JAKARTA – Bitcoin terpantau bertahan di kisaran US$ 95.000 pada Senin (17/11). Meskipun berhasil mempertahankan sebagian besar penurunan yang terjadi pada minggu sebelumnya, mata uang kripto utama ini masih mendekam di level terendah sejak awal Mei, terbebani oleh sentimen risk-off yang meluas di pasar global.
Menurut kutipan dari Tradingeconomics, mata uang kripto ini telah kehilangan lebih dari 30% dari keuntungannya yang mengesankan di awal tahun. Optimisme awal yang sempat melambung berkat sikap pro-kripto pemerintahan Donald Trump kini tampak memudar, digantikan oleh kewaspadaan investor.
Guncangan terhadap kepercayaan investor dimulai setelah pengumuman kebijakan tarif oleh Presiden AS Donald Trump pada Oktober lalu. Kebijakan ini memicu gelombang likuidasi pasar yang tajam, menyebabkan Bitcoin dan pasar kripto yang lebih luas berjuang keras untuk menemukan momentum pemulihan.
Dampak dari aksi jual tersebut meninggalkan jejak yang cukup panjang pada sentimen pasar. Kondisi ini secara signifikan menahan minat pembeli institusional dan menghilangkan dukungan krusial dari aliran dana yang sebelumnya menjadi pemicu utama kenaikan harga di awal tahun.
Kemunduran ini semakin diperparah oleh fenomena pendinginan pada saham teknologi yang sebelumnya melambung tinggi. Hal ini secara keseluruhan meredam selera risiko di kalangan investor. Akibatnya, token yang lebih kecil dan kurang likuid terpukul lebih keras, mengalami kerugian yang jauh lebih tajam.



