Trump Ancam Perang Dagang! Wall Street Ambruk, Investor Panik?

Posted on

Wall Street mencatat kerugian signifikan pada perdagangan Jumat (10/10) waktu setempat, menyusul pernyataan mengejutkan dari Presiden Amerika Serikat Donald Trump. Ia mengisyaratkan akan mempertimbangkan kenaikan tajam tarif impor China, sebuah langkah yang dipicu oleh eskalasi perselisihan terkait pasokan logam tanah jarang (rare earths) yang krusial.

Melalui platform Truth Social, Trump secara gamblang menyatakan bahwa ia tidak melihat urgensi untuk bertemu dengan Presiden China Xi Jinping dalam pertemuan yang dijadwalkan di Korea Selatan dua pekan mendatang. Lebih lanjut, ia menuding Beijing telah mengirimkan surat kepada sejumlah negara, mengindikasikan rencana untuk menerapkan kontrol ekspor terhadap semua elemen produksi yang berkaitan dengan logam tanah jarang, sebuah komoditas strategis.

Pernyataan tegas dari Trump ini seketika mengguncang pasar saham, yang sebelumnya sempat diliputi ketenangan dan optimisme atas potensi pemangkasan suku bunga oleh The Fed. Kebangkitan ketegangan dagang antara AS dan China ini lantas memicu kekhawatiran serius akan tekanan terhadap pertumbuhan ekonomi global, sekaligus memperburuk prospek korporasi Amerika yang kini sudah bergulat dengan lonjakan biaya produksi. “Trump kembali membuat pasar terkejut dan menambah ketidakpastian,” komentar Robert Pavlik, Senior Portfolio Manager di Dakota Wealth, menggambarkan situasi tersebut.

Mengutip laporan Reuters, hingga pukul 11.31 siang waktu New York, indeks utama Wall Street menunjukkan pelemahan tajam. Dow Jones Industrial Average anjlok 446,44 poin atau 0,96% menuju 45.911,98. Senada, S&P 500 merosot 99,19 poin atau 1,47% hingga menyentuh 6.635,51, sementara Nasdaq Composite mencatat penurunan paling signifikan, terjun 495,46 poin atau 2,17% ke 22.525,37.

Dampak negatif ini merembet ke berbagai sektor. Sektor teknologi dalam S&P 500 terpangkas 1,9%, diikuti oleh sektor keuangan yang melemah 1%, dan energi yang terkoreksi 1,3%. Indeks semikonduktor Philadelphia SE menjadi salah satu yang paling menderita, anjlok 3,4% setelah pengumuman Trump. Tak hanya itu, saham-saham perusahaan China yang terdaftar di bursa AS turut merasakan hantaman keras, dengan Alibaba, JD.com, dan PDD Holdings masing-masing ambruk antara 5,5% hingga 6%. Di sisi lain, Qualcomm juga tergelincir 4,6% setelah regulator China mengumumkan penyelidikan antitrust terhadap akuisisi perusahaan Israel, Autotalks, oleh Qualcomm.

Sebagai cerminan meningkatnya kegelisahan investor, indeks volatilitas CBOE, yang dikenal sebagai “fear gauge” pasar, melonjak ke level tertingginya dalam satu bulan terakhir. Meskipun demikian, di tengah gejolak pasar ini, data awal dari University of Michigan menawarkan sedikit angin segar; indeks sentimen konsumen AS untuk bulan Oktober naik tipis ke angka 55, melampaui perkiraan awal sebesar 54,2.

Ringkasan

Wall Street mengalami penurunan signifikan setelah Presiden Trump mengisyaratkan potensi kenaikan tarif impor China melalui Truth Social, memicu kekhawatiran tentang perang dagang baru. Pernyataan ini muncul di tengah isu kontrol ekspor logam tanah jarang oleh China dan membatalkan harapan pertemuan dengan Presiden Xi Jinping.

Akibatnya, indeks utama seperti Dow Jones, S&P 500, dan Nasdaq Composite anjlok, dengan sektor teknologi dan semikonduktor mencatat kerugian terbesar. Indeks volatilitas CBOE melonjak, menandakan peningkatan kekhawatiran investor, meskipun data sentimen konsumen AS menunjukkan sedikit peningkatan.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *