mellydia.co.id JAKARTA – Rebalancing Indeks Morgan Stanley Capital International (MSCI) diyakini menjadi angin segar yang berpotensi mendorong kembali masuknya aliran dana asing ke pasar modal Indonesia. Momentum kocok ulang indeks MSCI ini turut menopang kinerja Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) pada perdagangan hari ini. Pada sesi pertama, IHSG berhasil tumbuh 0,78% mencapai level 7.548,72.
Meskipun demikian, data per Kamis (7/8/2025) menunjukkan bahwa sepanjang tahun ini, angka net sell dana asing di pasar modal masih tercatat cukup besar, mencapai Rp61,34 triliun. Hal ini menjadi tantangan tersendiri di tengah optimisme rebalancing MSCI.
: Rebalancing Saham MSCI, Menilik Kinerja di Indonesia Berbanding Global Sejak 2013
Analis Mirae Asset Sekuritas Indonesia, Nafan Aji Gusta Utama, menyoroti adanya pembelian saham oleh investor asing yang mulai terlihat dalam sepekan terakhir, bersamaan dengan momentum perombakan indeks MSCI. Nafan menjelaskan bahwa dinamika pra-penetapan indeks MSCI, terutama untuk saham-saham yang masuk seperti milik Prajogo Pangestu, turut mendorong kinerja IHSG yang mulai mencatat kondisi net foreign buy secara harian selama minggu ini.
Nafan menambahkan, selama sentimen pasar tetap positif, tren pembelian saham oleh investor asing ini berpotensi berlanjut. Ini didukung oleh fundamental makro ekonomi Indonesia yang kokoh, dengan pencapaian pertumbuhan 5,12% pada kuartal II/2025. Menurutnya, pertumbuhan ekonomi tersebut di atas konsensus dan ekspektasi pasar, serta secara kuartalan Indonesia telah berhasil terhindar dari resesi teknikal.
: : Ramalan Kinerja Saham MSCI Mini Agustus 2025, Ada PTRO, RATU, hingga TAPG
Sejalan dengan sentimen positif ini, beberapa saham anggota baru indeks MSCI juga turut merasakan dampaknya. Saham-saham Prajogo Pangestu, seperti PT Petrindo Jaya Kreasi Tbk. (CUAN) dan PT Petrosea Tbk. (PTRO), dalam sesi pertama perdagangan hari ini melesat masing-masing 9,93% dan 11,63%. Tak ketinggalan, emiten dari Sinar Mas Group, PT Dian Swastatika Sentosa Tbk. (DSSA), juga melonjak 17,06% pada sesi yang sama.
Namun demikian, Nafan mengingatkan investor untuk tetap berhati-hati karena lonjakan harga saham tersebut cenderung bersifat jangka pendek. “Euforianya hanya berlaku jangka pendek. Hati-hati. Bisa jadi aksi taking profit terjadi. Ini saja buktinya IHSG sudah di bawah 1% penguatannya, dari sebelumnya bisa di atas 2%. Jadi aksi profit taking terjadi. Ini perlu kita cermati,” tegasnya, menyoroti penurunan penguatan IHSG sebagai indikasi awal.
: : Intiland (DILD) Bocorkan Strategi Bisnis, Sahamnya Dikoleksi Lo Kheng Hong
Lebih lanjut, Nafan menjelaskan bahwa terhambatnya aliran dana asing masuk ke pasar modal Indonesia juga berkaitan dengan dinamika kondisi perekonomian global. Faktor eksternal, seperti dampak eskalasi perang dagang dan konflik geopolitik yang memanas, membuat investor cenderung lebih konservatif dalam menempatkan investasinya pada aset-aset yang menawarkan pengembalian lebih pasti. Oleh karena itu, Nafan menyimpulkan, investasi di pasar modal baru dapat menjadi pilihan utama jika perdagangan global dan domestik terus berada dalam kondisi yang kondusif.
Ringkasan
Rebalancing Indeks MSCI diprediksi akan mendorong masuknya kembali dana asing ke pasar modal Indonesia, terlihat dari pembelian saham oleh investor asing dalam sepekan terakhir. Kinerja IHSG juga terpengaruh positif, meskipun angka net sell asing sepanjang tahun masih cukup besar. Fundamental makro ekonomi Indonesia yang kokoh menjadi pendukung tren positif ini, dengan pertumbuhan ekonomi kuartal II/2025 di atas ekspektasi.
Beberapa saham anggota baru indeks MSCI mengalami kenaikan signifikan, namun investor diingatkan untuk berhati-hati terhadap potensi aksi taking profit karena euforia cenderung jangka pendek. Faktor eksternal seperti perang dagang dan konflik geopolitik juga mempengaruhi aliran dana asing, sehingga investasi di pasar modal baru menjadi pilihan utama jika kondisi perdagangan global dan domestik kondusif.