KONTAN.CO.ID – JAKARTA. Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) berhasil menutup perdagangan Kamis (28/8/2025) dengan penguatan tipis sebesar 0,20%, mencapai level 7.952. Kinerja ini patut dicatat mengingat sebelumnya indeks sempat menyentuh rekor tertinggi baru di angka 8.022 dalam sesi perdagangan yang penuh dinamika.
Analis MNC Sekuritas, Herditya Wicaksana, menyoroti penguatan ini terjadi di tengah fase konsolidasi pergerakan IHSG beberapa waktu terakhir. Sektor teknologi, khususnya saham PT DCI Indonesia Tbk (DCII), disebut menjadi pendorong utama di balik kenaikan tersebut. Menariknya, kenaikan IHSG ini berlangsung di tengah tekanan pelemahan nilai tukar rupiah dan gelombang demonstrasi buruh yang sedang berlangsung di berbagai daerah.
Sebagai informasi, ribuan buruh turun ke jalan pada hari tersebut, menyuarakan tuntutan kenaikan upah minimum 2026, penghapusan sistem outsourcing beserta regulasinya, serta reformasi sistem perpajakan. Situasi domestik yang bergejolak ini menjadi latar belakang menarik bagi pergerakan pasar modal.
IHSG Menguat 0,20% ke 7.952,08, Saham Big Banks Bergerak Variatif Kamis (28/8)
Dari kacamata global, Equity Research Analyst Phintraco Sekuritas, Alrich Paskalis Tambolang, menjelaskan bahwa penguatan IHSG turut dipantik oleh perhatian investor terhadap keputusan bank sentral Korea Selatan yang memilih mempertahankan suku bunga acuannya di level 2,5% untuk kedua kalinya secara beruntun. Selain itu, dinamika geopolitik terkait pemberlakuan tarif impor 50% oleh Amerika Serikat terhadap India juga menjadi sorotan pasar.
Sementara itu, sentimen di bursa global menunjukkan arah yang beragam; indeks futures di bursa Wall Street terpantau melemah, sedangkan indeks-indeks di bursa Eropa dibuka dengan penguatan, menggambarkan kompleksitas iklim investasi global.
Secara teknikal, Alrich mengamati adanya sinyal tekanan jual yang terlihat dari pembentukan histogram negatif pada indikator MACD yang masih berlanjut, serta terbentuknya long upper shadow pada grafik IHSG. Berdasarkan indikator-indikator ini, ia memproyeksikan IHSG berpotensi melemah dengan level support di 7.900 dan resistance di 8.020 untuk perdagangan berikutnya.
Senada, Herditya juga memperkirakan IHSG masih rawan terkoreksi, dengan level support di 7.917 dan resistance di 7.977. Namun, ia tidak menutup kemungkinan adanya peluang penguatan, terutama jika IHSG berhasil menembus level resistance yang lebih kuat di 8.008-8.017.
Herditya memprediksi sentimen yang akan terus membayangi pergerakan IHSG ke depan meliputi fluktuasi nilai tukar rupiah terhadap dolar AS, serta dinamika iklim politik dalam negeri yang masih menunjukkan tensi yang cukup memanas.
Dari ranah global, Alrich menyebutkan pasar akan menantikan sejumlah data ekonomi penting. Jepang akan merilis data Consumer Confidence bulan Agustus 2025 yang diperkirakan turun tipis menjadi 33,5 dari 33,7 di bulan sebelumnya. Dari Jerman, data Retail Sales bulan Juli diperkirakan akan turun 0,4% secara bulanan (MoM) setelah sebelumnya naik 1% MoM di bulan Juni 2025. Jerman juga akan melaporkan data inflasi bulan Agustus 2025 yang diproyeksikan naik tipis menjadi 2,1% dari 2% di bulan sebelumnya.
Sementara itu, investor di Amerika Serikat akan mencermati angka indeks Core PCE Price bulan Juli 2025, yang diperkirakan stabil di level 0,3% MoM, sebagai indikator kunci inflasi.
IHSG Menguat 0,20% ke 7.952 pada Kamis (28/8/2025), BBTN, MDKA, ARTO Top Gainers LQ45
Mencermati sederet sentimen baik domestik maupun global tersebut, Alrich menyarankan investor untuk mencermati saham-saham seperti PT Bank Tabungan Negara Tbk (BBTN), PT Bank Central Asia Tbk (BBCA), PT Hartadinata Abadi Tbk (HRTA), PT Energi Mega Persada Tbk (ENRG), dan PT Alam Sutera Realty Tbk (ASRI).
Di sisi lain, rekomendasi saham dari Herditya jatuh pada PT Bank Negara Indonesia Tbk (BBNI) dengan level support Rp 4.530 dan resistance Rp 4.650, PT Panin Financial Tbk (PNLF) dengan support Rp 282 dan resistance Rp 290, serta PT Vale Indonesia Tbk (INCO) dengan support Rp 4.030 dan resistance Rp 4.520 per saham.
Ringkasan
IHSG ditutup menguat tipis 0,20% ke level 7.952, meskipun sempat menyentuh rekor tertinggi baru. Penguatan ini terjadi di tengah konsolidasi IHSG, didorong oleh sektor teknologi dan saham DCII. Analis memprediksi IHSG berpotensi melemah dengan level support di 7.900 dan resistance di 8.020, dipengaruhi oleh sentimen global dan domestik.
Analis merekomendasikan beberapa saham untuk dicermati, termasuk BBTN, BBCA, HRTA, ENRG, dan ASRI dari Phintraco Sekuritas. Sementara itu, Herditya dari MNC Sekuritas merekomendasikan BBNI, PNLF, dan INCO. Investor juga perlu mencermati data ekonomi dari Jepang, Jerman, dan Amerika Serikat.