Sejarah Terukir! Aldila/Janice Juara WTA Setelah Penantian 31 Tahun

Posted on

Dua petenis putri kebanggaan Indonesia, Aldila Sutjiadi dan Janice Tjen, berhasil mengukir prestasi gemilang di Tiongkok. Mereka tampil sebagai pasangan dalam turnamen WTA 125 Suzhou dan sukses meraih gelar juara pada Minggu (5/10), sebuah pencapaian yang membanggakan bagi dunia tenis Tanah Air.

Kemenangan pasangan Aldila/Janice diraih setelah mengalahkan duo Polandia-Jepang, Katarzyna Kawa/Makoto Ninomiya, dalam babak final yang berlangsung di Sungent International Tennis Center, Suzhou. Pertandingan sengit itu berakhir dengan skor meyakinkan 6-4, 6-3, mengunci trofi WTA 125 Suzhou di tangan mereka.

“Mereka cukup bagus ya, dan aku tahu dua-duanya, dan pastinya mereka juga sudah bermain di WTA tour sudah sering,” ujar Aldila, seperti dikutip dari Kantor Berita Antara, mengomentari lawan tangguh yang mereka hadapi.

Berlangsung selama satu jam 14 menit, pasangan unggulan keempat turnamen tersebut menunjukkan dominasi yang solid di lapangan. Mereka tampil kuat dengan servis yang efektif, berhasil mencatatkan persentase poin servis pertama sebesar 72,2 persen. Selain itu, duet akrab Dila dan JT ini juga lebih unggul dalam jumlah ace dibandingkan lawan yang tanpa ace, serta bermain lebih klinis dengan minimnya kesalahan ganda (hanya dua kesalahan, berbanding lima milik lawan).

Aldila/Janice juga menunjukkan ketajaman dalam mengonversi peluang, sukses memanfaatkan tiga dari tujuh kesempatan break point, atau dengan persentase 42,9 persen. Performa apik ini secara sah menghasilkan gelar WTA 125 pertama bagi mereka sebagai pasangan, sebuah awal yang menjanjikan dalam perjalanan karier mereka.

Lebih istimewa lagi, pasangan Aldila/Janice berhasil mencetak sejarah dengan menjadi duet Indonesia pertama yang menjuarai turnamen WTA setelah penantian 31 tahun. Mereka menyamai capaian legendaris Yayuk Basuki/Romana Tedjakusuma yang menjadi kampiun dalam ajang WTA di Surabaya pada November 1994, sebuah rekor yang kini kembali diukir.

Secara pribadi, bagi Aldila Sutjiadi, ini adalah gelar WTA 125 kelima sepanjang kariernya, dan merupakan gelar kesembilan secara keseluruhan jika digabungkan dengan trofi-trofi dari WTA Tour. Sementara itu, untuk Janice Tjen, trofi WTA 125 ini menandai gelar pertamanya dalam turnamen level WTA, setelah sebelumnya sukses meraih enam gelar ITF di nomor ganda dan 13 gelar di sektor tunggal.

Terbentuknya duet Aldila/Janice sendiri bermula setelah keduanya mengalami kekalahan di turnamen WT 1000 China Open di Beijing, Tiongkok, pada pekan sebelumnya. Gugur cepat di nomor masing-masing, mereka memutuskan untuk mencoba peruntungan di turnamen Suzhou.

Pada WTA 1000 China Open 2025, Aldila harus pulang lebih awal ketika berpasangan dengan Irina Khromacheva, tak mampu melewati unggulan kedua Sara Errani/Jasmine Paolini. Sementara itu, Janice Tjen yang juga berkompetisi di WTA 1000 China Open 2025 di sektor tunggal, berhasil lolos ke babak utama setelah memenangi dua pertandingan kualifikasi dengan kemenangan straight set.

Namun, petenis berusia 23 tahun itu harus terhenti di babak pertama China Open 2025 setelah kalah dari Varvara Lepchenko. Kekalahan inilah yang kemudian mendorong Janice untuk menjajal peruntungan di nomor ganda bersama Aldila.

Sebenarnya, Aldila/Janice bukan pertama kalinya berpasangan. Sebelumnya, ganda putri Indonesia peraih perunggu Asian Games Hangzhou 2023 itu pernah menjadi runner-up dalam ajang ITF W35 Arcadia di California, AS, sebuah ajang yang menjadi pemanasan bagi Aldila menjelang Indian Wells dan Miami Open. (jpc)

Ringkasan

Aldila Sutjiadi dan Janice Tjen, dua petenis putri Indonesia, menjuarai turnamen WTA 125 Suzhou setelah mengalahkan Katarzyna Kawa/Makoto Ninomiya dengan skor 6-4, 6-3. Kemenangan ini menandai gelar WTA pertama bagi mereka sebagai pasangan dan juga menjadi gelar WTA 125 kelima bagi Aldila sepanjang kariernya dan yang pertama bagi Janice.

Prestasi ini sangat bersejarah karena Aldila dan Janice menjadi ganda putri Indonesia pertama yang menjuarai turnamen WTA setelah penantian selama 31 tahun, menyamai rekor Yayuk Basuki/Romana Tedjakusuma pada tahun 1994. Duet ini terbentuk setelah keduanya mengalami kekalahan di turnamen WT 1000 China Open dan memutuskan untuk mencoba peruntungan bersama di Suzhou.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *