Granit Xhaka tidak akan pernah melupakan momen krusial saat Mikel Arteta pertama kali mengambil alih kursi pelatih Arsenal. Kedatangan Arteta pada Desember 2019 menandai titik balik yang mengubah lanskap klub secara fundamental, sebuah kesan mendalam yang masih terekam jelas dalam ingatan Xhaka, yang telah berseragam The Gunners sejak musim 2016/2017.
Mantan pelatih asal Spanyol itu dikenal dengan pendekatan visioner, dan hari pertamanya di tempat latihan sudah menunjukkan betapa revolusionernya kepemimpinan yang akan ia bawa. Xhaka menceritakan bagaimana Arteta menggambarkan kondisi kekacauan internal Arsenal menggunakan analogi kursi-kursi yang berserakan di sebuah ruangan besar. “Saya tidak akan pernah melupakan hari pertama Mikel datang,” kenang Granit Xhaka kepada The Athletic. “Di tempat latihan, kami punya ruangan besar dan ada beberapa kursi di sana, tetapi kursi-kursi itu ada di mana-mana — kacau.”
Arteta kemudian memanggil seluruh staf dan pemain yang bekerja di gedung itu ke dalam ruangan tersebut. Dengan lugas, ia menyampaikan pesan yang menohok: “Teman-teman, dari luar, kalian terlihat seperti ini. Kekacauan.” Setelah itu, ia meminta setiap orang untuk mengambil satu kursi dan meletakkannya di tempat yang seharusnya, menata kembali kerapian ruangan. “Lalu semua orang mengambil kursi dan meletakkannya di tempat yang tepat, lalu dia berkata: ‘Saya ingin kalian seperti ini setiap hari’,” tambah Xhaka, menggarisbawahi dampak visual dan metaforis dari momen tersebut.
Perkataan Arteta pada hari pertama itu bukan sekadar instruksi, melainkan sebuah deklarasi. Ini adalah awal dari transformasi mentalitas tim dan cara berlatih para pemain Arsenal. Xhaka mengaku sangat terkesan dengan etos kerja dan visi eks asisten Pep Guardiola tersebut. “Anda berpikir ‘wow’, dia sudah mulai dengan standar-standar ini — hari pertama,” ungkap Xhaka. “Setelah itu, dia membangun mentalitas kami, standar dalam latihan, pra-latihan, aktivasi, dan pemulihan.”
Di bawah arahan Arteta, Xhaka merasakan langsung perubahan signifikan. Pelatih tersebut juga membawa individu-individu berkualitas yang bekerja sangat baik, menciptakan lingkungan yang mendukung pertumbuhan dan kesuksesan. “Sungguh luar biasa bisa bekerja dengannya karena dia memandang sepak bola dengan cara yang berbeda,” pungkas Xhaka, menunjukkan kekagumannya pada filosofi kepelatihan Arteta.
Bersama Mikel Arteta, Granit Xhaka berhasil mempersembahkan trofi Piala FA pada tahun 2020, sebuah bukti nyata dari perubahan positif yang terjadi di klub. Gelandang berusia 33 tahun itu juga memainkan peran kunci dalam membawa Arsenal menjadi penantang serius gelar Liga Inggris musim 2022/2023, meskipun pada akhirnya gelar tersebut berhasil diraih oleh Manchester City. Kini, pemain yang kini menjabat sebagai kapten Sunderland tersebut dijadwalkan akan berhadapan dengan mantan klubnya, Arsenal, pada Minggu (9/11). Pertandingan tersebut tentu akan menjadi ajang yang menarik untuk dinantikan, terutama mengingat performanya di laga penting tersebut.
Ringkasan
Granit Xhaka mengenang kedatangan Mikel Arteta di Arsenal pada Desember 2019, yang digambarkannya sebagai titik balik klub. Arteta menggunakan analogi kursi yang berserakan untuk menggambarkan kekacauan internal tim, meminta staf dan pemain untuk menata kursi tersebut sebagai simbol perubahan yang diinginkannya.
Xhaka terkesan dengan standar tinggi yang diterapkan Arteta sejak hari pertama, yang kemudian membangun mentalitas tim dan standar latihan. Di bawah kepemimpinan Arteta, Arsenal meraih trofi Piala FA 2020 dan menjadi penantang gelar Liga Inggris 2022/2023, meskipun pada akhirnya gagal meraih juara.



