
mellydia.co.id , JAKARTA — Pasar saham Indonesia kembali menjadi sorotan dengan aliran masuk (inflow) dana asing yang signifikan, mencapai Rp4,23 triliun hanya dalam sepekan perdagangan. Gelombang minat investor global ini terlihat jelas dari serbuan beli pada sejumlah saham unggulan, mulai dari raksasa perbankan PT Bank Central Asia Tbk. (BBCA) hingga perusahaan konsumer terkemuka PT Unilever Indonesia Tbk. (UNVR).
Kinerja bursa saham Indonesia menunjukkan tren positif yang mencolok sepanjang periode perdagangan 20—24 Oktober 2025. Berdasarkan data dari Bursa Efek Indonesia (BEI), pasar saham domestik berhasil menorehkan performa yang gemilang.
Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) mencatatkan kenaikan impresif sebesar 4,50% dalam sepekan, ditutup pada level 8.271,72 pada perdagangan akhir pekan, Jumat (24/10/2025). Seiring dengan lonjakan IHSG, kapitalisasi pasar BEI turut menguat sebesar 3,31%, mencapai nilai Rp15.234 triliun. Kenaikan ini juga dibarengi dengan derasnya aliran dana investor asing ke pasar saham Indonesia.
“Investor asing hari ini [Jumat, 24 Oktober 2025] mencatatkan nilai beli bersih Rp1,15 triliun,” ungkap P.H Sekretaris Perusahaan BEI, Aulia Noviana Utami Putri, dalam keterangan resminya pada Jumat (24/10/2025). Angka tersebut menjadi pendorong signifikan terhadap total net buy asing mingguan.
Secara kumulatif, pasar saham Indonesia membukukan nilai beli bersih atau net buy asing sebesar Rp4,23 triliun sepanjang pekan ini. Aliran masuk dana asing yang kuat ini merupakan kelanjutan dari performa positif pekan sebelumnya, yaitu pada perdagangan 13—17 Oktober 2025, yang juga mencatatkan net buy asing sebesar Rp1,93 triliun.
Meskipun demikian, perlu dicatat bahwa secara tahun berjalan (year to date/ytd), pasar saham Indonesia masih membukukan nilai jual bersih atau net sell asing sebesar Rp47,31 triliun. Hal ini menunjukkan bahwa investor asing masih dalam posisi melepas sebagian portofolio mereka sepanjang tahun ini, meskipun ada tren pembalikan positif dalam beberapa pekan terakhir.
Di balik gemilangnya kinerja pasar, sejumlah saham menjadi favorit utama incaran investor asing selama sepekan perdagangan. PT Bank Central Asia Tbk. (BBCA) memimpin daftar ini dengan catatan net buy asing mencapai Rp2,73 triliun.
Menyusul BBCA, saham PT Telkom Indonesia Tbk. (TLKM) juga banyak diborong asing dengan nilai net buy sebesar Rp783,35 miliar, diikuti oleh PT Astra International Tbk. (ASII) yang mencatatkan net buy asing sebesar Rp781,77 miliar dalam periode sepekan yang sama.
Saham-saham perbankan pelat merah turut menarik perhatian investor global. PT Bank Rakyat Indonesia Tbk. (BBRI) dan PT Bank Mandiri Tbk. (BMRI) masing-masing mencatatkan net buy asing sebesar Rp310,59 miliar dan Rp304,89 miliar, menegaskan kepercayaan investor pada sektor finansial.
Tidak hanya saham-saham di sektor keuangan dan telekomunikasi, saham emiten konsumer PT Unilever Indonesia Tbk. (UNVR) juga masuk dalam daftar incaran. UNVR berhasil diborong asing dengan nilai net buy sebesar Rp252,15 miliar selama sepekan perdagangan.
Prospek aliran dana asing ini diperkuat oleh pandangan Senior Market Chartist Mirae Asset Sekuritas, Nafan Aji Gusta. Ia mengindikasikan adanya peluang masuknya dana investor asing pada kuartal IV/2025, didorong oleh serangkaian sentimen positif yang akan datang.
“Kunci untuk kuartal IV/2025 terletak pada dinamika window dressing hingga Santa Claus Rally Effect,” jelas Nafan kepada Bisnis.
Nafan menjelaskan, window dressing adalah strategi yang dipakai manajer investasi untuk memperbaiki tampilan kinerja saham atau reksa dana sebelum disampaikan kepada investor. Sementara itu, Santa Claus Rally merujuk pada fenomena pasar saham yang cenderung menguat selama pekan terakhir bulan Desember.
Selain faktor-faktor tersebut, Nafan menambahkan, dorongan juga datang dari saham-saham berlikuiditas tinggi yang berencana membagikan dividen interim pada akhir tahun. Momentum pembagian dividen interim ini, menurutnya, berpotensi kuat untuk semakin mendongkrak inflow dana asing ke pasar modal Indonesia.
Disclaimer: berita ini tidak bertujuan mengajak membeli atau menjual saham. Keputusan investasi sepenuhnya ada di tangan pembaca. Bisnis.com tidak bertanggung jawab terhadap segala kerugian maupun keuntungan yang timbul dari keputusan investasi pembaca.



