Rasa kecewa mendalam menyelimuti para penggemar sepak bola Tanah Air menyusul kegagalan Timnas Indonesia melangkah lebih jauh di ajang Kualifikasi Piala Dunia 2026. Namun, luka hati suporter semakin diperparah oleh sikap dingin yang ditunjukkan oleh pelatih kepala ‘Garuda’, Patrick Kluivert, usai pertandingan krusial tersebut.
Momen paska-kekalahan Timnas Indonesia 0-1 dari Irak pada Minggu (12/10) dini hari WIB, di King Abdullah Sports City Stadium, Jeddah, menjadi sorotan. Para pemain dan sejumlah ofisial, termasuk Manajer Timnas Sumardji, terlihat menghampiri tribune untuk menyapa serta menyampaikan permintaan maaf kepada suporter yang hadir. Ironisnya, Kluivert beserta seluruh staf pelatih asal Belanda yang dibawanya, justru memilih untuk tetap terduduk di bangku cadangan, tanpa menunjukkan empati sedikit pun.
Sikap apatis ini sontak memicu kemarahan dan sakit hati di kalangan suporter Timnas, termasuk kelompok suporter Garuda Saudi. Ketua Garuda Saudi, Muhammad Erlangga, dengan tegas mengungkapkan kekecewaannya kepada kumparan. “Pandangan kami, Garuda Saudi, secara kolektif tentu sangat kecewa. Karena sikap tersebut menunjukkan tidak adanya hati nurani yang dipakai oleh tim kepelatihan, tidak ada empati terhadap sakit hati ribuan dari kami di stadion dan ratusan juta seluruh rakyat Indonesia yang menaruh harapan besar sesuai janji-janji manis federasi,” ujarnya.
Erlangga menambahkan, meskipun mengakui bahwa kekalahan adalah bagian tak terpisahkan dari sepak bola, namun ia merasa perilaku tim kepelatihan Kluivert seolah menempatkan laga ini hanya sebagai sebuah “project atau kerja profesional saja. Tanpa hati, kalah, move on to next one.” Padahal, bagi seluruh masyarakat, perjuangan Timnas Indonesia di Kualifikasi Piala Dunia yang sudah di ambang pintu, melibatkan seluruh hati dan harapan besar.
Kekecewaan itu semakin memuncak dengan absennya interaksi dari seluruh jajaran staf kepelatihan Patrick Kluivert. “Dan luka hati ini diperparah dengan diamnya mereka di bench, tanpa satu pun datang ke kami 14 orang lebih staf bawaan Patrick Kluivert, tak ada seorang pun! Pengecut atau memang tidak peduli, hanya 2 itu saja kemungkinannya,” tegas Erlangga, menyuarakan sentimen banyak pihak.
Rentetan kegagalan dan sikap yang dianggap tidak profesional ini langsung memicu gelombang desakan agar Kluivert segera dipecat oleh PSSI. Erlangga sendiri merasa tidak ada lagi alasan kuat untuk mempertahankan mantan pelatih Timnas Curacao tersebut. Ia meminta agar tidak terpukau oleh statistik seperti “high possession” atau permainan yang sekilas terlihat bagus saat melawan Irak, sebab yang terpenting adalah hasil akhir yang krusial.
Lebih lanjut, Erlangga mengkritik keras performa Timnas di bawah Patrick Kluivert, terutama saat menghadapi Arab Saudi yang disebutnya “seperti anak ayam kehilangan induk, tidak ada taktik jelas, pemilihan starter yang patut dipertanyakan, dan analisa yang tidak becus.” Oleh karena itu, ia mendesak PSSI untuk mengambil tanggung jawab dengan melakukan pemecatan Kluivert. Dengan tidak adanya agenda penting untuk Timnas senior hingga Piala Asia 2027, ada waktu lebih dari satu tahun untuk menemukan pelatih baru yang mumpuni demi meraih hasil maksimal di Arab Saudi nanti.
Menanggapi situasi yang memanas ini, Sumardji, Manajer Timnas Indonesia sekaligus Ketua Badan Tim Nasional (BTN), menjelaskan bahwa ia akan segera menyusun laporan komprehensif terkait kegagalan Timnas Indonesia bersama Patrick Kluivert di Kualifikasi Piala Dunia 2026. Laporan tersebut nantinya akan menjadi bahan pertimbangan dalam rapat Exco PSSI yang akan membahas secara serius nasib Kluivert.
“Saya kira itu tergantung [soal putusan nasib Kluivert], saya akan laporkan apa adanya. Terserah nanti keputusannya apa. Saya juga akan mengambil sikap berkaitan dengan ini. Enggak bisa, ini enggak bisa dibiarkan seperti ini,” pungkas Sumardji kepada kumparan secara terpisah, menegaskan keseriusan dan tekadnya untuk menuntut pertanggungjawaban.
Ringkasan
Suporter Timnas Indonesia, khususnya Garuda Saudi, sangat kecewa dengan sikap pelatih Patrick Kluivert dan stafnya setelah kekalahan dari Irak di Kualifikasi Piala Dunia 2026. Mereka menilai Kluivert dan stafnya tidak menunjukkan empati dan memilih untuk tetap di bangku cadangan tanpa menyapa suporter yang hadir di stadion, sebuah sikap yang dianggap pengecut dan tidak berhati nurani.
Kekecewaan ini memicu desakan agar PSSI segera memecat Kluivert, yang dianggap gagal memberikan performa terbaik bagi Timnas. Manajer Timnas Indonesia, Sumardji, menyatakan akan menyusun laporan komprehensif mengenai kegagalan ini yang akan menjadi bahan pertimbangan dalam rapat Exco PSSI untuk menentukan nasib Kluivert.