Israel Lancarkan Serangan Udara Kontroversial ke Doha, Qatar, Targetkan Pimpinan Hamas
Israel melancarkan serangan udara yang mengejutkan ke Doha, Qatar, pada hari Selasa (9/2), menargetkan para pemimpin senior Hamas. Serangan ini menjadi yang pertama kalinya Israel melakukan operasi militer langsung di wilayah Qatar, sekutu dekat Amerika Serikat.
Pemerintah Israel telah mengonfirmasi serangan tersebut dan mengklaim telah memberitahu Amerika Serikat sebelum melaksanakannya. Dalam pernyataan resminya, Pasukan Pertahanan Israel (IDF) dan Badan Keamanan Israel (ISA), yang juga dikenal sebagai Shin Bet, menyatakan bahwa serangan tersebut merupakan operasi “tepat sasaran” yang ditujukan kepada para pemimpin senior organisasi teroris Hamas. Pernyataan tersebut dikutip dari The Guardian.
IDF dan Shin Bet beralasan bahwa para pemimpin Hamas yang menjadi target bertanggung jawab langsung atas serangan 7 Oktober yang mengguncang Israel dan mengatur jalannya perang melawan negara tersebut. Lebih lanjut, mereka mengklaim telah mengambil berbagai langkah untuk meminimalisir dampak terhadap warga sipil. Langkah-langkah tersebut termasuk penggunaan amunisi presisi dan intelijen tambahan dalam perencanaan dan pelaksanaan serangan.
Serangan di Doha ini terjadi kurang dari dua minggu setelah Panglima Militer Israel, Eyal Zamir, mengeluarkan pernyataan tegas yang berjanji akan menyasar para pemimpin Hamas di mana pun mereka berada. Pada tanggal 31 Agustus, Zamir menyatakan, “Sebagian besar pimpinan Hamas berada di luar negeri, dan kami juga akan menghubungi mereka.” Janji ini kini tampak direalisasikan dengan serangan kontroversial di Qatar.
Pemerintah Qatar dengan keras mengutuk serangan tersebut. Melalui Juru Bicara Kementerian Luar Negeri, Majed al-Ansari, Qatar menyebut tindakan Israel sebagai tindakan kriminal dan pelanggaran berat terhadap hukum internasional. Al-Ansari, yang dikutip dari Al Jazeera, menyatakan bahwa serangan tersebut “merupakan pelanggaran berat terhadap semua hukum dan norma internasional serta ancaman serius terhadap keamanan dan keselamatan warga Qatar.” Kecaman ini mencerminkan kemarahan dan kekhawatiran Qatar atas pelanggaran wilayah kedaulatannya dan potensi eskalasi konflik regional.
Di pihak Hamas, organisasi tersebut mengonfirmasi bahwa para pemimpin utamanya selamat dari upaya pembunuhan tersebut. Namun, serangan itu mengakibatkan tewasnya enam orang, termasuk putra pemimpin Gaza, Khalil al-Hayya, salah satu ajudannya, dan seorang perwira Qatar. Dalam tanggapannya, Hamas mengecam serangan itu sebagai “sekali lagi menunjukkan sifat kriminal pendudukan dan keinginannya untuk merusak peluang mencapai kesepakatan.” Pernyataan ini menyoroti kekhawatiran Hamas bahwa serangan tersebut bertujuan untuk menggagalkan upaya mediasi dan perdamaian yang sedang berlangsung.
Serangan Israel ke Doha ini berpotensi membawa implikasi yang luas bagi stabilitas regional dan upaya perdamaian antara Israel dan Palestina. Reaksi internasional dan langkah-langkah selanjutnya yang akan diambil oleh Qatar dan Hamas akan menjadi penentu arah konflik yang terus bergejolak ini.
Ringkasan
Israel melancarkan serangan udara ke Doha, Qatar, menargetkan pemimpin senior Hamas, yang diklaim bertanggung jawab atas serangan 7 Oktober. Serangan ini adalah operasi militer langsung pertama Israel di Qatar, sekutu dekat AS, dan dikonfirmasi oleh IDF dan ISA sebagai operasi “tepat sasaran” dengan upaya minimalisasi dampak pada warga sipil.
Pemerintah Qatar mengutuk keras serangan tersebut sebagai pelanggaran berat hukum internasional dan ancaman bagi keamanan warga Qatar. Hamas mengkonfirmasi pemimpinnya selamat namun enam orang tewas, termasuk putra pemimpin Gaza, dan mengecam serangan tersebut sebagai upaya merusak peluang kesepakatan perdamaian, berpotensi berdampak luas pada stabilitas regional.