Ketika fans Real Madrid ngamuk, klaim Barcelona diuntungkan wasit La Liga

Posted on

mellydia.co.id  – Kontroversi perwasitan kembali mewarnai La Liga. Kali ini, sorotan tertuju pada laga Villarreal kontra Barcelona di Estadio de la Ceramica.

Pertandingan yang sejatinya berjalan tidak mulus bagi Blaugrana justru berakhir dengan keuntungan besar bagi tim asal Catalunya, apalagi berkat sejumlah keputusan wasit yang dinilai mengundang tanda tanya.

Melansir Defensa Central, Villarreal tampil agresif sejak awal dan bahkan memiliki peluang yang lebih banyak serta lebih berbahaya di babak pertama. Namun, arah pertandingan berubah drastis setelah dua keputusan krusial wasit Alberola Rojas.

Pertama, penalti diberikan untuk Barcelona usai Raphinha terjatuh di kotak terlarang. Tak lama berselang, Villarreal harus bermain dengan 10 orang setelah Renato Veiga diganjar kartu merah akibat tekel terhadap Lamine Yamal.

Terungkap Makna Selebrasi Lamine Yamal di Laga Barcelona Lawan Villarreal, Terinspirasi Anime?

Di mata banyak pihak, terutama fans Real Madrid, dua keputusan tersebut terasa terlalu menguntungkan Barcelona. Bahkan, muncul anggapan bahwa kartu merah seperti itu “hanya akan keluar jika yang dilanggar adalah pemain Barca”.

Standar Ganda yang Terasa Jelas

Alberola Rojas dinilai “menggelar karpet merah” untuk Barcelona. Keputusan-keputusannya disebut sebagai contoh nyata standar ganda dalam sepak bola Spanyol. Jika situasi serupa terjadi dan melibatkan Real Madrid, banyak yang yakin hasilnya akan berbeda.

Perbandingan pun langsung muncul. Beberapa waktu lalu, Marcao tidak diusir keluar lapangan meski melakukan tekel brutal dengan kedua kaki terhadap Rodrygo. Namun, pelanggaran terhadap Lamine Yamal dianggap tidak bisa ditoleransi dan langsung berbuah kartu merah.

Bek Barcelona Jules Kounde Dipastikan Absen 4 Pekan Usai Cedera Lawan Villarreal

Tekel yang diterima Vinicius Jr. hampir di setiap pertandingan pun sering kali tak berujung kartu merah bagi lawan. Dalam konteks ini, kartu merah untuk Renato Veiga dinilai berlebihan. 

Kontaknya minim, hanya sedikit menginjak tumit Yamal karena terlambat datang. Jika insiden seperti ini dianggap kartu merah, maka logikanya, hampir setiap lawan Real Madrid seharusnya bermain dengan 10 orang.

Penalti yang Kembali Jadi Sorotan

Selain kartu merah, penalti untuk Raphinha juga memicu perdebatan. Kontak yang terjadi dinilai ringan dan tak jauh berbeda dengan sejumlah insiden yang dialami Vinicius atau Rodrygo di pertandingan lain yang justru tidak berujung penalti.

Penalti inilah yang membuka keunggulan Barcelona. Keputusan tersebut diambil tanpa intervensi VAR karena dianggap sebagai situasi yang “terbuka untuk interpretasi”. 

Namun, di sinilah letak masalahnya. Interpretasi wasit terasa berubah-ubah: satu cara ketika menguntungkan Barcelona, cara lain ketika situasinya melibatkan Real Madrid.

Hal inilah yang lebih dari sekadar benar atau tidaknya penalti dan kartu merah benar-benar memicu kemarahan di Bernabeu.

Kemarahan Publik di Bernabeu

Di internal Real Madrid, kekecewaan sangat terasa. Keputusan-keputusan dalam laga Villarreal vs Barcelona dianggap sebagai contoh terbaru dari masalah lama. Bukan hanya soal satu pertandingan, melainkan pola yang terus berulang selama bertahun-tahun.

Tekel dari belakang terhadap Mbappe bukan kartu merah, tetapi tekel terhadap Lamine Yamal adalah kartu merah. 

Sentuhan terhadap Vinicius di kotak penalti bukan penalti, sementara sentuhan terhadap Raphinha justru dihukum titik putih. “Ini bukan cara untuk berkompetisi,” menjadi suara yang mengemuka dari lingkungan klub.

Barcelona Kembali Puncaki Klasemen La Liga Berkat Penampilan Gemilang Joan Garcia

Beberapa direktur Real Madrid bahkan sudah melontarkan komentar keras sebelum laga Barcelona benar-benar berakhir. 

“Anda tidak bisa bersaing seperti ini, apa yang satu pihak sebut pelanggaran, penalti, atau kartu merah, di pihak lain, itu bukan…”.

Bayang-bayang Lama yang Tak Hilang

Di Real Madrid, pertanyaan besar kembali muncul. Mengapa situasi seperti ini terus terjadi, padahal Barcelona disebut sudah lama berhenti membayar wakil presiden Komite Teknis Wasit? 

Selama 17 tahun, lebih dari 8 juta euro mengalir ke perusahaan milik pejabat tersebut, konon untuk laporan wasit yang tak pernah jelas isinya.

Barcelona Hadapi Teka-Teki Bursa Transfer di Tengah Krisis Cedera

Meski pembayaran itu sudah lama berhenti, perasaan tidak adil di lapangan tetap dirasakan. Bukan karena penalti Raphinha atau kartu merah Lamine Yamal pasti salah, melainkan karena insiden serupa tak pernah diputuskan sama ketika melibatkan Real Madrid.

Perbedaan kriteria inilah yang membuat klub menuntut perombakan total sistem perwasitan. Selama itu belum terjadi, bayang-bayang kecurigaan akan terus ada. 

Tak heran jika, melihat situasi ini, Real Madrid dalam beberapa tahun terakhir seolah lebih memprioritaskan Liga Champions dibanding La Liga—kompetisi yang nilainya dianggap semakin dipertanyakan.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *