PT Indonesia Infrastructure Finance (IIF) telah mengukuhkan posisinya sebagai tulang punggung pembiayaan proyek infrastruktur strategis di Indonesia. Hingga akhir tahun 2024, IIF sukses menyalurkan total pembiayaan mencapai Rp 42,5 triliun, sebuah capaian signifikan yang memperkuat kemitraan strategisnya dengan pemerintah dan sektor swasta. Dedikasi ini tidak hanya mendukung pembangunan berkelanjutan, tetapi juga menjadi pendorong utama percepatan pertumbuhan ekonomi nasional.
M. Ramadhan Harahap, Chief Investment Officer IIF yang akrab disapa Idhan, mengungkapkan komitmen jangka panjang perusahaannya. Sejak didirikan pada tahun 2010, IIF secara konsisten menjadi mitra terpercaya dalam mengatasi tantangan pendanaan proyek infrastruktur di tanah air. “Hingga akhir 2024, IIF telah berkontribusi menyalurkan sekitar Rp 42,5 triliun pembiayaan untuk lebih dari 150 proyek infrastruktur strategis,” papar Idhan dalam keterangan resmi di Jakarta, Sabtu, 23 Agustus 2025.
Dukungan finansial yang diberikan IIF merambah berbagai sektor vital. Mulai dari transportasi, energi, telekomunikasi, air bersih, hingga sektor-sektor prioritas lainnya, IIF memastikan ketersediaan dana untuk proyek-proyek yang berdampak luas bagi masyarakat dan negara. Capaian-capaian utama terkini menjadi bukti nyata kontribusi IIF.
Salah satu sorotan utama adalah investasi pada proyek energi terbarukan. Dengan kapasitas terpasang hampir 700 MWh per tahun, proyek-proyek ini mampu menerangi lebih dari 693 ribu rumah tangga dan berpotensi menghindari emisi Gas Rumah Kaca (GRK) sebesar 4,81 juta ton CO per tahun. Selain itu, tujuh proyek air minum telah berhasil menyediakan akses air bersih dan aman bagi lebih dari 6,7 juta orang, meningkatkan kualitas hidup secara signifikan. Tak ketinggalan, IIF juga berkontribusi pada pembangunan fasilitas medis berkapasitas lebih dari 1.000 tempat tidur yang melayani ratusan ribu pasien setiap tahun, serta pembangunan ratusan kilometer jalan tol strategis yang memperlancar konektivitas.
Idhan menegaskan bahwa momen perayaan 80 tahun Kemerdekaan Republik Indonesia merupakan waktu yang tepat untuk merefleksikan jejak panjang pembangunan negeri. Infrastruktur, menurutnya, adalah pilar yang telah mengubah wajah Indonesia, dari keterbatasan di awal kemerdekaan menjadi negara dengan konektivitas modern yang kian maju. HUT RI ke-80 bukan hanya titik refleksi, tetapi juga pijakan kokoh menuju visi besar Indonesia Emas 2045.
Dengan berpegang teguh pada prinsip-prinsip Environmental, Social, and Governance (ESG) dalam setiap pembiayaannya, IIF berkomitmen untuk terus menjadi mitra strategis yang tak tergantikan bagi pemerintah dan swasta dalam mewujudkan infrastruktur Indonesia yang berkelanjutan. Sejak Proklamasi 1945 hingga 2025, infrastruktur telah terbukti menjadi tulang punggung pertumbuhan ekonomi, pemerataan pembangunan, dan integrasi nasional.
Delapan dekade terakhir menandai transformasi luar biasa dalam pembangunan infrastruktur. Pada masa awal kemerdekaan, fokus utama adalah membangun fondasi dasar seperti jalan raya, jembatan, bendungan, dan sistem irigasi untuk menopang ketahanan pangan. Era Orde Baru kemudian membawa percepatan pembangunan jalan nasional, pembangkit listrik, dan penanda sejarah berupa peresmian jalan tol pertama, Jagorawi, pada tahun 1978.
Memasuki Era Reformasi, babak baru dibuka dengan semakin masifnya keterlibatan swasta melalui skema Kerja Sama Pemerintah dan Badan Usaha (KPBU), menjawab kebutuhan investasi yang terus meningkat. Dalam satu dekade terakhir, infrastruktur bahkan telah ditetapkan sebagai agenda prioritas nasional, yang membuahkan hasil signifikan.
Sepuluh tahun terakhir menjadi saksi bisu keberhasilan pemerintah dalam merealisasikan 2.103 km jalan tol, 40 bendungan, 27 bandara baru, serta berbagai proyek monumental lainnya seperti jalur kereta api modern dan pengembangan Ibu Kota Nusantara (IKN). Konektivitas antarwilayah pun diperkuat dengan pembangunan jalur-jalur strategis seperti Trans Papua, Trans Kalimantan, dan Trans Sumatera, yang dirancang untuk membuka akses dan menghubungkan wilayah-wilayah yang sebelumnya terisolasi.
Dampak pembangunan infrastruktur ini sangat nyata bagi ekonomi dan kesejahteraan masyarakat. Sektor konstruksi, misalnya, berhasil menyumbang 10,43 persen terhadap Produk Domestik Bruto (PDB) Indonesia pada triwulan IV tahun 2024, menjadikannya kontributor terbesar keempat. Selain itu, rasio elektrifikasi nasional meroket hingga mencapai 99,83 persen pada akhir 2024, memastikan hampir seluruh rumah tangga Indonesia menikmati akses listrik, yang mendorong pemerataan pembangunan dan peningkatan kualitas hidup.
BPS dan Bappenas juga mencatat bahwa capaian Indonesia pada indikator Sustainable Development Goals (SDGs) telah mencapai 62,5 persen, angka yang jauh di atas rata-rata global. Prestasi ini secara gamblang menegaskan betapa vitalnya peran sektor swasta dan lembaga pembiayaan infrastruktur seperti IIF dalam mendukung terwujudnya pembangunan berkelanjutan yang inklusif di Indonesia.
Pilihan Editor: Luruhnya Disiplin Fiskal Akibat Diskresi Presiden
Ringkasan
PT Indonesia Infrastructure Finance (IIF) telah menyalurkan pembiayaan sebesar Rp 42,5 triliun untuk proyek infrastruktur strategis di Indonesia hingga akhir tahun 2024. Pembiayaan ini mendukung berbagai sektor vital seperti transportasi, energi terbarukan, telekomunikasi, dan air bersih, berkontribusi pada pembangunan berkelanjutan dan pertumbuhan ekonomi nasional.
Investasi IIF di sektor energi terbarukan menghasilkan kapasitas terpasang hampir 700 MWh per tahun, menerangi lebih dari 693 ribu rumah tangga dan menghindari emisi GRK sebesar 4,81 juta ton CO per tahun. Selain itu, IIF juga mendukung penyediaan akses air bersih bagi lebih dari 6,7 juta orang, pembangunan fasilitas medis, dan pembangunan jalan tol strategis.