Obligasi Korporasi 2024: Tantangan Mengintai & Cara Menghadapinya

Posted on

mellydia.co.id JAKARTA. PT Pemeringkat Efek Indonesia (Pefindo) memperkirakan penerbitan obligasi korporasi akan tetap menunjukkan gairah tinggi hingga akhir tahun ini dan berlanjut ke tahun 2026. Kendati demikian, pasar surat utang korporasi dihadapkan pada sejumlah tantangan substansial yang memerlukan perhatian serius.

Chief Economist Pefindo, Suhindarto, memaparkan bahwa ketidakpastian yang berasal dari dinamika kebijakan ekonomi global menjadi salah satu ganjalan utama. Kondisi ini diperkeruh oleh kebijakan perang dagang yang masih berlangsung serta proses pemangkasan suku bunga di luar negeri yang berjalan lebih lambat dari ekspektasi.

Lebih lanjut, Suhindarto menyoroti bahwa kebijakan anggaran di Amerika Serikat (AS) berpotensi memicu fluktuasi signifikan pada nilai tukar dan yield. Ia menambahkan, meski ada secercah harapan dengan sentimen gencatan senjata di Timur Tengah, pasar surat utang global masih dibayangi oleh persaingan strategis antara AS dan Tiongkok, serta konflik yang belum usai antara Rusia dan Ukraina. Penjelasan ini disampaikan Suhindarto dalam konferensi pers virtual Pefindo pada Kamis, 16 Oktober 2025.

Dari ranah domestik, Suhindarto melihat pelebaran proyeksi defisit fiskal tahun 2025 sebagai sebuah tantangan. Semula defisit anggaran diproyeksikan sekitar Rp 616,2 triliun atau setara 2,53% dari Produk Domestik Bruto (PDB), namun kini outlook terbaru pemerintah memperkirakan defisit akan membesar menjadi Rp 662 triliun atau 2,78% dari PDB. Situasi ini berisiko memperketat persaingan dalam penggalangan dana dan berpotensi menekan yield benchmark, mengingat pemerintah akan memerlukan penerbitan surat utang dalam jumlah besar untuk menutup defisit tersebut.

Tantangan lain turut meliputi kondisi likuiditas lembaga keuangan yang masih terbilang longgar. Pasca-injeksi dana Saldo Anggaran Lebih (SAL) pemerintah ke sektor perbankan, Loan to Deposit Ratio (LDR) bank mengalami penurunan. Di sisi lain, Suhindarto mencermati bahwa sektor multifinance menunjukkan Financing to Asset Ratio (FAR) yang relatif lebih stabil. Menurutnya, hal ini bisa menimbulkan tekanan terhadap kebutuhan penggalangan dana di pasar surat utang bagi industri keuangan.

Terakhir, persaingan dari pasar saham juga menjadi faktor yang patut diperhitungkan. Suhindarto mengamati bahwa perusahaan-perusahaan kini semakin melirik pasar ekuitas sebagai alternatif sumber penggalangan dana, didorong oleh prospek kinerja Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) yang cenderung menguat. Fenomena ini, imbuh Suhindarto, berpotensi mengurangi minat mereka untuk menerbitkan obligasi korporasi.

Ringkasan

Pefindo memperkirakan penerbitan obligasi korporasi akan tetap tinggi hingga 2026, namun pasar surat utang korporasi menghadapi tantangan dari dinamika kebijakan ekonomi global, termasuk perang dagang dan pemangkasan suku bunga yang lebih lambat. Kebijakan anggaran AS dan persaingan strategis global juga berpotensi memicu fluktuasi nilai tukar dan yield.

Di sisi domestik, pelebaran proyeksi defisit fiskal 2025 dapat memperketat persaingan penggalangan dana dan menekan yield benchmark karena pemerintah perlu menerbitkan surat utang dalam jumlah besar. Kondisi likuiditas lembaga keuangan yang longgar serta persaingan dari pasar saham sebagai alternatif penggalangan dana juga menjadi faktor yang perlu diperhitungkan.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *