mellydia.co.id. Publik China dibuat geram dengan aksi nekat manajer Timnas Indonesia, Sumardji, yang mendorong wasit Ma Ning, demi melindungi pemain. Insiden kontroversial ini terjadi di penghujung laga panas antara Timnas Indonesia melawan Irak dalam lanjutan putaran keempat Kualifikasi Piala Dunia 2026. Sosok Sumardji kini menjadi perbincangan hangat di kalangan publik dan media China, menyusul tindakannya terhadap wasit Ma Ning dalam pertandingan tersebut.
Aksi Manajer Timnas Indonesia itu disebut-sebut sebagai upaya heroik untuk melindungi pemain, khususnya Shayne Pattynama, dari ancaman hukuman kartu merah. Sumardji melihat protes keras yang dilancarkan Shayne berpotensi besar berujung pada pengusiran. “Ketika terakhir, begitu peluit selesai, wasit berada di tengah-tengah mau masuk ke locker room, Shayne Pattynama mendekati wasit protes marah,” ujar Sumardji menjelaskan kronologi kejadian. Ia menambahkan, “Akhirnya wasit mengejar Shayne, begitu mau ngasih kartu merah, langsung tangannya saya dorong supaya tidak jadi.”
Sumardji bahkan mengungkapkan kesediaannya untuk menerima hukuman demi pemainnya. “Saya proteslah supaya kartu merahnya jangan ke Shayne, biar ke saya saja. Akhirnya faktanya setelah saya baca yang dikartu merah saya. Sama Thom (Haye), (sedangkan) Shayne enggak. Jadi itu bukan tiga kartu merah, yang dikartu merah dua.” Ia menegaskan kembali, “Saya tanda tangan, itu satu hasil matchcoom, itu satu yang kartu merah saya, yang kedua Thom, Shayne Pattynama enggak.” Peristiwa ini mengkonfirmasi bahwa Shayne Pattynama berhasil lolos dari sanksi berkat intervensi manajernya.
Reaksi Media Vietnam Lihat Kombes Sumardji Nekat ‘Serang’ Wasit China
Meskipun demikian, aksi Sumardji dinilai berlebihan oleh publik China untuk seorang manajer tim nasional. Insiden tersebut hampir menyebabkan wasit Ma Ning terjatuh. Salah satu media China, 163.com, secara tegas menuntut AFC agar Sumardji diberikan sanksi berat atas tindakannya. Mereka menulis, “Kartu merah kedua bahkan lebih keterlaluan, manajer Timnas Indonesia, Sumardji, sengaja menyelinap ke belakang Ma Ning dan menorongnya. Hal itu menyebabkan Ma Ning terhujung-huyung nyaris jatuh ke depan, situasi yang membuat Ma Ning tidak tahan tentunya. Dan langsung mengeluarkan kartu merah untuk Sumardji.”
Media China tersebut juga menyertakan kutipan dari kode disiplin AFC, menggarisbawahi potensi hukuman serius bagi Sumardji. Tindakannya bisa dikategorikan sebagai penyerangan terhadap ofisial pertandingan, yang menurut mereka bisa diganjar larangan minimal enam pertandingan. “Menurut kode disiplin AFC, Indonesia pasti akan dihukum berat dan Ma Ning akan menuliskan perilaku Indonesia pasca pertandingan dalam laporan resmi. Terutama tindakan Sumardji yang mendorong Ma Ning, bisa dianggap sebagai penyerangan terhadap ofisial pertandingan,” tulis 163.com. Mereka melanjutkan, “Hal itu bisa dijatuhi larangan menemani bertanding, minimal enam pertandingan dan tentu saja denda yang tinggi tak dapat dihindari.”
Tak Cukup Dilempari Botol Suporter Timnas Indonesia, Kontroversi Wasit China Bikin Sumardji Mengamuk
Situasi ini masih memicu perdebatan sengit. Publik menantikan apakah AFC akan merespons tuntutan dari publik China ini atau memilih untuk mengabaikannya. Sentimen terkait insiden ini diprediksi akan terus bergulir dalam beberapa hari ke depan, mengingat kondisi emosional yang masih belum stabil pasca pertandingan Kualifikasi Piala Dunia 2026 tersebut.
Ringkasan
Media China geram dengan aksi manajer Timnas Indonesia, Sumardji, yang mendorong wasit Ma Ning saat laga melawan Irak, demi melindungi pemain dari potensi kartu merah. Tindakan ini dianggap berlebihan dan berpotensi melanggar kode disiplin AFC. Media China menuntut AFC untuk menjatuhkan sanksi berat kepada Sumardji atas tindakan tersebut.
Aksi Sumardji dianggap sebagai penyerangan terhadap ofisial pertandingan dan dapat dikenai larangan mendampingi tim minimal enam pertandingan serta denda. AFC diharapkan memberikan respons terhadap tuntutan publik China, mengingat insiden ini terjadi setelah laga panas Kualifikasi Piala Dunia 2026.