Mantan asisten legendaris Sir Alex Ferguson di Manchester United, Carlos Queiroz, menyuarakan kemarahan mendalam atas dugaan rekayasa dalam putaran keempat Kualifikasi Piala Dunia 2026 Zona Asia, dengan menyoroti peran Arab Saudi dan Qatar sebagai tuan rumah.
Pemilihan Arab Saudi dan Qatar sebagai tuan rumah fase krusial ini telah memicu kontroversi. Keduanya ditengarai menggunakan pengaruh besar mereka dalam pengambilan keputusan oleh AFC, sehingga menciptakan ketidakadilan yang merugikan tim peserta lainnya.
Keuntungan signifikan yang didapatkan kedua negara tuan rumah ini terlihat jelas pada penentuan jadwal pertandingan. Di tengah padatnya agenda tujuh hari untuk laga-laga penentu, Arab Saudi dan Qatar dijadwalkan bermain pada laga pertama dan ketiga. Kontras dengan itu, tim lawan, termasuk Timnas Indonesia, hanya diberikan jeda waktu 72 jam yang terbilang singkat untuk pemulihan fisik dan strategi.
Rasa ketidakadilan yang mencolok ini sangat dirasakan oleh Carlos Queiroz, pelatih Tim Nasional Oman. Ia secara terbuka menyatakan keheranan dan kekecewaannya terhadap keputusan AFC, seraya mempertanyakan urgensi penyelenggaraan putaran keempat di lokasi netral, seperti Jepang atau Kuwait, yang diyakini sangat memenuhi standar untuk melangsungkan pertandingan-pertandingan penting tersebut.
“Saya sudah menduga hal ini sebelumnya,” ujar Carlos Queiroz dengan nada frustrasi. “Dalam situasi yang tidak menguntungkan seperti ini, akan menjadi sebuah keajaiban besar jika kami bisa lolos.” Ia melanjutkan, “Bukankah ada stadion di Jepang atau Kuwait yang bisa kami manfaatkan untuk bermain? Mungkin saja mereka yang membuat keputusan ini memiliki pandangan yang berbeda tentang esensi sepak bola yang adil.”
Sebagai figur yang kaya pengalaman, Carlos Queiroz bukanlah orang baru dalam kancah sepak bola internasional. Mantan asisten legendaris Sir Alex Ferguson di Manchester United ini telah menukangi sejumlah tim nasional papan atas, termasuk Kolombia, Mesir, Iran, dan bahkan Qatar. Dengan segudang pengetahuannya, ia mengaku tak habis pikir melihat “kejadian konyol” ini dan meyakini adanya unsur rekayasa di baliknya.
Queiroz lebih lanjut menyoroti ketimpangan jadwal yang mencolok. “Kami bermain melawan Qatar, lalu tiga hari kemudian kami harus bermain lagi. Sementara itu, Qatar baru akan bertanding enam hari setelahnya,” ungkapnya. “Mereka tahu persis hasil apa yang mereka butuhkan. Ini adalah sebuah anomali yang belum pernah terjadi sebelumnya dalam kompetisi sepak bola.”
Ia menutup pernyataannya dengan kritikan tajam: “Orang-orang yang merencanakan dan merekayasa sistem ini tampaknya melewatkan sesuatu, atau mereka pura-pura tidak melihatnya.” Queiroz menyerukan, “Bukankah sudah seharusnya kita, sebagai pemain dan pelatih, menyuarakan kebenaran ini? Memang benar Piala Dunia membutuhkan tuan rumah, namun sungguh aneh bahwa pihak-pihak yang bertanggung jawab tidak merasa risih dengan skema yang jelas-jelas tidak adil ini.”
Di tengah panasnya kontroversi ini, putaran keempat Kualifikasi Piala Dunia 2026 Zona Asia akan segera bergulir. Laga perdana Grup A mempertemukan Qatar kontra Oman di Stadion Jassim Bin Hamad pada Rabu (8/10/2025) pukul 22.00 WIB. Sehari berselang, Kamis (9/10/2025) pukul 00.15 WIB, perhatian akan tertuju pada pertarungan sengit Grup B antara Timnas Indonesia melawan Arab Saudi, sebuah laga krusial yang diharapkan dapat dihelat dengan menjunjung tinggi sportivitas dan keadilan.
Ringkasan
Carlos Queiroz, mantan asisten Sir Alex Ferguson, mengecam dugaan rekayasa di Kualifikasi Piala Dunia 2026 Zona Asia, menyoroti peran Arab Saudi dan Qatar sebagai tuan rumah yang dinilai menguntungkan mereka. Penentuan jadwal pertandingan yang timpang, dengan Arab Saudi dan Qatar mendapatkan jeda waktu lebih panjang dibandingkan tim lain seperti Timnas Indonesia, menjadi sorotan utama.
Queiroz mempertanyakan keputusan AFC yang memilih Arab Saudi dan Qatar sebagai tuan rumah, dan mengkritik ketidakadilan yang dirasakan tim lain akibat jadwal yang padat. Ia menyayangkan kurangnya sportivitas dalam sistem yang dinilainya direkayasa, dan mempertanyakan mengapa lokasi netral yang memenuhi standar tidak dipilih sebagai alternatif.