Sebuah tanggapan mengejutkan datang dari Marc Marquez, pembalap Ducati Lenovo, menyusul diabaikannya namanya oleh Valentino Rossi saat legenda hidup MotoGP itu mengenang kembali rivalitasnya. Situasi ini muncul ketika Valentino Rossi, yang dikenal dengan julukan The Doctor, berbagi pandangannya mengenai perjalanan kariernya di MotoGP, tepatnya di sela-sela peluncuran livery khusus Pertamina Enduro VR46 yang akan digunakan untuk MotoGP Indonesia 2025.
Melansir laporan dari Crash.net, Rossi secara eksplisit menyebutkan beberapa nama besar yang ia anggap sebagai lawan terberatnya sepanjang karier. Daftar tersebut mencakup nama-nama legendaris seperti Max Biaggi, seteru utamanya di awal milenium, serta ‘trio Alien’ yang fenomenal: Casey Stoner, Jorge Lorenzo, dan Dani Pedrosa. Menggambarkan intensitas persaingan tersebut, Rossi bahkan berujar, “Itu bukan sekadar persaingan, itu seperti kisah cinta.”
Namun, yang paling mencolok dari daftar tersebut adalah absennya nama Marc “The Baby Alien” Marquez, sosok yang selama bertahun-tahun selalu dikaitkan erat dengan Rossi dalam konteks rivalitas sengit. Padahal, sejarah MotoGP mencatat serangkaian balapan epik yang melibatkan keduanya. Mulai dari insiden Marquez meniru manuver ikonik Rossi di Laguna Seca pada 2013, hingga momen dramatis ketika Rossi seolah ‘mendadak motokros’ setelah bersenggolan dengan Marquez di tikungan terakhir Assen 2015. Tentu saja, tidak lengkap rasanya membicarakan rivalitas Rossi dan Marquez tanpa menyinggung ‘Sepang Clash’ kontroversial pada 2015 yang sempat mengguncang dunia MotoGP.
Saat dimintai tanggapan mengenai daftar rival yang diungkapkan oleh Rossi, Marquez memberikan respons yang tidak kalah telak. Dengan lugas, pembalap yang kini berusia 32 tahun itu menyatakan, “Ya karena kami tidak pernah bertarung untuk kejuaraan (perebutan gelar).” Sebuah pernyataan yang kemudian ia coba jelaskan lebih jauh untuk menghindari salah tafsir.
Marquez segera mengklarifikasi bahwa maksudnya bukan untuk menyiratkan bahwa enam gelar juaranya diraih saat Rossi masih berkompetisi di trek, sementara Rossi sendiri tidak memenangkan gelar apa pun ketika Marquez menjadi penantang. “Tidak, tidak, tidak, bukan seperti itu,” tegas Marquez. “Hanya saja ketika saya tiba, lawan terbesar saya, misalnya, satu tahun adalah Lorenzo. Lalu beralih ke (Andrea) Dovizioso,” tambahnya, mengisyaratkan fokus rivalitasnya yang bergeser setiap musim.
Namun, analisis lebih lanjut menunjukkan bahwa Marquez tampaknya sedikit melupakan fakta bahwa Valentino Rossi pernah menjadi runner-up kejuaraan di bawah dirinya pada musim 2014 dan 2016. Pada 2014, dominasi Marquez memang tak terbendung dengan 10 kemenangan beruntun. Sedangkan pada 2016, Marquez berhasil mengunci gelar ketiganya di kelas premier tanpa pernah sekalipun diungguli Rossi di klasemen akhir. Menariknya, pada musim 2015 yang penuh drama, meskipun Marquez sudah tidak mungkin merebut gelar juara di tiga seri tersisa, ia secara langsung terlibat dalam perebutan gelar antara Rossi dan Jorge Lorenzo, menjadikannya bagian tak terpisahkan dari dinamika rivalitas papan atas saat itu.
Terlepas dari perdebatan mengenai rivalitas masa lalu, Marc Marquez kini tampak menatap MotoGP Indonesia 2025 dengan pendekatan yang lebih rileks. Ia mengaku tidak lagi terobsesi mengejar pencapaian tertentu, meskipun secara teoritis masih ada rekor kemenangan dalam semusim yang bisa ia pecahkan, mengingat ia pernah meraih 13 kemenangan fenomenal pada tahun 2014.
Kini, salah satu target utamanya di Sirkuit Mandalika adalah memutus tren buruk yang kerap menghantuinya di lintasan tersebut, di mana ia hampir selalu gagal mencapai finis. Mengenang masa lalunya, Marquez berkata, “Dulu saya selalu menang, dan masih ada beberapa balapan tersisa. Rasanya saya ingin datang ke balapan berikutnya, menyerang, dan memenangkan semuanya.” Namun, ia melanjutkan dengan nada lebih bijak, “Tapi sekarang rasanya seperti saya mengalami begitu banyak tekanan selama semua musim sehingga saya hanya ingin menikmatinya.”
Dengan mentalitas yang lebih matang, Marquez menambahkan, “Mari kita lihat, target pertama adalah mencoba untuk tidak melakukan kesalahan bodoh.” Ia menjelaskan bahwa setelah mencapai target utama, seringkali adrenalin menurun dan konsentrasi bisa berkurang, sebuah pelajaran berharga dari pengalaman panjangnya di dunia balap MotoGP.
Ringkasan
Artikel ini membahas tanggapan Marc Marquez terhadap Valentino Rossi yang tidak memasukkannya ke dalam daftar rival terberatnya. Rossi hanya menyebut nama-nama seperti Max Biaggi, Casey Stoner, Jorge Lorenzo, dan Dani Pedrosa, mengabaikan rivalitas sengitnya dengan Marquez di masa lalu. Marquez menanggapi santai dengan menyatakan bahwa mereka tidak pernah bertarung langsung untuk perebutan gelar juara.
Marquez mengklarifikasi bahwa fokus rivalitasnya bergeser setiap musim, seperti dengan Lorenzo atau Dovizioso. Meskipun begitu, artikel ini menyoroti bahwa Rossi pernah menjadi runner-up di bawah Marquez pada 2014 dan 2016. Marquez kini lebih santai dan ingin menikmati balapan, terutama di MotoGP Indonesia 2025, dengan fokus menghindari kesalahan bodoh di Sirkuit Mandalika.