Simon Tahamata Sebut Indonesia Tidak Perlu Lagi Naturalisasi Pemain dari Belanda, Lebih Baik Kembangkan Talenta Lokal

Posted on

Kepala Pemandu Bakat PSSI, Simon Tahamata, menegaskan bahwa sudah saatnya Indonesia tidak lagi terlalu bergantung pada naturalisasi pemain dari Belanda untuk memperkuat Tim Merah Putih. Ia percaya bahwa fokus utama seharusnya adalah mengembangkan dan memaksimalkan talenta-talenta lokal yang melimpah di Tanah Air demi masa depan tim nasional.

Simon Tahamata, seorang pelatih berdarah Indonesia-Belanda, didatangkan secara khusus oleh PSSI untuk mengemban misi penting: mencari dan mengasah pemain-pemain usia muda potensial yang kelak akan menjadi tulang punggung Timnas Indonesia. Kedatangannya ke Indonesia membuka matanya akan fenomena banyaknya pemain berdarah Belanda yang kini memperkuat tim nasional, baik di level junior maupun senior.

Meskipun mengakui realitas tersebut, Simon Tahamata tidak mempermasalahkan kondisi saat ini. Ia memahami bahwa prioritas PSSI saat ini adalah lolos ke Piala Dunia 2026. Namun, ia menekankan bahwa ke depannya, sangat krusial bagi Indonesia untuk secara mandiri mengembangkan talenta-talenta pesepak bola usia muda dari akar rumput. Pernyataan ini disampaikannya usai menghadiri turnamen usia muda bergengsi, Garuda International Cup 2025, belum lama ini.

“Saya melihat banyak pihak memanggil pemain dari Belanda atau dari mana pun yang memiliki darah Indonesia,” ujar Simon Tahamata. “Namun, kita bisa saksikan sendiri di sini (Indonesia) banyak sekali pemain-pemain berbakat yang siap dikembangkan.” Menurutnya, sebagai negara besar, Indonesia memiliki potensi tak terbatas dalam menciptakan bintang-bintang sepak bola lokal.

Ia khawatir, jika terus-menerus mengandalkan pemain naturalisasi, kesempatan bagi talenta lokal untuk unjuk gigi di kancah internasional akan semakin menipis. “Jika kami terus-menerus mengambil banyak pemain dari Belanda, lalu apa gunanya pemain-pemain yang ada di sini?” tanyanya. “Mereka takutnya tidak akan mendapatkan kesempatan untuk bermain di Timnas Indonesia.”

Simon Tahamata mengemban tugas dari PSSI untuk memantau langsung bibit-bibit unggul di seluruh penjuru Indonesia. Sejauh ini, ia telah mengunjungi Medan dan Bali, mengamati potensi luar biasa yang dimiliki para pemain muda. “Sangat disayangkan jika anak-anak dengan bakat bagus di sini tidak kita manfaatkan untuk membela Timnas Indonesia,” imbuhnya.

Salah satu observasi menarik Simon adalah performa Timnas Indonesia di level junior yang kerap tampil gemilang, namun cenderung menurun drastis saat memasuki level senior. Ia kini sedang berupaya mencari akar permasalahan di balik fenomena ini. Oleh karena itu, ia mantap menerima tawaran PSSI untuk membantu mencari bibit-bibit berkualitas, memastikan transisi yang mulus dari level junior ke senior.

“Kita harus memulai sepak bola dari dasar, ibarat bayi yang belajar merangkak sebelum bisa berjalan,” jelas Simon Tahamata. “Sama halnya di sini, pemain-pemain pasti memiliki pelatih yang bagus, tetapi mereka harus belajar lebih banyak lagi. Saya datang ke sini untuk memberikan bantuan dan membimbing mereka.” Dengan pondasi yang kuat, Simon berharap sepak bola Indonesia dapat mencapai puncak kejayaan melalui potensi asli bangsanya.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *