mellydia.co.id Pembalap andalan Ducati Lenovo, Francesco Bagnaia, tengah menghadapi tantangan besar jelang seri balap ke-20 MotoGP Malaysia 2025. Datang ke Sirkuit Sepang, Bagnaia bertekad kuat untuk bangkit dari “rapor merah” setelah meraih nol poin dari dua seri sebelumnya di MotoGP Indonesia dan MotoGP Australia.
Menariknya, Sirkuit Sepang di Malaysia sejatinya adalah lintasan yang sangat bersahabat bagi pembalap Italia berjuluk “Pecco” ini. Sepanjang kariernya, Bagnaia telah mengukir tiga kemenangan gemilang di sirkuit tersebut: satu di kelas Moto3 pada musim 2016, serta dua kemenangan krusial di kelas utama MotoGP pada tahun 2022 dan musim balap lalu.
Meski memiliki rekor impresif di Sepang, Bagnaia mengungkapkan kekhawatiran serius terhadap kondisi motornya yang terasa berbeda, terutama jika dibandingkan dengan performa dominannya saat menyapu bersih dua balapan di MotoGP Jepang. Perbedaan ini terasa mencolok mengingat ia gagal menyelesaikan balapan utama di MotoGP Indonesia 2025 dan MotoGP Australia 2025. “Tentu saja, saya selalu sangat kuat di Sepang selama bertahun-tahun,” ujar Bagnaia kepada SkySports Italia. “Memang hal itu juga terjadi di banyak trek lain, namun sirkuit ini sedikit lebih sesuai dengan gaya balap saya.”
Oleh karena itu, Bagnaia sangat menekankan pentingnya sesi latihan pertama. “Ya, seperti biasa, putaran pertama yang saya lakukan dengan kedua motor akan sangat penting. Semoga kita bisa menemukan solusinya,” harap juara dunia dua kali itu mengenai strateginya pada hari pertama sesi latihan.
Mendalami lebih jauh masalah yang ada, Bagnaia mulai menjelaskan kondisi spesifik motornya, sebuah permasalahan yang menurutnya kini juga mulai dirasakan oleh beberapa pembalap Ducati lainnya. “Apakah saya akan menggunakan motor yang sama seperti saat tes musim dingin? Kurang lebih begitu,” papar Bagnaia. “Namun, dalam situasi pelik ini, kami harus bersikap tenang. Di trek Sepang ini, saya akan punya lebih banyak waktu untuk mencoba berbagai hal demi menemukan setelan terbaik,” tambahnya, menunjukkan tekad untuk optimasi.
Juara dunia MotoGP dua kali itu kemudian mengenang kembali kesulitannya selama akhir pekan lalu di Sirkuit Phillip Island, Australia. “Setelan motor menjadi fokus utama, karena entah kenapa saya kesulitan dengan getaran motor yang tak terduga,” jelasnya. “Dalam sesi pemanasan, kami bahkan mencoba solusi yang justru memperburuk keadaan, membuat balapan menjadi sangat sulit dalam kondisi seperti itu. Akhirnya, dalam balapan, kami mencoba menenangkan motor sebisanya,” imbuhnya, menggambarkan perjuangan di lintasan.
“Saya kemudian terjatuh karena terlalu memaksakan diri,” lanjut Bagnaia. “Pada tahun 2025 ini, saya sering mengalami masalah signifikan di mana bagian belakang motor seolah mendorong bagian depan saat pengereman dan memasuki tikungan, sebuah sensasi yang sangat mengganggu keseimbangan dan kontrol,” paparnya, menjelaskan detail teknis yang krusial.
Kecurigaan Bagnaia bahwa ini bukan sekadar masalah pribadinya semakin menguat ketika ia menyebutkan bahwa Franco Morbidelli, pembalap Ducati lainnya, juga mulai mengalami kesulitan serupa. Bagnaia menyoroti, meskipun Morbidelli menggunakan motor GP24 sementara dirinya GP25, kemiripan masalah ini patut dicermati. “Di awal musim, saya satu-satunya yang mengalami masalah ini, namun sekarang Morbidelli juga mulai merasakannya,” tutur juara dunia MotoGP dua kali itu. “Jika semakin banyak pembalap Ducati mengalami isu yang sama, ini tentu akan menjadi masalah besar bagi Ducati secara keseluruhan,” tegasnya, menggarisbawahi potensi krisis pabrikan.
Menanggapi klaim Bagnaia, Franco Morbidelli memberikan perspektifnya sendiri, mengakui adanya masalah pada motornya di beberapa seri, namun tidak secara umum. “Saya tidak tahu secara spesifik masalah Bagnaia, saya hanya tahu komentarnya tentang motor,” ucap Morbidelli, dilansir dari Autosport. “Di Mandalika dan Australia, memang masalah kami cukup mirip, tapi secara umum tidak selalu demikian,” jelasnya. Morbidelli menambahkan bahwa di Australia, ia “kesulitan terutama dengan stabilitas motor. Itu adalah masalah utama di sana. Saya tidak bisa mendapatkan pengaturan yang stabil yang memungkinkan saya masuk ke tikungan seperti yang saya inginkan,” menguraikan tantangannya.
Mengakhiri perbincangan, Bagnaia juga menjawab anggapan sebagian pihak yang mengaitkan kesulitannya dengan kehadiran Marc Marquez sebagai rekan setim di masa depan. Ia menegaskan bahwa inti masalahnya bukan pada kemampuannya beradaptasi dengan motor, melainkan pada kinerja fungsional motor Ducati itu sendiri.
“Ketika keadaan memburuk, wajar jika kita menjadi lebih peka terhadap setiap detail dan melihat banyak hal yang tidak diinginkan,” kata Bagnaia. “Namun, saya selalu mampu menjaga jarak kompetitif dan telah membuktikan performa yang solid saat merasa nyaman dengan motor.” Ia menyimpulkan, “Sekarang kami menyadari bahwa ini bukan lagi soal adaptasi, melainkan murni soal kinerja motor, dan kami sedang berusaha keras memahami akar permasalahannya,” menunjukkan fokus pada solusi teknis.
Ringkasan
Francesco Bagnaia menghadapi tantangan di MotoGP Malaysia setelah meraih hasil buruk di Indonesia dan Australia. Meskipun Sepang adalah sirkuit yang bersahabat baginya, Bagnaia khawatir dengan kondisi motornya yang berbeda dari saat ia meraih kemenangan di Jepang. Ia menekankan pentingnya sesi latihan pertama untuk menemukan solusi terkait masalah getaran dan keseimbangan motor yang mengganggu performanya.
Bagnaia mencurigai masalah ini tidak hanya dialaminya sendiri, karena Franco Morbidelli juga mulai merasakan kesulitan serupa, meskipun menggunakan motor GP24 yang berbeda. Bagnaia menegaskan bahwa masalah utamanya bukan adaptasi, melainkan kinerja motor Ducati itu sendiri, dan tim sedang berusaha keras memahami akar permasalahannya. Ia juga membantah spekulasi bahwa kesulitan yang dialaminya berkaitan dengan kehadiran Marc Marquez sebagai rekan setim di masa depan.



