KONTAN.CO.ID – JAKARTA. Memasuki pertengahan pekan, pasar komoditas global kembali diwarnai pergerakan signifikan pada harga emas batangan PT Aneka Tambang Tbk (ANTM) atau Antam. Pada Rabu (27/8/2025), harga emas Antam terpantau melesat tajam, melonjak sebesar Rp 24.000 menjadi Rp 1.914.000 per gram. Kenaikan ini juga diikuti oleh harga buyback yang turut menguat ke level Rp 1.760.000 per gram, memberikan keuntungan bagi para investor.
Lonjakan harga emas Antam ini utamanya didorong oleh pelemahan dolar AS di pasar global, yang secara otomatis menjadikan emas sebagai pilihan investasi aset aman yang menarik bagi para investor. Sejumlah analis terkemuka memproyeksikan bahwa tren positif ini tidak akan berhenti, melainkan akan terus berlanjut hingga akhir tahun 2025.
Analis mata uang dari Doo Financial Futures, Lukman Leong, menegaskan bahwa prospek bullish emas masih sangat kuat dan berpotensi berlanjut hingga pengujung tahun. Menurut pandangannya, harga emas spot global memiliki peluang untuk mencapai level US$ 3.700 per ons, yang merepresentasikan potensi kenaikan sekitar 8% hingga 10% dari posisi saat ini. Sentimen utama yang menopang kenaikan ini, jelas Lukman, adalah permintaan yang kuat dari bank sentral dunia. Selain itu, kebijakan tarif Amerika Serikat yang berpotensi melemahkan perekonomian domestik juga akan memberikan tekanan negatif pada dolar AS, sekaligus mendukung penguatan harga emas. Tidak ketinggalan, faktor geopolitik yang penuh ketidakpastian, seperti perang di Ukraina dan ketegangan yang masih membara di Timur Tengah, turut menjaga daya tarik emas sebagai lindung nilai.
Harga Emas Antam Melesat, Diprediksi Bisa Capai Rp 2,15 Juta per Gram
Senada dengan pandangan tersebut, Presiden Komisioner HFX International Berjangka, Sutopo Widodo, juga melihat prospek harga emas, termasuk emas batangan Antam, tetap sangat positif hingga akhir tahun 2025. Ia bahkan menyebutkan bahwa sentimen bullish yang dominan berpotensi besar untuk mendorong harga emas menembus rekor tertinggi baru. JP Morgan, salah satu institusi keuangan global, memperkirakan harga emas dunia bisa mencapai US$ 3.300 per ons. Sementara itu, untuk emas Antam sendiri, Sutopo memproyeksikan harganya dapat menyentuh Rp 2,15 juta per gram, terutama jika tren kenaikan harga emas dunia terus berlanjut dan nilai tukar rupiah dapat dipertahankan stabil.
Faktor-faktor pendorong utama di balik potensi kenaikan harga emas yang lebih lanjut, menurut Sutopo, adalah kebijakan moneter The Fed yang cenderung akomodatif, termasuk kemungkinan adanya pemangkasan suku bunga acuan. Lebih lanjut, pelemahan berkelanjutan pada dolar AS, ketidakpastian geopolitik yang terus-menerus, serta kekhawatiran akan terjadinya resesi global juga akan semakin memperkuat permintaan akan emas sebagai investasi.
Kendati demikian, Sutopo tidak menampik adanya beberapa faktor yang bisa menahan laju kenaikan harga. Potensi penguatan dolar AS secara tiba-tiba, perbaikan ekonomi global yang lebih cepat dari perkiraan, atau aksi ambil untung (profit taking) yang dilakukan investor dalam skala besar bisa menjadi penghambat. Di sisi lain, ia menambahkan bahwa permintaan fisik emas dari India dan Tiongkok menjelang musim perayaan tradisional mereka juga akan menjadi sentimen pendorong yang sangat kuat, memberikan dorongan tambahan bagi pasar emas.
Profit 25,21% Setahun, Cek Harga Emas Antam Hari Ini Naik (26 Agustus 2025)
Ringkasan
Harga emas Antam pada Rabu, 27 Agustus 2025, mengalami kenaikan signifikan sebesar Rp 24.000 menjadi Rp 1.914.000 per gram, diikuti dengan kenaikan harga buyback menjadi Rp 1.760.000 per gram. Pelemahan dolar AS menjadi faktor utama pendorong kenaikan ini, menjadikan emas sebagai aset yang menarik di mata investor.
Analis memproyeksikan tren positif ini akan berlanjut hingga akhir tahun 2025, dengan potensi harga emas spot global mencapai US$ 3.700 per ons dan emas Antam mencapai Rp 2,15 juta per gram. Proyeksi ini didukung oleh permintaan yang kuat dari bank sentral, kebijakan moneter The Fed yang akomodatif, dan ketidakpastian geopolitik, meskipun potensi penguatan dolar AS atau aksi ambil untung dapat menahan laju kenaikan.