Federasi Sepak Bola Malaysia (FAM) kini menjadi sorotan tajam dunia, menyusul sanksi tegas yang dijatuhkan FIFA akibat pemalsuan dokumen naturalisasi tujuh pemain. Kasus ini tak hanya mengguncang Timnas Malaysia, tetapi juga memicu gelombang diskusi hangat di berbagai negara di kawasan ASEAN, khususnya Filipina, yang kini mulai mempertanyakan integritas proses serupa.
Melalui platform media sosial, keraguan publik mencuat terhadap keaslian status empat pemain yang saat ini membela klub Johor Darul Takzim (JDT) di Liga Super Malaysia. Keempatnya tercatat memiliki paspor Filipina, namun anehnya, mereka belum pernah sekalipun dipanggil untuk memperkuat Timnas Filipina, sehingga menimbulkan pertanyaan besar di kalangan netizen dan pemerhati sepak bola.
Empat pemain yang menjadi objek sorotan tersebut adalah Antonio Clauder, seorang bek kelahiran Algeciras, Spanyol pada 18 Oktober 1995; Oscar Aribas, winger kelahiran Madrid, Spanyol pada 22 Oktober 1998; Enzo Lombardo, gelandang kelahiran Decines-Charpieu, Prancis pada 16 April 1997; dan Teto Martin, gelandang kelahiran Santa Cruz de Tenerife, Spanyol pada 13 September 2001. Mereka terdaftar sebagai pemain Filipina dalam kompetisi Liga Malaysia, namun minimnya jejak partisipasi mereka di kancah sepak bola Filipina, ditambah absennya dari skuad Timnas Filipina, kian memperkuat keraguan publik terhadap keabsahan dokumen kewarganegaraan mereka.
Latar Belakang Kecurigaan
Isu ini mengemuka setelah skandal pemalsuan dokumen naturalisasi yang dilakukan Malaysia terbongkar. Sebagai respons, FIFA langsung menjatuhkan sanksi berat, meliputi larangan tampil selama 12 bulan bagi ketujuh pemain yang terlibat serta denda finansial yang signifikan untuk Timnas Malaysia. Situasi krusial ini sontak membuat publik sepak bola Asia Tenggara semakin waspada dan menyoroti kemungkinan manipulasi data kewarganegaraan pemain oleh Harimau Malaya.
Bagi netizen Filipina, pertanyaan mengenai status empat pemain JDT tersebut sangatlah wajar. Pasalnya, Timnas Filipina dikenal memiliki kebijakan yang cukup terbuka terhadap pemain diaspora, termasuk mereka yang berkarier di luar negeri. Namun, hingga detik ini, nama-nama seperti Clauder, Aribas, Lombardo, maupun Martin tidak pernah masuk dalam radar pemanggilan resmi tim nasional, menambah daftar kejanggalan yang ada.
Di Facebook, sejumlah akun komunitas sepak bola Filipina ramai membicarakan polemik ini. Ada yang berpendapat bahwa keempat pemain tersebut memang sah memiliki darah Filipina dari garis keturunan keluarga. Namun, tak sedikit pula yang menaruh curiga bahwa dokumen naturalisasi mereka hanyalah formalitas semata, demi menghindari kuota pemain asing di Liga Malaysia dan memuluskan karier mereka di sana.
“Kalau memang benar mereka punya paspor Filipina, kenapa tidak pernah dipanggil timnas? Minimal sekali saja,” tulis salah satu netizen, menyuarakan sentimen banyak pihak. Komentar lain menyebut bahwa situasi ini berpotensi merusak reputasi sepak bola Asia Tenggara secara keseluruhan, apabila tidak ada transparansi yang jelas dari pihak klub maupun Federasi Sepak Bola Asia (AFC).
Meskipun belum ada bukti kuat yang secara definitif mengindikasikan manipulasi, sorotan publik yang intens ini tentu saja bisa menimbulkan tekanan besar bagi Johor Darul Takzim dan Federasi Sepak Bola Filipina (PFF). Jika pada akhirnya terbukti ada manipulasi dokumen, bukan tidak mungkin FIFA akan memperluas investigasinya ke negara lain, mengikuti jejak kasus yang menimpa Malaysia.
Para penggemar sepak bola Asia Tenggara berharap, kasus ini dapat menjadi momentum penting agar federasi di kawasan tersebut lebih ketat dalam memverifikasi status pemain. “Naturalisasi bukan masalah, tapi harus dilakukan secara transparan dan sesuai aturan,” ujar Firman Hadi, salah seorang pecinta sepak bola, menegaskan pentingnya integritas dalam setiap proses.
Kasus pemalsuan dokumen naturalisasi di Malaysia telah membuka babak baru dalam dinamika sepak bola Asia Tenggara. Bagi Filipina, kecurigaan terhadap empat pemain di Johor Darul Takzim menjadi ujian nyata atas transparansi federasi dan klub. Meski saat ini masih sebatas perbincangan di kalangan netizen, isu ini berpotensi membesar jika tidak segera direspons dengan penjelasan resmi yang meyakinkan. Dengan situasi ini, sepak bola ASEAN diingatkan kembali akan pentingnya menjunjung tinggi integritas, bukan hanya demi kompetisi domestik, tetapi juga demi citra dan reputasi di mata dunia internasional.