Pergolakan besar tengah menyelimuti Anfield. Setelah meraih kejayaan di Premier League musim lalu, pelatih baru, Arne Slot, mengambil langkah yang bukan sekadar berani, melainkan berisiko tinggi: merombak total tim Liverpool.
Langkah revolusioner ini tak ayal mengingatkan banyak pihak pada gebrakan serupa yang dilakukan Sir Alex Ferguson di Manchester United pada 1996. Kala itu, Ferguson tak gentar melepas pilar senior seperti Andrei Kanchelskis, Paul Ince, dan Mark Hughes, lantas menyerahkan estafet masa depan klub kepada talenta-talenta akademi macam David Beckham, Gary Neville, hingga Paul Scholes.
Namun, yang membedakan, Liverpool melakukan transisi masif ini justru di puncak performa. Slot bukan sedang membangun tim dari puing-puing, melainkan berupaya merevitalisasi skuad juara – sebuah perjudian yang magnitudonya luar biasa besar.
Musim dimulai dengan serangkaian guncangan hebat. Tim kehilangan beberapa pemain krusial: Luis Díaz dikabarkan ingin hengkang, sementara kepindahan Trent Alexander-Arnold ke Real Madrid meninggalkan lubang besar di lini pertahanan kanan. Tak berhenti di situ, duka mendalam juga menyelimuti ruang ganti menyusul meninggalnya Diogo Jota, sosok yang begitu dicintai seluruh elemen tim.
Nasib Tragis Carlos Baleba: Gagal ke Manchester United, Kini Terpuruk di Brighton!
Meski dihantam berbagai cobaan, Liverpool tidak larut dalam kesedihan. Klub bergerak cepat menata kembali pasukannya. Arne Slot sigap mendatangkan nama-nama seperti Jeremie Frimpong, Milos Kerkez, Florian Wirtz, Hugo Ekitike, dan Alexander Isak. Perubahan ini bukan sekadar pergantian personel, melainkan transformasi fundamental pada gaya bermain.
Wirtz, seorang playmaker artistik dan kreatif, hadir dengan karakter yang sangat berbeda dari trio gelandang musim lalu: Ryan Gravenberch, Alexis Mac Allister, dan Dominik Szoboszlai. Untuk mengoptimalkan peran Wirtz sebagai gelandang nomor 10, Slot bahkan harus mengubah sistem permainan secara menyeluruh.
Awal musim berjalan sangat manis. Liverpool membuka perjalanan Premier League mereka dengan lima kemenangan beruntun, sekaligus meningkatkan kepercayaan diri lewat hasil impresif melawan Atletico Madrid di Liga Champions. Ini semua menjadi bukti sahih kemampuan Slot mengelola dinamika ruang ganti dan membangun semangat kolektif di tengah badai perubahan.
Netizen Panjatkan Doa untuk Jay Idzes, Berharap Timnas Indonesia Menang Lawan Arab Saudi dan Lolos Piala Dunia 2026
Namun, kini, tanda-tanda ketidakseimbangan mulai mengemuka. Kekalahan dari Crystal Palace dan Chelsea menjadi pengingat pahit bahwa proses membangun tim baru memerlukan waktu dan kesabaran. Performa Ibrahima Konaté tampak kurang konsisten, problem bek kanan masih menghantui, Wirtz belum sepenuhnya menemukan ritme idealnya, sementara Isak belum berhasil mencapai puncak performanya.
Secara ideal, sebuah tim memperkuat skuadnya ketika berada di puncak. Namun bagi Liverpool, Slot tidak memiliki kemewahan tersebut. Ia tidak hanya dituntut memperkuat, melainkan harus membangun ulang. Banyak pemain lama hengkang, dan kebutuhan mendesak di lini belakang serta depan memaksa klub melakukan belanja besar-besaran, mencapai angka GBP 400 juta.
Terlepas dari segala tantangan itu, langkah Slot dapat dipahami. Ia mewarisi skuad peninggalan Jurgen Klopp yang sudah tampak kehabisan energi, dan kini tugasnya adalah menata kembali fondasi untuk masa depan yang lebih berkelanjutan.
Arne Slot telah membuktikan kapasitasnya yang luar biasa di musim debutnya. Namun kini, ujian sesungguhnya baru dimulai: menyatukan tim yang sarat pemain baru sambil tetap mempertahankan ambisi juara adalah tolok ukur sejati bagi kapasitasnya sebagai pelatih kelas elite.
Pemainnya Gegar Otak, Pemilik Persikad Depok Minta PSSI dan I.League Hukum Pemain PSPS Pekanbaru