
PT Pertamina Geothermal Energy Tbk (PGEO) dan PT PLN Indonesia Power menyepakati tarif listrik untuk proyek Pembangkit Listrik Tenaga Panas Bumi (PLTP) Ulubelu Bottoming Unit di Lampung berkapasitas 30 megawatt.
Direktur Eksplorasi dan Pengembangan PT Pertamina Geothermal Energy Tbk Edwil Suzandi mengatakan kesepakatan tarif listrik ini akan dilanjutkan dengan proses pendirian joint venture, pengadaan Engineering, Procurement, Construction, and Commissioning (EPCC), dan Power Purchase Agreement (PPA). Rangkaian proses ini bakal dimulai pada Januari 2026.
“Percepatan prosesnya secara simultan akan dilakukan di bulan Januari 2026 untuk mengejar target commercial operation date di tahun 2027,” kata Edwil dalam keterbukaan informasi di Bursa Efek Indonesia, Rabu, 24 Desember 2025.
Edwil mengatakan transisi energi nasional perlu didorong secara konsisten melalui optimalisasi pemanfaatan energi bersih dan andal yang tersedia di dalam negeri. Dia berharap sinergi dengan PLN dalam pengembangan Ulubelu Bottoming Unit dapat direplikasi di proyek bottoming di wilayah kerja eksisting PGE lainnya, seperti Lahendong di Sulawesi Utara dan Lumut Balai di Sumatera Selatan. “Ini merupakan kontribusi nyata PGE dalam memperkuat ekosistem transisi energi sekaligus ketahanan energi nasional,” katanya
Pada Agustus 2025, PT Pertamina (Persero) dan PT PLN (Persero) menandatangani Nota Kesepahaman (MoU) pengembangan energi panas bumi di 19 proyek eksisting dengan total kapasitas 530 MW. Sinergi tersebut difasilitasi oleh Badan Pengelola Investasi Daya Anagata Nusantara.
Seiring dengan akselerasi pengembangan pada proyek-proyek eksisting tersebut, PGE dan PLN IP juga menyepakati Perjanjian Komitmen Konsorsium untuk pengembangan PLTP Ulubelu Bottoming Unit berkapasitas 30 MW serta PLTP Lahendong Bottoming Unit 1 berkapasitas 15 MW.
Melalui kedua proyek ini, Edwil berharap bisa menambah kapasitas pembangkit listrik. “Kedua proyek ini diharapkan dapat menambah kapasitas pembangkit hingga total 45 MW melalui pemanfaatan teknologi yang lebih optimal,” ujarnya.
Secara keseluruhan, Edwil menambahkan, kerja sama ini membuka potensi pengembangan tambahan kapasitas hingga 1.130 MW dengan estimasi nilai investasi mencapai US$5,4 miliar. Potensi tersebut berasal dari pengembangan di wilayah kerja yang telah berproduksi, sekaligus membuka peluang di area-area prospektif baru.
Pilihan Editor: Sebab-sebab Kenaikan Okupansi Hotel Landai Menjelang Natal



