Kritik Pedas! Gaya Tarung Khamzat Chimaev di UFC 319 Dikuliti!

Posted on

Petarung kelas menengah yang terkenal blak-blakan, Paulo Costa, melontarkan kritik pedas terhadap gaya bertarung Khamzat Chimaev dalam laga perebutan gelar melawan Dricus du Plessis di UFC 319. Komentar ‘Borrachinha’ ini mengejutkan banyak pihak, mempertanyakan kualitas pertarungan yang baru saja mengukuhkan Chimaev sebagai juara.

Meski demikian, Khamzat Chimaev memang berhasil mengukir sejarah. Petarung berusia 31 tahun ini tidak hanya mempertahankan rekor tak terkalahkannya di kelas menengah UFC, tetapi juga sukses merebut sabuk juara dari tangan Dricus du Plessis. Kemenangan diraih Chimaev setelah bertarung sengit selama lima ronde penuh melawan DDP di oktagon UFC 319 yang digelar di Chicago, Amerika Serikat, pada Minggu, 17 Agustus 2025.

Namun, alih-alih pujian, pertarungan krusial ini justru memantik badai kritik, khususnya dari rekan sesama petarung kelas menengah, Paulo Costa. Bagi Costa, kemenangan Chimaev atas DDP terasa hambar, tak sekadar kurang menarik, melainkan juga berpotensi merusak semangat inti dari olahraga tarung bebas. Ia bahkan tak ragu menyatakan bahwa pertarungan tersebut bisa menggerogoti reputasi besar UFC.

Dengan nada tajam, Costa menegaskan, “Ini pertunjukan. Ini hiburan.” Namun, ia segera melanjutkan dengan peringatan serius, “Pertarungan seperti ini, dan petarung seperti ini, punya potensi besar untuk menghancurkan bisnis ini.” Pernyataan ‘Borrachinha’ ini mencerminkan kekhawatiran mendalamnya terhadap arah yang diambil oleh kompetisi papan atas.

Gelombang kritik terhadap Khamzat Chimaev rupanya tidak hanya datang dari satu arah. Bahkan, kabar menyebutkan bahwa Tim Khabib sempat ‘pasang badan’ ketika pelatih Dricus du Plessis melontarkan cemoohan terhadap sang juara baru. Senada dengan itu, Costa secara spesifik menyoroti performa Chimaev, menilai bahwa gaya bertarung sang ‘Borz’ begitu buruk, seolah hanya ‘berpelukan’ sepanjang 25 menit penuh di dalam oktagon.

Kritik Costa tak berhenti di situ. “Dia tampil buruk. Ini buruk bagi para penonton,” keluhnya. Ia melanjutkan dengan prediksi pesimis, “Orang-orang akan menonton hal lain. Mereka tidak akan menonton orang-orang ini berpelukan selama 25 menit.” Komentar ini menyoroti kekhawatirannya bahwa pertarungan yang minim aksi bisa membuat para penggemar beralih ke tontonan lain.

Dalam sesi wawancara yang sama, ‘Borrachinha’ juga sesumbar, menyatakan dirinyalah satu-satunya yang mampu menaklukkan Khamzat Chimaev. Dengan keyakinan penuh pada kekuatan serangannya, Paulo Costa optimistis dapat mengembalikan ‘gairah’ yang hilang dari UFC, asalkan ia diberikan kesempatan untuk berhadapan langsung dengan Chimaev di dalam oktagon.

Sebagai bukti kapabilitasnya, Paulo Costa mengungkit pertarungannya pada tahun 2019 silam melawan Yoel Romero, seorang pegulat kelas atas yang juga sangat hebat. “Romero adalah pegulat tingkat tinggi dan juga sangat hebat. Dia tidak bisa mengalahkan saya,” kenang Costa. Dengan kepercayaan diri yang tinggi, ia menegaskan, “Hal yang sama akan terjadi ketika saya melawan Khamzat, hal yang sama akan terjadi,” menyiratkan bahwa ia tak gentar menghadapi kemampuan gulat Chimaev.

Namun, perjalanan Paulo Costa untuk mendapatkan pertarungan impian melawan Chimaev tak serta-merta mulus. Ia memang baru saja meraih kemenangan meyakinkan atas Roman Kopylov melalui keputusan mutlak (unanimous decision) di UFC 318. Akan tetapi, catatan rekornya dalam beberapa tahun terakhir menunjukkan tantangan signifikan.

Sebelum kemenangan tersebut, ‘Borrachinha’ sempat menelan kekalahan beruntun dari Sean Strickland dan Robert Whittaker pada tahun sebelumnya. Bahkan, pada UFC 253 tahun 2020 silam, ia juga sempat menjadi korban TKO dari mantan juara Israel Adesanya. Dengan rentetan hasil yang naik turun ini, agaknya tidak akan mudah bagi Costa untuk langsung mengajukan tantangan untuk sabuk juara kelas menengah. Jalan terjal menanti: ia diproyeksikan harus melewati Dricus du Plessis terlebih dahulu sebelum bisa mewujudkan pertarungan yang ia inginkan melawan Khamzat Chimaev.

Ringkasan

Paulo Costa mengkritik gaya bertarung Khamzat Chimaev setelah kemenangannya melawan Dricus du Plessis di UFC 319. Costa menilai pertarungan tersebut hambar dan berpotensi merusak reputasi UFC, bahkan menyatakan bahwa gaya Chimaev yang hanya “berpelukan” selama 25 menit tidak menarik bagi penonton.

Costa sesumbar bahwa ia adalah satu-satunya yang bisa mengalahkan Chimaev, mengklaim bahwa kemampuannya dalam striking akan mengembalikan gairah pada UFC. Meskipun Costa baru saja meraih kemenangan atas Roman Kopylov, ia harus melewati Dricus du Plessis terlebih dahulu sebelum bisa menantang Chimaev untuk sabuk juara kelas menengah.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *