Begini rekomendasi saham bank saat tren likuiditas makin kencang

Posted on

mellydia.co.id  JAKARTA. Kondisi likuiditas perbankan nasional terlihat cukup solid menjelang tahun fiskal 2026. Hingga November 2025, pertumbuhan dana pihak ketiga (DPK) perbankan Indonesia tercatat sebesar 12% secara tahunan alias year-on-year (YoY), melampaui pertumbuhan kredit yang hanya mencapai 7,7% secara tahunan.

Kondisi tersebut mendorong penurunan rasio kredit terhadap simpanan alias loan-to-deposit ratio (LDR) secara bertahap menjadi 84% pada November 2025, dibandingkan dengan posisi tertinggi 88% pada Desember 2024. Menurut Jeffrosenberg Chenlim Analis Maybank Sekuritas Indonesia, likuiditas yang longgar ini dinilai menjadi modal positif bagi sektor perbankan untuk mendorong pertumbuhan kredit ke depan.

Pemulihan permintaan kredit diperkirakan berlangsung secara bertahap seiring tren penurunan suku bunga, peningkatan belanja pemerintah, serta membaiknya kinerja segmen usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM). Karena itu Jeffrosenberg memberi rekomendasi beli saham bank. “Dalam konteks tersebut, bank-bank yang menjadi pilihan utama di sektor perbankan Indonesia adalah Bank Rakyat Indonesia (BBRI), Bank Central Asia (BBCA), Bank Syariah Indonesia (BRIS), Bank Mandiri (BMRI), dan Bank Negara Indonesia (BBNI),” ujar dia dalam riset Senin 22 Desember 2025.

Indosat (ISAT), Arsari Grup dan Northstar Bangun FiberCo Senilai Rp 14,6 Triliun

Dari sisi penyaluran kredit, permintaan pembiayaan masih relatif lemah. Hingga November 2025, pertumbuhan kredit tercatat 7,7% secara tahunan. Kredit investasi menjadi pendorong utama dengan pertumbuhan tertinggi sebesar 17,8% secara tahunan, disusul kredit konsumsi yang tumbuh 7,2% secara tahunan. Sementara itu, kredit modal kerja menunjukkan pertumbuhan terbatas sebesar 2,5% secara tahunan.

Meski begitu, menurut Jeffrosenberg permintaan kredit korporasi dinilai masih menunggu momentum penurunan suku bunga. “Pelaku usaha diperkirakan akan lebih aktif setelah kebijakan insentif likuiditas makroprudensial dari Bank Indonesia yang mendorong penurunan suku bunga kredit mulai berlaku pada 1 Desember 2025,” terang dia dalam riset. Secara keseluruhan, dia memperkirakan, pertumbuhan kredit sepanjang tahun 2025 diperkirakan berada di kisaran 7%–8%.

Sementara itu, pertumbuhan simpanan perbankan tetap terjaga di atas 11% secara tahunan sejak September 2025. Pada November 2025, DPK tumbuh 12% secara tahunan, memperkuat kondisi likuiditas industri perbankan. Penurunan LDR menjadi 84% dari 88,6% pada akhir 2024 mencerminkan meredanya persaingan pendanaan antarbank.

“Kondisi likuiditas yang membaik ini diperkirakan menekan biaya dana (cost of fund) di pasar,” papar Jeffrosenberg. Penurunan biaya pendanaan tersebut diharapkan mampu mengimbangi penurunan imbal hasil kredit, sehingga margin perbankan tetap terjaga relatif stabil.

Memasuki tahun 2026, Jeffrosenberg memperkirakan pertumbuhan kredit diperkirakan akan meningkat, didorong oleh tiga faktor utama, yakni tren penurunan suku bunga, peningkatan penyaluran kredit bersubsidi pemerintah seperti Kredit Usaha Rakyat (KUR), serta implementasi program koperasi desa.

Kurs Rupiah Melemah ke Rp 16.784 per Dolar AS Selasa (23/12) Siang

“Berbagai program tersebut diperkirakan memberikan efek berganda (trickle-down effect) bagi perekonomian, khususnya pada segmen masyarakat berpendapatan rendah,” terang Jeffrosenberg. Dengan likuiditas yang semakin kuat, perbankan nasional dinilai memiliki kapasitas yang memadai untuk menopang permintaan kredit yang lebih tinggi pada tahun 2026.

Adapun rekomendasi saham dari Maybank Sekuritas untuk saham bank sebagai berikut : 

  • BBCA rekomendasi buy dengan target harga Rp 10.650 per saham
  • BBRI rekomendasi buy dengan target harga Rp 4.900 per saham
  • BMRI rekomendasi buy dengan target harga Rp 5.600 per saham
  • BBNI rekomendasi buy dengan target harga Rp 4.850 per saham
  • BRIS rekomendasi buy dengan target harga Ro 3.350 per saham

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *