
mellydia.co.id JAKARTA. Emiten pengelola restoran KFC Indonesia, PT Fast Food Indonesia Tbk (FAST), akan semakin agresif dalam menambah jumlah gerai.
Analis Samuel Sekuritas Indonesia Jonathan Guyadi mengatakan bahwa FAST ke depan menargetkan pertumbuhan kinerja jangka menengah hingga panjang melalui optimalisasi gerai dan ekspansi jaringan yang terarah.
Strategi ini mencakup pembukaan dan relokasi gerai ke wilayah yang masih kurang terpenetrasi, seperti kota-kota sekunder dan pulau-pulau hub, mengingat sekitar 70% gerai Quick Service Restaurant (QSR) saat ini masih terkonsentrasi di kota tier satu.
“FAST menargetkan pembukaan 50 gerai hingga 70 gerai bersih per tahun dengan sasaran pengoperasian sekitar 1.000 gerai pada tahun 2030,” tulis Jonathan dalam risetnya yang dipublikasikan Jumat (5/12/2025).
Kinerja Masih Merugi, Pengelola Gerai KFC (FAST) Tutup 19 Gerai dan PHK 400 Karyawan
Jika berhasil dieksekusi, strategi ini diperkirakan mendorong Compound Annual Growth Rate (CAGR) pendapatan 2026–2030 sebesar 11%, ditopang oleh peningkatan produktivitas gerai dan pertumbuhan penjualan same store (SSSG) yang berkelanjutan sekitar 2%.
Dari sisi profitabilitas, margin EBIT diperkirakan pulih ke kisaran 4% pada 2030 atau kembali ke level sebelum pandemi. Perbaikan ini didorong oleh meredanya tekanan biaya operasional, peningkatan efisiensi di tingkat gerai, serta langkah relokasi gerai yang lebih strategis.
Seiring dengan membaiknya struktur biaya dan operasional tersebut, FAST diproyeksikan kembali mencatatkan laba bersih positif mulai tahun 2027. Dalam periode tiga tahun ke depan, laba bersih perusahaan diperkirakan tumbuh dengan CAGR sebesar 41,3% hingga mencapai sekitar Rp 302 miliar pada tahun 2030.
Selain fokus pada pemulihan kinerja inti, FAST juga mulai merambah bisnis perunggasan terintegrasi melalui entitas anak usaha. Langkah ini dinilai strategis karena berpotensi menciptakan sumber pendapatan baru sekaligus mengamankan pasokan broiler untuk kebutuhan internal perusahaan.
Dengan terjaminnya pasokan bahan baku utama, FAST diproyeksikan mampu menekan biaya input sekitar 8%–13%, sehingga menopang ketahanan margin operasional dalam jangka panjang.
Bisnis perunggasan terintegrasi tersebut diperkirakan mulai beroperasi secara komersial pada 2027. Dari lini usaha baru ini, FAST berpotensi membukukan tambahan pendapatan sekitar Rp 853 miliar.
Raup Rp54,44 Miliar, Pengelola KFC Lepas 15% Fast Food Indonesiaa (FAST)
Dalam jangka menengah, pendapatan dari segmen perunggasan diproyeksikan tumbuh dengan laju CAGR sekitar 5,2% pada periode tahun 2027–2032, seiring peningkatan kapasitas produksi dan permintaan yang solid.
Senada, Equity Research Kiwoom Sekuritas Indonesia, Abdul Azis Setyo Wibowo, menerangkan aksi ekspansi ini bisa jadi usaha perbaikan kinerja jangka panjang mengingat dengan ekspansi tersebut bisa memperkuat pangsa pasar FAST.
Tetapi pembukaan gerai baru juga bisa berdampak negatif dalam jangka pendek karena akan menaikkan beban gaji pegawai sehingga dapat menekan bottom line.
“Di sisi lain, tantangan dari sisi daya beli yang masih menghantui FAST juga masih berpotensi menekan dari sisi top line,” ujar Azis kepada Kontan, Rabu (24/12/2025).
Rekomendasi Saham
Berdasarkan prospek pemulihan kinerja dan potensi peningkatan valuasi, Samuel Sekuritas merekomendasikan speculative buy untuk saham FAST. Target harga ditetapkan sebesar Rp 1.000 per saham, yang mencerminkan potensi kenaikan sekitar 98% dari posisi saat ini.
Selain itu, dengan asumsi peningkatan kapitalisasi pasar yang disesuaikan menjadi Rp 4,6 triliun atau setara Rp 4.800 per saham, FAST berpotensi memenuhi kriteria untuk masuk ke dalam MSCI Small Cap Index.
FAST Chart by TradingView
Kendati dinilai prospektif, ada risiko utama yang bakal membayangi kinerja perusahaan, antara lain pelemahan daya beli masyarakat, meningkatnya isu geopolitik, hingga fluktuasi harga bahan baku.
Sementara itu, Azis saat ini menyarankan wait and see saham FAST karena pergerakan harga sahamnya masih dalam kecenderungan downtrend.



