IHSG Pasca Long Weekend HUT RI: Prediksi & Analisis Lengkap

Posted on

Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) mengakhiri perdagangan Jumat lalu dengan koreksi tipis 0,41%, berada di posisi 7.898,37. Meskipun demikian, selama sesi perdagangan tersebut, IHSG sempat menunjukkan kekuatannya dengan menembus level psikologis 8.000 dan mencapai puncak harian di 8.017,06. Secara kumulatif, dalam satu pekan terakhir, performa IHSG terbilang cemerlang, berhasil melonjak tajam 4,84%.

Kinerja positif IHSG di pekan lalu, menurut Tim Riset Korea Investment dan Sekuritas Indonesia (KISI), didorong oleh kombinasi beberapa faktor krusial. Salah satunya adalah kabar baik dari arena global, yaitu perpanjangan jeda tarif impor antara Amerika Serikat (AS) dan China selama 90 hari, yang berhasil meredakan ketegangan terkait perang dagang dan menyuntikkan optimisme ke pasar. Faktor pendorong kedua berasal dari data inflasi AS yang menunjukkan moderasi, memicu ekspektasi kuat di kalangan investor akan pemangkasan suku bunga The Fed. Tidak kalah penting, aliran dana asing yang signifikan kembali membanjiri pasar saham Indonesia. Sebuah survei dari Bank of America bahkan mengungkapkan bahwa 37% manajer investasi global kini mengalokasikan porsi lebih besar pada saham di pasar negara berkembang, termasuk Indonesia, yang turut menopang performa IHSG.

Melihat performa positif ini, pertanyaan besar pun muncul: bagaimana prediksi pergerakan IHSG setelah jeda libur panjang Hari Ulang Tahun ke-80 Republik Indonesia (HUT RI)? Investor tentu menantikan arah selanjutnya dari indeks acuan ini.

Disokong Emiten Konglomerasi, Bisakah IHSG Kembali Tembus Level 8.000?

Prediksi analis

Berikut adalah sejumlah prediksi pergerakan IHSG dari sejumlah analis:

1. Korea Investment dan Sekuritas Indonesia (KISI)

Tim Riset KISI memproyeksikan bahwa pergerakan IHSG pada pekan ini (19-22 Agustus) akan cenderung mixed, bergerak dalam rentang 7.725 hingga 8.150. Proyeksi ini didasarkan pada perpaduan faktor-faktor pendorong dari pasar global dan domestik. Di kancah global, bursa saham Amerika Serikat diperkirakan berpotensi melanjutkan tren penguatan, meskipun ruang konsolidasi tetap terbuka mengingat valuasi yang sudah tinggi. Perhatian utama investor global akan tertuju pada rilis risalah rapat FOMC (Federal Open Market Committee) pada 20 Agustus, yang diharapkan dapat memberikan sinyal lebih jelas mengenai besaran dan kemungkinan pemangkasan suku bunga The Fed di bulan September. Sementara itu, bursa saham Asia diprediksi bergerak mixed dengan kecenderungan positif, didorong oleh katalis data Consumer Price Index (CPI) Jepang dan keputusan Loan Prime Rate (LPR) China. KISI menambahkan, stimulus ekonomi China dan inflasi yang terkendali berpotensi mendorong kinerja sektor konsumsi, properti, dan ekspor, meskipun kekhawatiran geopolitik masih bisa menahan laju reli di beberapa pasar.

Penguatan IHSG Ditopang Saham Lapis Kedua, Intip yang Masih Menarik

Dari sisi domestik, IHSG diperkirakan akan cenderung berkonsolidasi setelah berhasil menembus level 8.000 secara intraday pada Jumat lalu. Katalis utama dari dalam negeri adalah keputusan suku bunga Bank Indonesia (BI) yang dijadwalkan pada 20 Agustus. BI diproyeksikan akan mempertahankan suku bunga di level 5,25% dengan nada yang cenderung dovish, demi mendukung pertumbuhan ekonomi dan penyaluran kredit. Sikap akomodatif Bank Indonesia, berlanjutnya arus dana asing, serta sentimen positif dari kebijakan China, diyakini berpotensi mengangkat sektor konsumer, teknologi, dan transportasi. Namun, KISI juga mengingatkan bahwa sektor perbankan akan lebih sensitif terhadap sinyal likuiditas dan stabilitas nilai tukar rupiah.

2. Kiwoom Sekuritas Indonesia

Oktavianus Audi, VP Equity Retail Kiwoom Sekuritas Indonesia, turut menganalisis pergerakan IHSG pasca-perayaan Hari Ulang Tahun Kemerdekaan RI. Ia memprediksi bahwa dalam sepekan ke depan, IHSG masih akan menunjukkan penguatan, meskipun terbatas, bergerak dalam rentang level support 7.670 dan resistance 8.225. Menurutnya, indikator MACD (Moving Average Convergence Divergence) mengindikasikan tren positif, kendati RSI (Relative Strength Index) telah menunjukkan kondisi jenuh beli.

Audi mengidentifikasi beberapa faktor utama yang menjadi pendorong kinerja IHSG belakangan ini. Ini meliputi kenaikan signifikan pada sektor teknologi, tercapainya kesepakatan penundaan tarif antara China dan AS selama 90 hari ke depan, serta arus dana asing yang masif, mencapai Rp 6,68 triliun dalam seluruh aktivitas perdagangan. Selain itu, ia juga mencatat adanya kembali akumulasi pada sahamsaham perbankan berkapitalisasi besar (big banks).

Untuk sepekan mendatang, Audi menyoroti beberapa sentimen yang berpotensi memengaruhi IHSG. Pasar akan sangat menantikan sikap Bank Indonesia (BI), terutama pasca-gencatan tarif antara AS dan China. Lebih lanjut, pergerakan harga komoditas juga diperkirakan akan memainkan peran dalam pergerakan saham jangka pendek. Sebagai contoh, penguatan tren harga CPO (Crude Palm Oil) dapat memberikan dampak positif pada kinerja emiten sektor agrikultur.

Tonton: IHSG All Time High, Harapan di Saham Konglomerat

3. Kanaka Hita Solvera

Mengutip Kompas.com, Daniel Agustinus, Direktur Kanaka Hita Solvera, memiliki pandangan optimis terhadap IHSG. Ia memperkirakan bahwa indeks ini masih berpeluang menguat hingga akhir tahun 2025. Namun, Daniel juga mewaspadai potensi koreksi jangka pendek yang bisa terjadi pada periode September–Oktober, dengan proyeksi rentang di kisaran 7.400–7.650.

Hingga akhir tahun, Daniel melihat sektor infrastruktur, energi, dan basic materials masih menjanjikan peluang positif. Penguatan ini, menurutnya, akan banyak didorong oleh kinerja emiten konglomerasi, khususnya dari Grup PP, yang masih memiliki potensi penguatan signifikan. Untuk investor, Daniel menyarankan untuk mencermati saham PT Barito Renewables Energy Tbk (BREN), dengan target harga yang menarik di Rp 10.000 per saham.

Ringkasan

IHSG ditutup Jumat lalu dengan koreksi tipis 0,41% di posisi 7.898,37, meskipun sempat menembus level 8.000. Kenaikan IHSG pekan lalu didorong oleh faktor global seperti perpanjangan jeda tarif impor AS-China, moderasi inflasi AS, dan aliran dana asing yang signifikan ke pasar saham Indonesia.

Prediksi pergerakan IHSG pasca libur panjang beragam. KISI memproyeksikan IHSG bergerak dalam rentang 7.725-8.150, dipengaruhi oleh kebijakan suku bunga The Fed dan Bank Indonesia. Kiwoom Sekuritas memprediksi penguatan terbatas di rentang 7.670-8.225, sedangkan Kanaka Hita Solvera optimis IHSG akan menguat hingga akhir 2025, meski memprediksi koreksi jangka pendek di September-Oktober.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *