mellydia.co.id JAKARTA. Sektor kesehatan di Indonesia menghadapi beragam tantangan signifikan memasuki paruh kedua tahun 2025. Emiten-emiten di segmen ini bergulat dengan isu-isu krusial, mulai dari penurunan volume pasien BPJS/JKN di rumah sakit, perlambatan konsumsi, hingga sengitnya persaingan di antara perusahaan farmasi. Kondisi ini mendorong para analis untuk merilis ulasan mendalam serta rekomendasi strategis terhadap prospek saham sektor kesehatan.
Berikut adalah analisis terperinci dan rekomendasi saham pilihan dari para ahli, yang dapat menjadi panduan bagi investor yang mencermati dinamika emiten kesehatan:
1. PT Medikaloka Hermina (HEAL)
Kinerja PT Medikaloka Hermina (HEAL) pada semester I-2025 menunjukkan pelemahan, terutama dipicu oleh pengetatan verifikasi klaim BPJS, berkurangnya hari kerja efektif, serta penurunan volume pasien privat. Kontribusi pasien rawat inap privat mencatat penurunan signifikan menjadi 46%, sementara beban gaji dan biaya obat justru tumbuh lebih cepat dibandingkan kenaikan pendapatan. Situasi ini menghadirkan tantangan tersendiri bagi operasional rumah sakit.
Meskipun demikian, prospek jangka panjang HEAL dinilai tetap positif. Potensi pertumbuhan ditarik oleh strategi ekspansi skala besar, upaya peningkatan intensitas pendapatan melalui implementasi kelas rawat inap standar (KRIS) dan koordinasi manfaat (CoB), pengembangan bisnis non-rumah sakit, serta sinergi strategis dengan Grup Djarum-Astra. Namun, investor perlu mencermati risiko utama seperti kebutuhan belanja modal (capex) yang tinggi, tantangan eksekusi dalam penetrasi pasien privat, dan potensi berlanjutnya pengetatan klaim BPJS.
- Rekomendasi: Beli
- Target harga: Rp 1.850
Ismail Fakhri Suweleh & Wilastita Muthia Sofi, BRI Danareksa Sekuritas
2. PT Mitra Keluarga Karyasehat (MIKA)
PT Mitra Keluarga Karyasehat (MIKA) berhasil membukukan kinerja solid pada semester I-2025. Pencapaian ini ditopang oleh kenaikan tarif layanan yang signifikan, termasuk biaya obat, serta peningkatan intensitas kasus dengan komposisi pembayar yang lebih menguntungkan. Meskipun demikian, MIKA juga menghadapi tantangan serupa berupa penurunan lalu lintas pasien JKN dan berkurangnya kasus demam berdarah.
Pendapatan dan laba bersih MIKA masing-masing tumbuh 4,5% year-on-year (yoy) dan 6,5% yoy, sejalan dengan estimasi internal perusahaan. Manajemen memang menurunkan target pertumbuhan pendapatan tahun 2025 ke kisaran high single digit akibat tren penurunan pasien JKN. Namun, prospek pendapatan dan laba hingga akhir tahun 2025 diperkirakan masih akan bertumbuh. Ini didukung oleh sentimen kenaikan tarif layanan yang lebih tinggi, serta rencana pembukaan dua rumah sakit baru yang dijadwalkan pada tahun 2025.
- Rekomendasi: Beli
- Target harga: Rp 3.100
Andre Suntono, KB Valbury Sekuritas
3. PT Kalbe Farma (KLBF)
PT Kalbe Farma (KLBF) melaporkan laba bersih sebesar Rp 2 triliun pada semester I-2025, mencatat pertumbuhan 4,6% secara tahunan. Capaian ini selaras dengan proyeksi riset, didukung oleh kenaikan margin kotor menjadi 41,1% berkat harga bahan baku yang lebih rendah. Meskipun pendapatan hanya naik 4,6% dan sedikit di bawah target pertumbuhan perusahaan, marjin operasional berhasil membaik hingga mencapai 14,3%.
Pada kuartal II-2025, penjualan KLBF tumbuh 3,4% yoy, terutama ditopang oleh segmen distribusi dan farmasi. Namun, segmen nutrisi menghadapi tekanan akibat pelemahan daya beli masyarakat. Para analis tetap mempertahankan rekomendasi beli untuk saham farmasi ini, seraya mengingatkan bahwa risiko utama bagi KLBF berasal dari potensi pelemahan nilai tukar rupiah yang dapat memengaruhi biaya impor bahan baku.
- Rekomendasi: Beli
- Target harga: Rp 1.780
Andrianto Saputra & Nicholas Bryan, Indo Premier Sekuritas
4. PT Industri Jamu dan Farmasi Sido Muncul (SIDO)
PT Industri Jamu dan Farmasi Sido Muncul (SIDO) mencatat penurunan laba bersih tipis 1% secara tahunan, namun capaian ini melampaui ekspektasi para analis. Pemulihan kinerja yang kuat terlihat pada kuartal II-2025, di mana laba bersih melonjak 69% yoy. Peningkatan ini didorong oleh lonjakan penjualan jamu sebesar 47% yoy, seiring dengan membaiknya distribusi produk ke warung dan kios di berbagai daerah. Selain itu, margin kotor juga naik signifikan menjadi 60,5% berkat perbaikan volume penjualan.
Prospek jangka pendek SIDO terbantu oleh datangnya musim hujan, yang secara historis meningkatkan permintaan produk herbal, serta potensi perbaikan margin lebih lanjut. Meski demikian, analis menyarankan investor untuk mencermati perlambatan penjualan produk herbal secara umum dan persaingan yang sangat ketat di segmen produk herbal pencegah masuk angin. Tantangan ini bisa menjadi batu sandungan bagi pertumbuhan berkelanjutan SIDO.
- Rekomendasi: Hold
- Target harga: Rp 510
Baruna Arkasatyo, Joanne Ong, & Hadi Soegiarto, CGS International
Ringkasan
Sektor kesehatan di Indonesia menghadapi tantangan seperti penurunan volume pasien BPJS, perlambatan konsumsi, dan persaingan ketat. Analis memberikan rekomendasi saham untuk emiten seperti HEAL, MIKA, KLBF, dan SIDO. HEAL menghadapi tantangan verifikasi BPJS, namun memiliki prospek ekspansi. MIKA mencatat kinerja solid dengan kenaikan tarif layanan, sementara KLBF didukung oleh margin kotor yang membaik.
SIDO mencatat pemulihan laba bersih pada kuartal II-2025, didorong oleh penjualan jamu yang melonjak. Rekomendasi saham bervariasi, dengan HEAL, MIKA, dan KLBF direkomendasikan untuk dibeli, sementara SIDO direkomendasikan untuk ditahan (hold). Investor perlu mempertimbangkan risiko spesifik masing-masing emiten, termasuk belanja modal, fluktuasi nilai tukar rupiah, dan persaingan pasar.