mellydia.co.id , BANDUNG—Para investor individu yang seangkatan dengan Lo Kheng Hong, atau yang berusia di atas 60 tahun, kini memegang kendali atas lebih dari separuh kapitalisasi saham di lantai bursa, dengan nilai total yang mengesankan mencapai Rp986,28 triliun.
Data demografi investor individu yang dirilis oleh Otoritas Jasa Keuangan (OJK) per Juni 2025 menunjukkan dominasi investor generasi Baby Boomers, yakni mereka yang berusia di atas 60 tahun. Kelompok ini secara signifikan menguasai 53,36% dari total kapitalisasi saham individu, setara dengan Rp986,28 triliun.
Secara keseluruhan, total kepemilikan saham oleh investor individu hingga paruh pertama tahun ini tercatat sebesar Rp1.848,22 triliun. Angka ini merepresentasikan 15,17% dari total kapitalisasi pasar di lantai bursa yang mencapai Rp12.178 triliun per Juni 2025.
Di sisi lain, investor individu berusia di bawah 30 tahun, yang sering disebut generasi Z, tercatat mendominasi dari segi jumlah rekening di pasar modal. Mereka membentuk 54,25% dari total investor, atau setara dengan 9.414.546 rekening dari total 17.354.002 investor per 24 Juli 2025.
Namun demikian, meskipun jumlahnya sangat besar, aset yang digenggam oleh generasi Z ini relatif kecil, hanya sebesar Rp58,08 triliun atau 3,14% dari total aset investor individu secara keseluruhan.
Melengkapi gambaran demografi investasi, investor individu berusia 31-40 tahun, sebagai komposisi terbanyak kedua sebesar 24,81%, memiliki aset sebesar Rp282,09 triliun. Selanjutnya, investor berusia 41-50 tahun—yang setara dengan 12,25% dari total investor—menguasai aset senilai Rp219,03 triliun.
Adapun investor individu dalam rentang usia 51-60 tahun, meskipun jumlahnya hanya 5,74%, memegang aset terbesar kedua, yakni senilai Rp302,74 triliun. Hal ini menunjukkan kekuatan finansial signifikan dari kelompok usia menjelang pensiun ini.
Kelompok investor “Lo Kheng Hong Cs”, yaitu mereka yang berusia di atas 60 tahun, meskipun hanya mewakili 2,95% dari total investor atau setara dengan 511.943 rekening, terbukti memiliki kumpulan aset individu terbesar. Sebagai informasi, Lo Kheng Hong sendiri saat ini berusia 66 tahun, lahir pada 20 Februari 1959.
Menanggapi fenomena ini, Deputi Komisioner Pengawas Pengelolaan Investasi Pasar Modal dan Lembaga Efek OJK, Eddy Manindo Harahap, menyampaikan optimisme. Ia menyoroti bahwa kendati nilai aset investor usia di bawah 30 tahun masih terbilang kecil, kehadiran mereka memberikan harapan baru bagi masa depan pasar modal Indonesia. “Generasi Z ini mendominasi jumlah investor di pasar modal dengan persentase 54,25%. Ini kabar baik, karena pada Indonesia Emas 1945, mereka akan menjadi investor yang matang. Tinggal bagaimana kita mengelolanya,” ujar Eddy dalam sebuah diskusi dengan media, akhir pekan lalu.
Namun demikian, Eddy juga mengakui bahwa penetrasi pasar modal di Indonesia masih tergolong sangat rendah dibandingkan dengan negara-negara di kawasan ASEAN, meskipun secara nilai tercatat tertinggi di Asia Tenggara.
Sebagai perbandingan, kapitalisasi Bursa Efek Indonesia tercatat sebesar US$759,08 miliar. Namun, angka ini hanya setara dengan 55,72% dari total Produk Domestik Bruto (PDB) Indonesia yang sebesar Rp1.362,31 miliar. Ini menunjukkan ruang pertumbuhan yang besar.
Situasi ini kontras dengan Malaysia, yang meskipun memiliki kapitalisasi pasar lebih rendah di angka US$255,33 miliar, penetrasinya terhadap PDB mencapai 63,88%. Demikian pula dengan Singapura, penetrasi pasar modalnya terhadap PDB telah menembus 82,99%, setara dengan US$507,95 miliar.
Posisi teratas di ASEAN ditempati oleh Thailand. Negeri Gajah Putih itu berhasil mencapai penetrasi pasar modal nyaris 100% dari PDB, tepatnya 97,54%, dengan nilai US$509,82 miliar.
Menyikapi tantangan ini, Eddy mengutarakan bahwa target pengembangan pasar modal di Indonesia masih dalam kerangka kerja yang jelas. Pada tahun ini, target penetrasi pasar modal terhadap PDB diharapkan mencapai 57,8%, dan akan terus meningkat hingga 68% pada tahun 2029.
Eddy menambahkan bahwa meskipun lantai bursa sempat mengalami fluktuasi, bahkan sempat menyentuh 61% terhadap PDB pada akhir 2024 dengan nilai mencapai Rp13.519 triliun dan kini berada di angka 55%, pihaknya tetap optimistis dapat mencapai target akhir tahun ini.
Wakil Ketua Komisioner OJK, Mirza Adityaswara, turut menyampaikan keyakinannya. Ia menyatakan bahwa di tengah tingginya ketidakpastian global, kondisi pasar modal saat ini telah kembali ke jalur yang benar, sehingga target jangka panjang diharapkan dapat terpenuhi.
Mirza menjelaskan lebih lanjut bahwa Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) memang sempat menghadapi tekanan sepanjang tahun 2024 dan awal tahun 2025. Namun, kondisi terkini menunjukkan bahwa IHSG telah berhasil rebound dan menguat sebesar 6,55% year-to-date (ytd), menegaskan resiliensi pasar.
Ringkasan
Investor individu berusia di atas 60 tahun, yang sering disebut sebagai generasi Baby Boomers, menguasai 53,36% dari total kapitalisasi saham individu di Bursa Efek Indonesia, senilai Rp986,28 triliun per Juni 2025. Meskipun jumlah rekening investor didominasi oleh generasi Z (di bawah 30 tahun), aset yang mereka miliki relatif kecil dibandingkan dengan investor dari kelompok usia yang lebih tua.
OJK optimistis dengan pertumbuhan pasar modal Indonesia, meskipun penetrasinya masih rendah dibandingkan negara ASEAN lainnya. Pemerintah menargetkan peningkatan penetrasi pasar modal terhadap PDB secara bertahap hingga mencapai 68% pada tahun 2029. IHSG menunjukkan resiliensi dengan penguatan sebesar 6,55% year-to-date, menandakan pasar modal telah kembali ke jalur yang benar.