Francesco Bagnaia, pembalap andalan Ducati, kini tengah menjadi sorotan hangat setelah meraih hasil yang kurang memuaskan pada gelaran GP Austria akhir pekan lalu. Situasi ini semakin rumit mengingat ia harus menghadapi musim balap MotoGP 2025 yang berat, berduet dengan tandem yang sangat dominan, Marc Marquez, di tim pabrikan Ducati.
Sebagai rider utama di pasukan Borgo Panigale, Bagnaia (28 tahun) harus merasakan kepahitan lantaran sering kali harus mengakui keunggulan Marquez. Penampilan “Si Alien” setidaknya hingga GP Austria kemarin di Red Bull Ring, masih berada di atas Bagnaia, khususnya dalam perolehan hasil balapan. Sejauh ini, Marquez unggul telak dari Bagnaia dalam hal kemenangan Grand Prix, dengan sembilan kali memijakkan kaki di podium tertinggi. Sementara itu, murid kebanggaan Valentino Rossi tersebut, baru berhasil meraih satu kemenangan di balapan utama, yakni saat tampil di GP Americas.
Perbedaan performa mencolok antara Marquez dan Bagnaia ini secara langsung berimbas pada posisi mereka dalam tabel klasemen sementara pembalap MotoGP 2025. Pembalap berusia 32 tahun itu semakin kokoh berada di puncak klasemen, meninggalkan Bagnaia yang masih tertahan di peringkat ketiga dengan raihan 418 poin. Jarak poin antara kedua pembalap Ducati tersebut terpaut cukup lebar, mencapai 197 angka.
Dipuji Casey Stoner Tambah Bijaksana, Marc Marquez Dicap Sulit Dikalahkan Jelang MotoGP Hungaria 2025
Situasi sulit yang dialami Bagnaia musim ini turut memunculkan keprihatinan dari Luca Cadalora, sosok yang pernah menjadi pelatih Valentino Rossi. Pria yang telah dinobatkan sebagai legenda MotoGP itu melayangkan rasa empatinya kepada Bagnaia, memahami betul situasi pelik yang sedang ia derita. Rentetan hasil buruk dan nyaris selalu finis di belakang Marquez telah menghadirkan tekanan mental yang besar bagi pembalap asal Italia itu.
Beban Bagnaia kian berat mengingat ia menyandang status sebagai pembalap nomor satu di Ducati. Potensi kehilangan status prestisius tersebut pun terbuka lebar jika ia tidak mampu membendung keganasan Marquez di sisa balapan MotoGP 2025. Ketika Marquez berhasil meraih kemenangan pada sesi sprint dan balapan utama GP Austria, Bagnaia justru mengalami sebaliknya. Perjuangannya harus berakhir lebih dini pada sesi sprint race karena ia mengalami masalah teknis dengan motornya. Sedangkan saat balapan utama, Bagnaia yang start dari urutan ketiga, tepat di depan Marquez, gagal mempertahankan posisinya dan melorot sebelum finis di tempat kedelapan.
“Dia adalah acuan di Ducati, dan tiba-tiba Marquez datang, yang membuatnya tersingkir,” ujar Cadalora, seperti dilansir dari Motosan. Cadalora sendiri mengenang pengalamannya di mana ia juga pernah menghadapi situasi serupa sebagai pembalap utama di sebuah tim. Hadirnya Marquez ke Ducati seolah mengingatkan Cadalora saat ia datang dan menjadi rekan duet Wayne Rainey yang sudah menjadi pembalap utama Yamaha pada tahun 1993. Namun, alih-alih seperti Bagnaia saat ini, stimulus dari Cadalora justru membuat Rainey lebih berkembang dan menuntaskan musim terakhirnya itu sebagai runner-up kejuaraan.
Tidak heran, Cadalora pun mengerti dan memahami perasaan Bagnaia, bahwa tidaklah mudah mempertahankan motivasi saat rekan setimnya tampil jauh lebih moncer. “Mempertahankan motivasi dalam situasi seperti itu tidaklah mudah,” tutur Cadalora, menyiratkan tantangan besar yang kini dihadapi Bagnaia di MotoGP 2025.
Dipecundangi Marc Marquez Berulang Kali, Bencana bagi Francesco Bagnaia Hampir kejam
Ringkasan
Francesco Bagnaia, pembalap Ducati, sedang menjadi sorotan setelah hasil kurang memuaskan di GP Austria, apalagi dengan kedatangan Marc Marquez sebagai tandem di tim pabrikan Ducati pada MotoGP 2025. Penampilan Marquez sejauh ini unggul dari Bagnaia, terlihat dari kemenangan Grand Prix di mana Marquez jauh mengungguli Bagnaia. Hal ini berdampak pada posisi klasemen sementara, dengan Marquez memimpin dan Bagnaia tertahan di peringkat ketiga dengan selisih poin yang cukup besar.
Luca Cadalora, mantan pelatih Valentino Rossi, mengungkapkan empatinya terhadap Bagnaia yang tertekan secara mental karena hasil buruk dan sering finis di belakang Marquez. Cadalora memahami bahwa mempertahankan motivasi tidaklah mudah ketika rekan setim tampil lebih baik, apalagi dengan status Bagnaia sebagai pembalap nomor satu Ducati yang terancam oleh kedatangan Marquez.