbentang di depannya untuk diikuti.” Vergani menambahkan, “Tentu saja pasar memang tidak dapat diprediksi, tetapi Gigi Dall’Igna tentu tidak akan membiarkannya lolos begitu saja,” menunjukkan keyakinan akan upaya Ducati untuk mempertahankan talenta Aldeguer.
Menariknya, Aldeguer mengungkapkan strategi mental uniknya saat balapan. Ia mengakui bahwa pikiran tentang menjadi pemenang MotoGP termuda kedua, layaknya pemenang sprint termuda, kerap melintas. “Saya juga memikirkannya hari ini,” tuturnya. “Saya pikir itu cara untuk berkonsentrasi. Ketika saya terlalu banyak berpikir tentang apa yang ingin saya lakukan, di mana saya ingin finis, saat itulah saya membuat kesalahan terbanyak.” Ia melanjutkan, “Hari ini, saya bahkan memikirkan bagaimana saya akan melakukan wawancara dalam bahasa Inggris, yang sangat sulit bagi saya, apa yang akan saya jawab, dan sebagainya.” Dalam momen krusial tersebut, ia bahkan mencoba untuk bernyanyi. “Saya berkata kepada diri sendiri, ‘Saya akan mulai bernyanyi,’ tetapi tidak ada lagu yang terlintas dalam pikiran, dan saya melanjutkan wawancara, di masa sekarang, masa lalu. Saya benar-benar kacau.” Namun, ia menjelaskan bahwa kekacauan pikiran tersebut justru membantunya. “Seperti yang selalu saya katakan, itu adalah cara untuk berada di dunia saya sendiri. Itu membantu saya menghindari kesalahan,” pungkas Aldeguer, membagikan sisi lain dari konsentrasi tingkat tingginya.
Menatap tantangan berikutnya, Fermin Aldeguer juga sudah memikirkan Grand Prix Australia di Sirkuit Phillip Island, sebuah trek yang menjadi salah satu favoritnya. “Phillip Island adalah trek yang sangat saya sukai,” katanya antusias. “Saya belum tahu bagaimana di MotoGP, atau ban apa yang akan digunakan, tetapi di Moto2, treknya menggunakan ban keras, sangat mirip dengan di sini [Mandalika].” Ia optimistis dengan adaptasinya di sana. “Saya selalu menunjukkan bahwa saya memiliki ‘feeling’ yang hebat dengan gas, saat menikung, dan saat melaju mulus, seperti yang saya alami di sini. Mari kita lihat apakah kami bisa kompetitif di sana, yang merupakan tujuan utama kami,” harap Aldeguer, menunjukkan ambisinya untuk terus berprestasi.
Jauh sebelum kemenangan bersejarah ini, Aldeguer sendiri telah secara terbuka mengakui ambisinya untuk menjadi pembalap pabrikan Ducati pada tahun 2027, sebuah target yang relevan mengingat kontrak Alex Marquez dan Francesco Bagnaia akan berakhir setelah musim 2026.
Kemarahan Jack Miller akibat Manuver Ambisius Morbidelli di Mandalika