Manajer Ducati Lenovo, Davide Tardozzi, buka suara mengenai hasil mengejutkan yang diraih para pembalap pengguna motor Desmosedici GP25 pada hari pertama MotoGP Catalunya 2025. Sesi latihan di Sirkuit Catalunya, Barcelona, menyajikan performa yang jauh dari ekspektasi bagi beberapa jagoan Ducati, memunculkan tanda tanya besar di paddock.
Pembalap Ducati yang menunggangi Desmosedici GP25 terbaru justru menelan kepahitan. Hanya Marc Marquez yang berhasil mencatatkan waktu terbaik di antara rekan-rekannya yang juga menggunakan motor serupa. Sebaliknya, juara bertahan Francesco Bagnaia dan Fabio Di Giannantonio harus merasakan pahitnya kegagalan melaju otomatis ke Q2, sebuah skenario yang sangat memprihatinkan mengingat status mereka sebagai pembalap utama.
Keduanya bahkan terlempar jauh dari posisi 15 besar. Di Giannantonio hanya mampu menempati urutan ke-17, sementara Bagnaia terdampar di posisi ke-21 pada sesi Practice MotoGP Catalunya 2025. Lebih mengkhawatirkan lagi, hasil ini bahkan lebih buruk daripada tiga pembalap Ducati lainnya yang masih mengandalkan motor Desmosedici GP24. Bagi Bagnaia, posisi ke-21 adalah catatan yang paling mengecewakan dalam beberapa waktu terakhir, terutama di sirkuit yang biasanya ia kuasai.
Menanggapi situasi ini, Tardozzi menjelaskan bahwa tim telah melakukan modifikasi substansial demi mengembalikan sensasi motor ke performa tahun lalu. “Saya sangat yakin bahwa modifikasi yang kami lakukan pada sore hari adalah sesuatu yang membuat Pecco lebih percaya diri dan kompetitif. Juga karena kami membawa motornya persis seperti tahun lalu, kami berada di arah itu untuk mencoba membantunya dan karena performa Pecco selama dua tahun terakhir sangat cepat,” ungkap Tardozzi kepada SkySports Italia.
Martin, Quartararo, dan Bagnaia Kompak Tak Lolos Q2, 4 Juara Dunia Menuju Puncak Komedi MotoGP Catalunya 2025
Kekecewaan bukan hanya dirasakan tim, tetapi juga oleh Pecco Bagnaia sendiri yang sangat berambisi tampil baik. Tardozzi menambahkan, “Ada kekecewaan dari pihak kami dan terutama dari pihak dia, dia juga sangat percaya pada perubahan ini dan pengaturan ini yang telah memberinya kepercayaan diri sepanjang tahun lalu. Saat ini mereka sedang mempertimbangkan dan mengevaluasi data.” Manajer Ducati itu menegaskan target awal adalah Q2, “Saya ulangi kata kecewa karena kami semua yakin dia (Bagnaia) bisa masuk ke Q2. Saya tidak mengatakan melakukan performa terbaik seperti yang selalu dia lakukan di sini, tetapi masuk ke Q2 adalah tujuannya. Kami kehilangan setidaknya setengah detik. Ada KTM yang selalu tampil bagus di sini, saya membandingkannya dengan Ducati lainnya,” ujarnya, menyoroti kesenjangan performa.
Ketika Tardozzi mendapatkan pertanyaan apakah tanpa Marc Marquez performa Bagnaia dan Di Giannantonio di GP25 akan menjadi tolok ukur, ia menegaskan bahwa patokan selalu pada pembalap Ducati terbaik. “Tidak, saya pikir pengukuran harus selalu dilakukan pada Ducati terbaik,” ucap Tardozzi. Ia mengakui adanya perbandingan antara motor Ducati 2024 dan 2025, namun menekankan bahwa perbedaan performa sebenarnya sangat minim. “Memang benar bahwa ada perbandingan antara Ducati 2024 dan 2025 lagi. Saya pikir kedua motor itu benar-benar memiliki performa yang bagus. Mereka memiliki beberapa perbedaan kecil, dan saya tekankan perbedaan kecil, tetapi itu tidak berarti apa-apa,” jelasnya, meredakan spekulasi tentang perbedaan signifikan antara kedua model motor.
Inti permasalahan dari hasil yang berbeda-beda di antara pembalap GP25, menurut Tardozzi, adalah kemampuan adaptasi pembalap itu sendiri terhadap kondisi lintasan atau motor. Oleh karena itu, ia tak dapat memberikan jawaban pasti mengapa pembalap GP25 terkadang terlihat lebih lambat daripada GP24. “Terkadang ada motor 2024 yang cepat dan motor 25 yang lambat, ada motor 25 yang cepat dan motor 25 yang lebih lambat,” tutur Tardozzi. “Ini bukan soal 2024 atau 2025, ini soal bagaimana para pembalap dari motor yang satu dan yang lain beradaptasi dengan lintasan atau situasi,” tegasnya, menyoroti pentingnya faktor manusia di balik kemudi.
Namun, Tardozzi menyadari bahwa Francesco Bagnaia adalah pembalap yang sangat sensitif terhadap motornya. Sensitivitas unik ini memungkinkan Bagnaia untuk merasakan detail terkecil sekalipun mengenai perubahan antara motor GP24 dan GP25, yang mungkin tidak terlalu diperhatikan oleh pembalap lain. “Menurut kami tidak (ada perbedaan besar), tapi untuk orang yang sangat sensitif dengan motor seperti Pecco, tentu saja ya,” ujarnya. “Jadi ya, ada beberapa perbedaan kecil dan jelas itu mengganggu Pecco lebih dari yang lain,” pungkas Tardozzi, menjelaskan mengapa Bagnaia terpengaruh lebih dalam oleh nuansa motornya di MotoGP Catalunya 2025 ini, menjadikannya tantangan adaptasi yang lebih besar baginya.
MotoGP Catalunya 2025 – Solidaritas Marquez untuk Murid Rossi yang Sedang Jadi Pesakitan di Ducati