mellydia.co.id Indeks utama Wall Street menunjukkan pelemahan pada perdagangan Kamis (9/10/2025) waktu setempat, mencerminkan ketidakpastian pasar setelah Ketua Federal Reserve (The Fed) Jerome Powell menahan diri untuk tidak memberikan sinyal baru terkait arah kebijakan suku bunga. Ketiadaan panduan segar ini mendorong investor kembali merujuk pada data-data ekonomi yang telah ada untuk membentuk ekspektasi pasar yang lebih jelas.
Pelaku pasar, hingga saat ini, masih cenderung mengantisipasi penurunan suku bunga yang agresif, didorong harapan bahwa The Fed akan lebih memprioritaskan dukungan terhadap pasar tenaga kerja. Namun, sentimen ini sedikit bergeser setelah risalah rapat The Fed bulan September, yang dirilis pada Rabu (8/10), mengungkap adanya kekhawatiran yang masih membayangi terkait inflasi di kalangan para pembuat kebijakan.
Kini, perhatian investor beralih sepenuhnya ke pernyataan-pernyataan mendatang dari pejabat The Fed lainnya, termasuk Gubernur Dewan Michael Barr dan Presiden The Fed San Francisco Mary Daly. Potensi nada hawkish dari bank sentral, yang mengindikasikan kebijakan moneter yang lebih ketat, dapat memicu tekanan signifikan pada pasar saham. Hal ini menjadi krusial mengingat pasar saham global masih menunjukkan ketahanan yang kuat, bahkan di tengah periode musiman yang biasanya cenderung lemah.
Menanggapi kondisi pasar yang bergejolak ini, Peter Cardillo, Kepala Ekonom Pasar di Spartan Capital Securities, berujar, “Kami sedang menuju koreksi besar, namun koreksi itu kemungkinan baru akan terwujud dalam beberapa bulan ke depan.” Pernyataan ini menggarisbawahi pandangan akan adanya potensi gejolak pasar yang lebih besar di masa mendatang, meskipun untuk saat ini pasar masih relatif stabil.
Pada pukul 10.12 waktu New York, terlihat pergerakan indeks utama: Indeks Dow Jones Industrial Average turun tipis 0,20% menjadi 46.508,01, S&P 500 melemah 0,12% ke level 6.745,38, dan Nasdaq Composite terkoreksi 0,14% mencapai 23.011,97. Pergerakan minor ini mencerminkan kehati-hatian investor di tengah minimnya katalis baru.
Dalam analisis sektor, saham consumer discretionary mengalami penurunan 0,9%, dengan pelemahan signifikan pada saham Tesla (-1,9%) dan Amazon (-0,9%). Tekanan terhadap Tesla ini dipicu oleh pembukaan penyelidikan oleh otoritas keselamatan transportasi AS (NHTSA) terhadap 2,88 juta kendaraannya yang dilengkapi sistem Full Self-Driving. Sementara itu, sektor industri S&P 500 juga tergelincir 0,8%. Berbeda dengan tren tersebut, sektor teknologi menunjukkan sedikit kenaikan 0,1%, didukung oleh performa impresif saham Nvidia yang melonjak 2,7%.
Proses penutupan sebagian pemerintah AS yang kini memasuki pekan kedua telah menghambat rilis data resmi ekonomi. Kondisi ini membuat pelaku pasar sangat menantikan musim laporan keuangan kuartal III. Melalui proyeksi dan komentar manajemen perusahaan, mereka berharap mendapatkan sinyal arah ekonomi AS yang lebih konkret. Beberapa indikator alternatif bahkan telah menunjukkan tren yang cukup mengkhawatirkan; misalnya, Carlyle Group awal pekan ini memperkirakan penambahan lapangan kerja hanya 17.000 pada September, jauh di bawah estimasi 54.000 dalam survei Reuters untuk laporan nonfarm payrolls.
Di tengah ketidakpastian tersebut, ada secercah harapan dari sektor perbankan. Enam bank terbesar di AS diperkirakan akan melaporkan kenaikan laba pada kuartal III mendatang, didorong oleh pemulihan aktivitas investment banking. Ini bisa menjadi salah satu penopang optimisme di tengah pasar yang fluktuatif.
Sementara itu, harga emas spot berhasil bertahan di atas level US$ 4.000 per ons, setelah sebelumnya menembus rekor tertinggi pada pekan ini. Lonjakan harga komoditas ini jelas mencerminkan tingginya permintaan untuk aset lindung nilai, meskipun investor juga tetap mencari peluang momentum di pasar saham. Dari sisi geopolitik, kabar positif datang dari kesepakatan Israel dan Hamas mengenai fase pertama proposal perdamaian Gaza, yang diharapkan dapat mengurangi tekanan jangka panjang terhadap aset berisiko.
Beberapa saham individu berhasil mencatatkan kinerja cemerlang. Delta Air Lines melonjak 5,4% setelah melaporkan laba kuartal III yang melampaui ekspektasi serta memberikan panduan optimistis untuk kuartal berikutnya. Tren positif ini diikuti oleh maskapai lain: saham United Airlines naik 3,4%, American Airlines menguat 2,2%, dan JetBlue Airways naik 1,4%. Selain itu, Costco Wholesale juga naik 2,5% berkat laporan penjualan September yang solid. Tak ketinggalan, Albemarle, produsen litium, melonjak tajam 8,2% menyusul kenaikan target harga saham oleh TD Cowen dan langkah China memperketat ekspor mineral tanah jarang, yang berpotensi mendongkrak harga komoditas ini.
Ringkasan
Wall Street mengalami pelemahan karena investor menanti sinyal kebijakan suku bunga dari The Fed, setelah Jerome Powell tidak memberikan petunjuk baru. Investor kini fokus pada data ekonomi dan pernyataan pejabat The Fed lainnya, khawatir akan nada hawkish yang dapat menekan pasar saham. Indeks Dow Jones, S&P 500, dan Nasdaq Composite menunjukkan penurunan tipis.
Sektor consumer discretionary melemah, terutama saham Tesla dan Amazon, sementara sektor teknologi naik didukung Nvidia. Investor juga menantikan laporan keuangan kuartal III untuk mendapatkan kejelasan arah ekonomi AS. Di sisi lain, harga emas spot tetap tinggi sebagai aset lindung nilai, dan saham Delta Air Lines melonjak berkat laporan laba yang baik.