Penertiban tambang ilegal jadi titik balik, prospek TINS cerah pada 2026

Posted on

mellydia.co.id – JAKARTA. Meski kinerja PT Timah Tbk (TINS) mencatat lonjakan pada kuartal-III 2025, tetapi kinerja operasional masih tertekan. Sejalan dengan itu, prospek pemulihan TINS masih terbuka sejalan dengan pengetatan tambang ilegal serta kenaikan harga timah pada 2026.

Diketahui, TINS membukukan laba bersih sebesar Rp 602 miliar per kuartal III-2025, atau melonjak dua kali lipat dibandingkan laba bersih semester I-2025 yang sebesar Rp 300 miliar.

Harry Su Managing Director Research dan Digital Production Samuel Sekuritas Indonesia Harry Su menyebut, kinerja solid TINS pada periode ini ditopang oleh dua faktor utama.

Pertama, adanya basis pembanding yang rendah pada semester I 2025 seiring terhentinya ekspor akibat pergantian manajemen. Hal ini juga sejalan dengan upaya pemerintah dalam mengendalikan penambangan timah ilegal di Bangka Belitung.

Kedua, upaya perseroan dalam menurunkan cash cost yang sempat berada di level tinggi sekitar US$ 20.000 per ton pada semester I 2025, sehingga margin kinerja membaik pada periode berikutnya.

Proyeksi IHSG Pekan Depan: Minim Katalis, Investor Diminta Selektif

Tetapi sebaliknya, dicatat pendapatan TINS menyusut 20% yoy menjadi Rp 6,61 triliun dari sebelumnya yang mencapai Rp 8,25 triliun.

Produksi bijih timah TINS merosot 20% year on year (yoy) menjadi 12.197 ton Sn hingga kuartal III-2025. Pada saat yang sama, produksi logam timah TINS ikut terkoreksi 25% yoy menjadi 10.855 metrik ton. Penjualan logam timah TINS juga berkurang 30% yoy menjadi 9.469 metrik ton.

Tetapi, manajemen TINS sudah merumuskan target kinerja pada 2026 mendatang. Meski belum diungkap resmi, secara historis produksi timah yang tertera dalam Rencana Kerja dan Anggaran Perusahaan (RKAP) TINS berada di kisaran 30.000 metrik ton per tahun. Rencana ini naik sekitar 40% dibandingkan target 21,5 ribu ton pada 2025.

Harry bilang, target ini masih punya peluang untuk terealisasi. “Asalkan upaya Pemerintah dalam membasmi aktivitas tambang illegal di Bangka-Belitung dapat berjalan sesuai target,” ujar Harry kepada Kontan, Rabu (24/12/2025).

Dengan begitu, produksi run-rate kan dengan mudah untuk mencapai level 3.000 ton per bulan. Sehingga, lanjut Harry, target dapat dicapai.

Analis Sinarmas Sekuritas Inav Haria Chandra dan Kenny Shan juga bilang, langkah tegas pemerintah Indonesia terhadap penambangan timah ilegal baru-baru ini dapat menjadi titik balik penting bagi TINS.

Pada Oktober 2025, pemerintah menutup sekitar 1.000 lokasi tambang ilegal di Bangka Belitung, wilayah penghasil timah utama di Indonesia.

“Selama bertahun-tahun, operasi ilegal tersebut mengalihkan sebagian besar bijih, hingga 80% dari dari TINS, sehingga membatasi kemampuan perusahaan memenuhi target produksi,” ujar Ivan dan Kenny dalam riset 6 November 2025.

Sebagai catatan, penindakan serupa juga pernah dilakukan pada 2007, dan itu berhasil mendorong lonjakan pangsa ekspor TINS serta memicu kenaikan harga saham lebih dari lima kali lipat dalam kurun satu tahun.

Lebih lanjut, saat ini prospek harga timah sedang kondusif. Bank-bank investasi global memperkirakan harga timah akan menguat menuju US$ 40.000 per ton hingga 2026, didorong oleh pemulihan permintaan siklikal dan berlanjutnya keterbatasan pasokan di Indonesia dan Myanmar.

Permintaan kuat dari sektor energi surya, pusat data, dan elektronik telah menjadikan timah sebagai salah satu logam dasar dengan kinerja terbaik tahun ini, didukung oleh posisi investor yang semakin bullish.

Research Analyst Henan Sekuritas Dennis Tay melihat TINS sebagai pihak yang paling diuntungkan dari prospek harga timah yang konstruktif ini, mengingat perannya yang dominan dalam pasokan timah rafinasi Indonesia serta leverage operasionalnya yang tinggi terhadap kenaikan harga.

“Setiap kenaikan US$ 1.000 per ton pada harga timah LME itu bisa berpotensi meningkatkan pendapatan TINS FY26F sekitar 2,4%,” bidik Dennis dalam riset 17 November 2025.

Namun setelah melewati sejumlah koreksi tahun ini, Dennis memperkirakan laba FY25F sebesar Rp 1,31 triliun atau naik 11% YoY, yang kemudian membuka jalan bagi pemulihan yang kuat dalam beberapa tahun ke depan.

Didukung oleh peningkatan produksi yang signifikan, normalisasi utilisasi smelter, serta lingkungan harga timah yang lebih mendukung, dibidik Dennis laba bersih akan semakin solid pada 2026F mencapai Rp 2,07 triliun, melonjak sekitar 58% YoY.

Dengan begitu, Dennis pun memberikan rekomendasi investor untuk BUY saham TINS dengan target harga Rp 4.200 per saham. Begitu pula Inav dan Kenny beri rekomendasi BUY saham TINS dengan target harga Rp 4.700 per saham. Serta Harry juga memberi rekomendasi BUY TINS dengan target harga Rp 5.000 per saham

IHSG Diproyeksikan Melemah Terbatas pada Senin (29/12), Cermati Sentimennya

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *