Emiten Menara Q3 2025: Analisis Kinerja & Prospek Investasi

Posted on

JAKARTA – Kinerja emiten menara telekomunikasi menunjukkan variasi yang menarik sepanjang kuartal III-2025. Di antara para pemain utama, PT Sarana Menara Nusantara Tbk (TOWR) menonjol dengan mencatatkan pertumbuhan yang paling solid.

Berdasarkan laporan keuangan per September 2025, TOWR berhasil membukukan pendapatan sebesar Rp 9,68 triliun. Angka ini mengalami pertumbuhan sebesar 2,52% secara tahunan (year-on-year/YoY) dari sebelumnya Rp 9,44 triliun. Emiten penyedia infrastruktur yang merupakan bagian dari Grup Djarum ini juga menunjukkan performa gemilang pada laba bersih, yang tumbuh 4,41% YoY menjadi Rp 2,55 triliun selama periode Januari–September 2025.

Sementara itu, PT Tower Bersama Infrastructure Tbk (TBIG) juga berhasil mencatatkan peningkatan pendapatan, mencapai Rp 5,16 triliun, atau naik 0,70% YoY. Namun, pertumbuhan pendapatan ini tidak selaras dengan performa bottom line perseroan. Laba bersih TBIG justru mengalami tekanan, turun 5,06% secara tahunan menjadi Rp 1,1 triliun per September 2025, dibandingkan dengan Rp 1,16 triliun pada periode yang sama tahun sebelumnya.

Chief Executive Officer Tower Bersama Infrastructure, Hardi Wijaya, menjelaskan bahwa secara operasional, TBIG memiliki total 42.771 penyewaan dan 24.318 situs telekomunikasi per 30 September 2025. Dengan total penyewaan pada menara telekomunikasi sebanyak 42.662, rasio kolokasi TBIG tercatat mencapai 1,76 kali.

Hardi menambahkan, penambahan penyewaan bersih TBIG pada kuartal ketiga 2025 memang lebih rendah dibandingkan kuartal sebelumnya. Hal ini, menurutnya, tidak terlepas dari dampak konsolidasi operator telekomunikasi yang terjadi di pasar. Lebih lanjut, ia menguraikan bahwa penurunan ini terutama disebabkan oleh tidak diperpanjangnya beberapa kontrak sewa oleh XLSmart, seiring dengan penyesuaian jaringan mereka pasca-merger.

Di sisi lain, PT Dayamitra Telekomunikasi Tbk (MTEL), atau dikenal sebagai Mitratel, menunjukkan dinamika yang berbeda. Emiten ini mampu mempertahankan pertumbuhan laba bersihnya, meskipun pendapatan perseroan sedikit menurun selama periode Januari–September 2025. MTEL berhasil mengantongi pendapatan sebesar Rp 6,88 triliun, yang turun tipis 0,16% secara tahunan. Namun, laba bersih Mitratel justru berhasil tumbuh 0,61% secara tahunan, mencapai Rp 1,54 triliun.

Menganalisis kinerja sektor menara secara keseluruhan, Equity Research Indo Premier Sekuritas, Aurelia Barus dan Belva Monica, mengungkapkan bahwa EBITDA sektor menara pada kuartal III-2025 tercatat Rp 6,1 triliun, relatif stagnan dibandingkan kuartal sebelumnya. Secara kumulatif, periode Januari–September 2025, total EBITDA sektor menara mencapai Rp 18,3 triliun, tumbuh sekitar 1% YoY. Angka ini sejalan dengan proyeksi Indo Premier Sekuritas, meskipun masih di bawah konsensus pasar.

Aurelia dan Belva mencermati bahwa kinerja MTEL didorong oleh adanya pesanan baru yang signifikan dari XLSmart pasca-merger. Sebaliknya, penambahan penyewa yang rendah pada TBIG diakibatkan oleh tidak diperpanjangnya kontrak dengan XLSmart. Sementara itu, TOWR mencatat permintaan yang cenderung lemah sebagai alasan utama stagnasi dalam penambahan penyewa, demikian tertulis dalam riset yang mereka rilis pada Rabu (5/11/2025).

Meski demikian, mereka juga mengamati bahwa rata-rata tarif sewa untuk TOWR dan TBIG masih relatif stabil. Berbeda halnya dengan MTEL, yang tarif sewanya tercatat turun signifikan sebesar 4% YoY. Penurunan ini disebabkan adanya kontrak masa percobaan untuk pesanan besar baru yang diperoleh Mitratel.

Melihat prospek ke depan, Indo Premier Sekuritas meningkatkan peringkat sektor menara telekomunikasi menjadi overweight, dari posisi netral sebelumnya. Untuk pilihan saham jagoan, mereka merekomendasikan beli untuk saham MTEL. Indo Premier Sekuritas juga menaikkan rekomendasi TOWR dari hold menjadi beli. Sementara itu, untuk TBIG, Aurelia dan Belva mempertahankan rekomendasi hold.

Para analis tersebut menambahkan, sektor menara telekomunikasi juga berpotensi besar untuk mendapatkan keuntungan dari ekspansi layanan fixed broadband yang terkait dengan program internet rakyat yang cepat dan merata. Selain itu, faktor penurunan biaya bunga dan pengurangan utang juga menjadi katalis positif yang mendukung prospek pertumbuhan emiten di sektor ini.

Ringkasan

Pada kuartal III-2025, emiten menara telekomunikasi menunjukkan kinerja yang bervariasi. PT Sarana Menara Nusantara Tbk (TOWR) mencatatkan pertumbuhan pendapatan dan laba bersih yang solid, sementara PT Tower Bersama Infrastructure Tbk (TBIG) mengalami peningkatan pendapatan namun laba bersihnya tertekan. PT Dayamitra Telekomunikasi Tbk (MTEL) mampu mempertahankan pertumbuhan laba bersih meskipun pendapatan sedikit menurun.

Equity Research Indo Premier Sekuritas meningkatkan peringkat sektor menara telekomunikasi menjadi overweight, dengan rekomendasi beli untuk saham MTEL dan TOWR, serta mempertahankan rekomendasi hold untuk TBIG. Sektor ini berpotensi mendapatkan keuntungan dari ekspansi layanan fixed broadband dan penurunan biaya bunga.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *