Menteri Keuangan Republik Indonesia, Purbaya Yudhi Sadewa, dengan lantang menyuarakan optimisme akan kemampuan pertumbuhan ekonomi Indonesia untuk mencapai angka delapan persen. Menurutnya, potensi besar ini kerap terganjal oleh faktor internal: kebijakan yang kurang tepat dan tidak efektif. “Kebijakan kita sendiri sebetulnya yang sering kali menghambat pertumbuhan ekonomi,” tegas Purbaya dalam acara GREAT Lecture bertema “Transformasi Ekonomi Nasional: Pertumbuhan Inklusif Menuju 8%” yang diselenggarakan di Hotel Bidakara, Jakarta, pada Kamis, 11 September 2025.
Analisis Purbaya menunjukkan bahwa sejak tahun 1998, pertumbuhan ekonomi Indonesia nyaris selalu tertahan di batas maksimal lima persen. Fenomena krusial ini ia sebut sebagai middle income trap, sebuah kondisi di mana suatu negara kesulitan melampaui status pendapatan menengah untuk mencapai pendapatan tinggi, salah satunya dipicu oleh laju ekonomi yang stagnan.
Lebih lanjut, Purbaya memaparkan bahwa Indonesia memiliki siklus resesi yang berulang setiap enam hingga tujuh tahun, atau bahkan sepuluh tahun jika kondisi perekonomian relatif stabil. Pemahaman mendalam tentang siklus ini menjadi fondasi bagi Purbaya Yudhi Sadewa dalam merumuskan langkah strategis dan kebijakan fiskal yang akan datang.
Sebagai langkah konkret dan mendesak, Menteri Keuangan berencana menyuntikkan dana sebesar Rp 200 triliun ke enam bank negara (Himbara). Sumber dana vital ini berasal dari dana dorman yang tersimpan di Bank Indonesia, bagian dari total Rp 425 triliun yang mencakup Sisa Anggaran Lebih (SAL) dan Sisa Lebih Pembayaran Anggaran (SiLPA). Purbaya menegaskan bahwa implementasi kebijakan ini dapat dilakukan tanpa memerlukan Peraturan Menteri Keuangan (PMK), dan Kementerian Keuangan dijadwalkan mulai memberlakukannya pada Jumat, 12 September 2025.
Purbaya memiliki keyakinan kuat bahwa suntikan dana ini akan menjadi pendorong signifikan bagi pertumbuhan ekonomi Indonesia, melampaui batas stagnasi lima persen yang selama ini menghantui, serta secara simultan menciptakan lapangan pekerjaan yang lebih luas. “Untuk mencapai level pertumbuhan 6 persen, 6,5 persen kita bisa gunakan langkah-langkah dan kebijakan seperti ini,” jelasnya, “nanti kalau sudah tercapai, buat naik ke 7 persen dan 8 persen kita bisa lah pakai cara-cara lainnya.” Ini menandakan pendekatan bertahap dalam menggapai target ekonomi yang ambisius.
Pilihan editor: Investasi INA di Kimia Farma Boncos. Dimakan Korupsi?
Ringkasan
Menteri Keuangan Purbaya Yudhi Sadewa optimis pertumbuhan ekonomi Indonesia dapat mencapai 8% jika kebijakan internal diperbaiki. Ia menyoroti fenomena middle income trap dan siklus resesi yang berulang sebagai penghambat utama pertumbuhan ekonomi yang selama ini tertahan di angka 5%.
Untuk mendorong pertumbuhan, Kemenkeu berencana menyuntikkan dana Rp 200 triliun ke bank Himbara dari dana dorman di Bank Indonesia. Kebijakan ini diyakini dapat melampaui stagnasi pertumbuhan dan menciptakan lapangan pekerjaan, serta menjadi langkah awal untuk mencapai target pertumbuhan ekonomi yang lebih tinggi secara bertahap.