
Di tengah badai performa buruk yang melanda Juventus, pelatih Igor Tudor justru menunjukkan sikap menantang. Alih-alih gentar dengan desas-desus pemecatan, ia justru berani berhadapan dengan para petinggi klub, menegaskan kesiapannya menghadapi segala konsekuensi setelah timnya gagal meraih kemenangan di tujuh laga terakhir.
Tim berjulukan I Bianconeri itu memang sedang berada dalam periode kelam. Sejak September 2025, mereka tak kunjung mencicipi manisnya kemenangan di semua kompetisi. Dari tujuh pertandingan terakhir tersebut, Juventus hanya mampu meraih lima hasil imbang dan menelan dua kekalahan, sebuah catatan yang sangat mengkhawatirkan bagi klub sebesar mereka.
Dua kekalahan terakhir kian memperparah situasi, datang dari Como di ajang Liga Italia dan Real Madrid di kancah Liga Champions yang bergengsi. Rentetan hasil negatif ini secara alami menempatkan Igor Tudor di bawah sorotan tajam, memicu spekulasi kuat mengenai masa depannya di kursi kepelatihan. Meski masih terikat kontrak dua tahun ke depan, publik Turin mulai membandingkan situasi ini dengan sejarah kelam klub.
Kiprah buruk ini mengingatkan kembali pada tahun 2009, ketika Si Nyonya Tua, di bawah asuhan Claudio Ranieri, juga mengalami tujuh laga tanpa kemenangan secara beruntun antara 5 April hingga 17 Mei. Kondisi tersebut berujung pada pemecatan Ranieri pada 18 Mei 2009. Tak ayal, bayang-bayang masa lalu itu kini menghantui Tudor, membuatnya diisukan menjadi target pemecatan berikutnya.
Namun, rumor pemecatan tersebut sama sekali tidak membuat Igor Tudor gentar. Pelatih asal Kroasia itu justru memanfaatkan momen jelang pekan kedelapan Liga Italia 2025-2026, di mana Juventus akan menghadapi Lazio, untuk menyampaikan pernyataan tegas. Ia dengan lugas menanggapi desas-desus yang berhembus kencang karena performa tim yang merosot.
“Takut akan pemecatan? Tidak, saya menikmati momennya dan mencoba melakukan yang terbaik,” ucap Tudor, seperti dikutip dari Gianluca Di Marzio via Sky Italia. Eks pelatih Lazio ini menegaskan bahwa dirinya selalu berupaya memberikan segalanya untuk Si Nyonya Tua, sebuah keyakinan yang memberinya kekuatan tambahan untuk menghadapi krisis yang sedang menerpa tim.
“Perasaan ini untuk memberikan segalanya jelas memberi saya kekuatan,” lanjut pelatih berusia 47 tahun itu. “Saya selalu mencoba menantang diri sendiri, mencoba memahami apa yang paling bisa saya lakukan untuk pemain saya.” Sebagai upaya membalikkan keadaan, Igor Tudor bahkan memiliki ide untuk mengubah taktiknya dengan lebih fokus pada lini serang, meski itu berarti mengorbankan struktur pertahanan yang selama ini diterapkan.
Laga kontra Lazio di pekan kedelapan Liga Italia 2025-2026 menjadi sangat krusial bagi Juventus untuk menjaga asa bersaing di papan atas. Akibat rentetan hasil buruk ini, Kenan Yildiz dkk. terjun bebas ke peringkat ketujuh klasemen sementara. Mereka baru mengantongi 12 poin dari tujuh pertandingan, terpaut enam poin dari posisi puncak yang saat ini dihuni Napoli.
Oleh karena itu, kemenangan menjadi harga mati bagi Juventus saat bertandang ke markas Lazio. Duel penting ini akan digelar di Stadion Olimpico, Roma, pada Senin, 27 Oktober 2025, pukul 02.45 WIB, yang akan menentukan arah kiprah Si Nyonya Tua di sisa musim ini.



