Harga emas dunia kembali menunjukkan koreksi pada pekan ini, setelah data harga produsen di Amerika Serikat (AS) dirilis lebih tinggi dari ekspektasi pasar. Kondisi ini secara langsung memengaruhi ekspektasi pelaku pasar, mendorong mereka untuk mengurangi taruhan terhadap potensi pemangkasan suku bunga The Federal Reserve (The Fed) pada bulan depan.
Meskipun demikian, pada penutupan perdagangan Jumat (15/8/2025), harga emas spot sempat menunjukkan sedikit kenaikan. Logam mulia ini tercatat berada di level US$ 3.336,19 per ons troi, meningkat tipis 0,02% dari posisi sehari sebelumnya yang berada di US$ 3.335,39 per ons troi. Kenaikan harian ini terjadi di tengah tekanan koreksi yang lebih luas secara mingguan.
Di tengah dinamika pasar jangka pendek tersebut, analis mata uang Doo Financial Futures, Lukman Leong, tetap optimistis mengenai prospek harga emas. Menurutnya, potensi kenaikan harga emas hingga akhir tahun masih sangat positif, bahkan berpeluang menyentuh level US$ 3.700 per ons troi.
Lukman menjelaskan bahwa secara jangka panjang, emas didukung oleh sejumlah faktor krusial. Salah satunya adalah tingginya permintaan dari bank sentral global yang terus mengakumulasi cadangan emas. Selain itu, perkembangan isu-isu makroekonomi seperti tarif perdagangan, dampaknya terhadap ekonomi global, serta dinamika geopolitik, termasuk konflik dan rivalitas antara AS-China, juga akan memainkan peran penting dalam menopang harga logam mulia ini.
Lebih lanjut, Lukman menegaskan bahwa suku bunga The Fed senantiasa menjadi penentu utama arah pergerakan harga emas. Kebijakan moneter bank sentral AS ini memiliki pengaruh langsung dan signifikan terhadap valuasi emas, meskipun arahnya bisa bergeser seiring perubahan kondisi ekonomi makro.
“Suku bunga The Fed senantiasa memengaruhi harga emas secara langsung,” jelas Lukman. “Prospeknya bisa naik turun seiring data ekonomi. Namun, apabila ekonomi AS melambat, maka pengaruh itu bisa terputus,” imbuhnya, mengindikasikan bahwa kondisi fundamental ekonomi dapat mengubah dinamika tersebut.
Selain suku bunga The Fed, Lukman juga menyoroti pentingnya data-data ekonomi AS lainnya, seperti tingkat tenaga kerja dan angka inflasi. “Tenaga kerja dan inflasi adalah faktor yang menentukan suku bunga The Fed, dan pada akhirnya akan berdampak pada emas,” tegasnya, menunjukkan keterkaitan erat antara indikator-indikator tersebut dengan pergerakan logam mulia.
Untuk jangka pendek, Lukman menilai harga emas masih berada dalam fase konsolidasi. Dalam kondisi ini, ia menyarankan para investor emas untuk tetap berhati-hati dan menyusun strategi kepemilikan secara bijak guna mengoptimalkan potensi keuntungan.
“Dalam periode jangka pendek ini, harga emas masih dalam fase konsolidasi, sehingga investor dapat mengatur kepemilikan dengan strategi membeli saat harga terkoreksi dan mengambil untung saat terjadi kenaikan,” jelas Lukman. Ia mengakhiri dengan menegaskan kembali pandangannya: “Namun untuk jangka panjang, harga emas masih berpotensi naik terus.”