
Malaysia sesumbar optimisme dengan peta jalan ke Piala Dunia dan menjadi penghuni lima besar peringkat Asia pada 2030. Pernyataan ambisius ini datang dari Menteri Pemuda dan Olahraga (Menpora) Hannah Yeoh, yang menyampaikannya di hadapan Majelis Nasional pada Senin (10/11/2025).
Dalam presentasinya, Hannah Yeoh memaparkan sebuah proyek ambisius berjangka waktu 12 tahun yang terbagi menjadi tiga fase. Fase pertama, yang berlangsung dari tahun 2019 hingga 2020, berfokus pada penguatan tata kelola, penyelenggaraan turnamen, pengembangan sumber daya manusia, dan peningkatan infrastruktur sepak bola nasional. Kemudian, fase kedua (2023-2026) diarahkan untuk memenuhi kebutuhan tim agar mampu bersaing secara efektif di kancah Asia. Puncaknya, fase ketiga (2027-2030) menetapkan tujuan utama Malaysia untuk rutin berpartisipasi di ajang Piala Dunia, dengan visi membentuk tim nasional kelas dunia.
Menpora Yeoh menunjukkan kepercayaan diri yang tinggi terhadap target ini. “Tujuannya adalah membentuk tim nasional kelas dunia,” tegasnya. Untuk mencapai ambisi besar ini, upaya akan dipusatkan pada penetapan target Piala Dunia yang jelas dan pelatihan intensif untuk generasi pemain berikutnya. Selain itu, pemerintah juga berkomitmen untuk memperkuat stabilitas keuangan dan organisasi federasi, meningkatkan pengaruh internasional Malaysia di dunia sepak bola, memperbaiki peringkat FIFA, serta melakukan penelitian dan inovasi secara berkelanjutan.
Namun, di balik optimisme yang digaungkan, Menpora Malaysia ini menyadari sepenuhnya tantangan besar yang dihadapi sepak bola Malaysia, terutama akibat skandal naturalisasi yang sedang berlangsung. Hannah Yeoh berjanji pihaknya akan bekerja sama penuh dengan komite investigasi khusus yang dibentuk untuk menyelidiki kasus tersebut, menegaskan transparansi dan akuntabilitas adalah kunci.
Pemerintah Malaysia, lanjutnya, sangat berhati-hati dalam menanggapi skandal besar ini. Campur tangan sekecil apa pun dari pemerintah berpotensi dianggap sebagai intervensi terhadap federasi sepak bola (FAM) dan bisa berujung pada sanksi berat dari FIFA. “Hasil investigasi ini akan memandu reformasi dan perbaikan yang diperlukan bagi FAM,” jelas Hannah Yeoh pada 4 November lalu. Ia menambahkan, penangguhan dari FIFA akan berdampak buruk pada seluruh ekosistem sepak bola di Malaysia. “Kementerian tetap berkomitmen untuk memastikan FAM menjunjung tinggi integritas, tata kelola yang baik, dan kredibilitas sepak bola Malaysia,” pungkasnya.
Saat ini, FAM sendiri sedang berupaya melawan keputusan FIFA dengan membawa kasus naturalisasi ini ke Pengadilan Arbitrase Olahraga Internasional (CAS). Upaya hukum ini mendapatkan sokongan dana signifikan dari Tunku Ismail Idris (TMJ), anak sultan Johor, yang mendanai pembiayaan legal, perjalanan, dan pendaftaran di CAS.
Meski demikian, banyak pihak yang menilai bahwa upaya Malaysia di CAS ini berpotensi sia-sia karena minimnya bukti baru yang bisa disajikan. Jika gugatan di CAS tidak berhasil dan justru memicu sanksi baru dari FIFA, bukan tidak mungkin seluruh rencana ambisius Menpora Hannah Yeoh yang telah dipetakan akan berantakan. Malaysia bahkan bisa menghadapi sanksi berat, serupa dengan kasus Timor Leste yang pernah memalsukan dokumen belasan pemain naturalisasi asal Brasil. Oleh karena itu, menarik untuk terus mencermati bagaimana akhir dari drama pemalsuan dokumen tujuh pemain naturalisasi Malaysia ini akan memengaruhi masa depan sepak bola Harimau Malaya.



