Tokoh Sepak Bola Vietnam Bandingkan Naturalisasi Pemain Keturunan Indonesia dengan Malaysia: Terungkap Perbedaan Asli dan Palsu
Mantan Wakil Presiden AFF dari Vietnam, Duong Vu Lam, baru-baru ini menyoroti perbedaan mencolok dalam proses naturalisasi pemain sepak bola antara Indonesia dan Malaysia. Pernyataannya muncul di tengah hangatnya perbincangan mengenai kasus pemalsuan dokumen yang menjerat Federasi Sepak Bola Malaysia (FAM), yang melibatkan tujuh pemain naturalisasinya.
Kasus pemalsuan dokumen yang menimpa FAM ini menjadi pusat perhatian, di mana ketujuh pemain tersebut dituding tidak dapat membuktikan silsilah keturunan yang valid. Situasi ini membuat Malaysia kini berada di ambang keputusan penting dari FIFA, yang dapat berujung pada sanksi serius.
Menjelaskan kepada publik Negeri Naga Biru, Duong Vu Lam memaparkan dua syarat utama yang diakui FIFA bagi seorang pemain untuk dapat dinaturalisasi oleh suatu negara. Pertama, pemain harus memiliki ikatan akar yang kuat di negara pemohon, misalnya melalui orang tua, kakek, atau nenek yang berasal dari negara tersebut. Kedua, pemain wajib tinggal di negara pemohon naturalisasi setidaknya selama lima tahun.
Ia memberikan contoh dari negaranya sendiri, Vietnam, yang menaturalisasi Nguyen Xuan Son dari Brasil dengan memanfaatkan syarat kedua, yaitu faktor tinggal selama lima tahun, tanpa ikatan keturunan. Berbeda dengan itu, Indonesia dikenal menggunakan jalur keturunan. Banyak pemain yang lahir di Belanda, namun memiliki akar dan silsilah asli Indonesia, menunjukkan bahwa mereka adalah keturunan asli yang sah.
Duong Vu Lam seolah mengerti betul sejarah panjang antara Indonesia dan Belanda di masa lalu. Ia menjelaskan, “Orang Belanda dulunya banyak tinggal dan bekerja di Indonesia, sehingga tidak jarang ditemukan orang Belanda keturunan Indonesia.” Hal ini menjadi dasar kuat bagi proses naturalisasi pemain Indonesia, memastikan bahwa para pemain tersebut memang memiliki ikatan darah yang tak terbantahkan dengan Tanah Air.
Inilah yang menjadi perbedaan signifikan antara kedua negara. Sementara proses naturalisasi pemain Indonesia dapat dibuktikan dengan silsilah yang jelas, Malaysia menghadapi masalah besar. Duong Vu Lam menambahkan, “Naturalisasi pemain Malaysia yang baru saja diproses serupa dengan naturalisasi pemain Indonesia. Perbedaannya, terletak pada keakuratan asal-usul mereka. Tujuh pemain Malaysia yang baru diproses, justru karena mereka belum dapat membuktikan keakuratan asal-usul mereka.”
Saat ini, Federasi Sepak Bola Malaysia (FAM) tengah harap-harap cemas menanti keputusan penuh dari FIFA. Jika keputusan tersebut tidak sesuai harapan, Malaysia masih memiliki peluang untuk mengajukan banding dan membawa kasus ini ke Pengadilan Arbitrase Olahraga (CAS), sebuah langkah terakhir untuk mempertahankan legitimasi pemain mereka di kancah internasional.
Ringkasan
Tokoh sepak bola Vietnam, Duong Vu Lam, menyoroti perbedaan naturalisasi pemain antara Indonesia dan Malaysia, terutama setelah kasus pemalsuan dokumen yang menimpa FAM. Ia menjelaskan bahwa FIFA mengakui naturalisasi berdasarkan ikatan keturunan atau masa tinggal minimal lima tahun di negara tersebut.
Indonesia umumnya menaturalisasi pemain berdasarkan keturunan, seperti pemain kelahiran Belanda yang memiliki akar Indonesia yang jelas. Sementara Malaysia menghadapi masalah karena kesulitan membuktikan keakuratan asal-usul tujuh pemain naturalisasinya, berbeda dengan Indonesia yang dapat menunjukkan silsilah pemainnya dengan valid. FAM kini menunggu keputusan FIFA terkait kasus ini.