KONTAN.CO.ID. Harga emas dunia menunjukkan penguatan signifikan, mendekati level tertingginya dalam dua pekan terakhir pada perdagangan Selasa, 5 Agustus. Lonjakan ini didorong kuat oleh ekspektasi pasar akan pemangkasan suku bunga acuan di Amerika Serikat, serta ketidakpastian yang menyelubungi penunjukan pejabat baru di bank sentral AS, Federal Reserve (The Fed).
Melansir laporan Reuters, harga emas spot tercatat naik 0,2% menjadi US$ 3.380,20 per troi ons pada pukul 13.55 waktu New York (ET). Capaian ini menandai level tertinggi bagi emas sejak 24 Juli. Sejalan dengan itu, emas berjangka AS juga ditutup menguat 0,2% pada posisi US$ 3.434,70 per troi ons.
Penguatan harga emas ini semakin tertopang oleh pelemahan dolar AS. Kondisi ini secara inheren membuat logam mulia yang berdenominasi dolar menjadi lebih terjangkau bagi investor yang memegang mata uang lain, sehingga meningkatkan daya tariknya.
Pasar saat ini memproyeksikan adanya dua kali pemangkasan suku bunga acuan AS hingga akhir tahun ini, yang diperkirakan akan dimulai pada September. Ekspektasi ini muncul menyusul rilis data ketenagakerjaan bulan Juni yang dinilai mengecewakan. Bahkan, data tersebut memicu Presiden Donald Trump untuk memberhentikan Kepala Biro Statistik Tenaga Kerja AS (BLS) pada pekan lalu.
Menanggapi gejolak ini, Daniel Ghali, seorang analis komoditas di TD Securities, menyatakan, “Pasar masih terguncang oleh serangkaian rilis data pekan lalu, ditambah keputusan pemerintahan Trump mengganti Kepala BLS. Kondisi ini memperkuat posisi emas dan mendukung pandangan kami bahwa dolar AS mulai kehilangan fungsinya sebagai penyimpan nilai.” Pernyataan ini menegaskan peran emas sebagai aset lindung nilai di tengah ketidakpastian ekonomi.
Sebagai aset lindung nilai, emas kerap menjadi pilihan utama di kala ketidakpastian meningkat. Selain itu, emas cenderung menguat dalam lingkungan suku bunga rendah karena sifatnya yang tidak menawarkan imbal hasil tetap, membuatnya lebih menarik dibandingkan aset berbunga di saat suku bunga turun.
Di sisi lain, Presiden Trump telah menyatakan akan segera mengumumkan pengganti sementara Gubernur The Fed Adriana Kugler, yang mengundurkan diri Jumat lalu. Tak hanya itu, nama calon Ketua The Fed selanjutnya juga akan segera diumumkan, menambah lapisan ketidakpastian di pasar keuangan.
Selain emas, beberapa logam mulia lainnya juga menunjukkan pergerakan. Perak spot naik 1,2% mencapai US$ 37,85 per troi ons, menandai level tertinggi sejak 30 Juli. Bob Haberkorn, analis di RJO Futures, mengungkapkan optimismenya terhadap perak, “Saya lebih optimistis terhadap perak dibanding emas saat ini. Jika menembus US$ 40, target berikutnya bisa mencapai US$ 42.” Namun, tidak semua logam mulia berkinerja positif; platinum turun 1% menjadi US$ 1.316,35, dan palladium merosot 2,1% ke US$ 1.181,21.
Dalam perkembangan terkait, Sibanye-Stillwater, produsen logam asal Afrika Selatan, telah mengusulkan kepada pemerintah AS agar mengenakan tarif atas impor palladium dari Rusia. Usulan ini bertujuan untuk mendukung keberlangsungan pasokan dalam negeri AS, mencerminkan dinamika geopolitik yang turut memengaruhi pasar logam mulia.
Ringkasan
Harga emas dunia menguat mendekati level tertinggi dua pekan terakhir, didorong ekspektasi pemangkasan suku bunga AS dan ketidakpastian penunjukan pejabat Federal Reserve. Pelemahan dolar AS turut mendukung penguatan emas, menjadikannya lebih terjangkau bagi investor dengan mata uang lain. Pasar memproyeksikan dua kali pemangkasan suku bunga AS hingga akhir tahun, dimulai September.
Selain emas, perak juga mengalami kenaikan harga, mencapai level tertinggi sejak 30 Juli. Namun, tidak semua logam mulia mengalami kenaikan, platinum dan palladium justru mengalami penurunan. Usulan tarif impor palladium dari Rusia oleh Sibanye-Stillwater, produsen logam Afrika Selatan, mencerminkan dinamika geopolitik yang turut memengaruhi pasar logam mulia.