Cerita Perjuangan Gregoria Mariska Kembali ke Performa Terbaik, Melawan Diri Sendiri Sejak Derita Sakit Vertigo

Posted on

Pebulu tangkis tunggal putri andalan Indonesia, Gregoria Mariska Tunjung, masih berjuang keras untuk menemukan kembali performa puncaknya setelah sempat didera penyakit vertigo serius. Atlet yang akrab disapa Jorji ini mengakui sulitnya mengembalikan pola permainan dan bersaing di level elite seperti sedia kala.

Periode tak bersahabat bagi Gregoria dimulai sejak April 2025, ketika ia kerap absen mengikuti sejumlah turnamen BWF World Tour 2025. Penyakit vertigo yang dideritanya memaksanya melewatkan ajang bergengsi seperti Thailand Open (Super 500), Malaysia Masters (S500), Singapore Open (S750), dan Indonesia Open (S1000). Sebagai peraih medali perunggu Olimpiade Paris 2024, absennya Gregoria tentu sangat disayangkan.

Upaya comeback Gregoria di Japan Open 2025 sayangnya langsung kandas di babak pertama. Namun, secercah harapan sempat muncul pada pekan berikutnya saat ia berhasil menembus perempat final China Open 2025, membangkitkan asa untuk kembali kompetitif. Akan tetapi, pada Kejuaraan Dunia 2025, vertigo kembali menghampiri, memaksanya terhenti di babak 16 besar dan mundur dari dua agenda tur Asia berikutnya, yakni Hong Kong Open, China Masters, hingga Korea Open.

Ketika kembali lagi di tur Eropa, performa Gregoria Mariska justru mengkhawatirkan. Ia langsung gugur di babak 32 besar pada French Open dan Denmark Open. Rentetan kegagalan ini berdampak signifikan pada ranking BWF dirinya, yang kini harus terlempar dari posisi sepuluh besar dunia.

Bertemu di Pelatnas PBSI pada Rabu (5/11), Gregoria menyampaikan bahwa kondisinya secara fisik sebenarnya sudah semakin membaik dan tidak ada lagi kambuh-kambuhan. Meski demikian, ia jujur mengakui bahwa penampilan di lapangan jauh dari harapan. “Kalahnya di Denmark Open jauh banget, dan kayak enggak ada perlawanan yang bagusnya juga dari aku,” tutur Gregoria. Ia menambahkan bahwa meskipun mampu bermain rubber set di Prancis, itu masih “jauh dari apa yang aku inginkan.”

Istri dari musisi Mikha Angelo ini juga menyoroti inkonsistensinya dalam bertanding dan kesulitan menemukan atmosfer pertandingan yang pernah ia rasakan. “Aku terlalu gampang untuk buang poin dan aku kayak gampang banget untuk panik gitu sih,” ungkap Gregoria. Ia merasa terlalu banyak memikirkan hasil akhir alih-alih fokus pada permainan, yang justru mengganggu konsentrasi di lapangan.

Jorji mengakui, penyakit vertigo adalah salah satu penyebab utama kemundurannya. Kala penyakit itu datang, ia tidak bisa berlatih intensif di lapangan, apalagi vertigonya kerap kambuh. Kondisi ini menumbuhkan rasa “berjaga-jaga” dan sedikit “ketakutan.” Masa istirahat yang cukup lama juga berdampak besar. “Untuk mulainya pun aku kayak harus ngejarnya tuh enggak cuma fisik aja tapi pola permainanku, pukulanku. Karena kalau lama enggak pegang raket berpengaruh juga ke feeling, bahkan kepercayaan diri dalam menerapkan pola yang tadinya aku bisa kuasai,” jelasnya.

Kini, Gregoria Mariska Tunjung menegaskan bahwa dirinya sudah tidak merasakan takut atau trauma lagi. Latihan pun sudah bisa berjalan normal seperti semula. Fokusnya sekarang adalah memperbaiki penampilan dan mengejar ketertinggalan dalam persaingan ketat di jajaran elite tunggal putri dunia.

Selanjutnya, Gregoria dijadwalkan akan tampil di Kumamoto Japan Masters 2025 (11-16 November) dan Australian Open 2025 (18-23 November). Targetnya tidak muluk-muluk, ia hanya ingin bisa bermain lebih baik dari saat tur Eropa. “Secara permainan dan aku berharap secara hasil juga bisa lebih bagus dibandingkan dua turnamen kemarin dan bisa lebih bisa menunjukkan perubahan di lapangan, mental, fisik, cara bermain juga,” pungkas Gregoria. “Sekarang mentalku lebih ke mengejar. Tapi semoga dengan posisi mengejar bisa lebih kayak (lepas). Karena kadang mempertahankan lebih susah dibanding mengejar.”

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *