mellydia.co.id JAKARTA. Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) berhasil mencatatkan penguatan tipis selama sepekan terakhir, yang berakhir pada Jumat (21/11/2025). Penguatan ini terjadi di tengah pasar global dan regional yang bergejolak.
Pada penutupan perdagangan Jumat, IHSG berada di level 8.414,35, naik tipis 16,21 poin atau setara dengan 0,19% dalam sepekan. Meskipun demikian, pada hari itu sendiri, IHSG mengalami penurunan tipis sebesar 5,57 poin atau 0,066%.
Kenaikan mingguan ini patut diapresiasi, mengingat indeks sempat mengalami fluktuasi yang dipengaruhi oleh berbagai sentimen eksternal yang datang silih berganti.
Reza Diofanda, Analis Teknikal BRI Danareksa Sekuritas, mengungkapkan bahwa penguatan IHSG ini didorong oleh katalis positif dari global.
“Meskipun volatilitas pasar meningkat, IHSG tetap mampu menunjukkan penguatan. Salah satu sentimen positifnya adalah berakhirnya *government shutdown* di Amerika Serikat, yang secara signifikan mengurangi risiko di pasar global,” jelas Reza kepada Kontan pada hari Jumat.
IHSG Ditutup di Zona Merah Akhir Pekan Ini, Cermati Sentimennya!
Namun, pergerakan pasar juga sempat tertekan oleh meningkatnya tensi geopolitik di kawasan Asia. Reza menyoroti ketegangan antara Cina dan Jepang yang sempat menyeret turun indeks-indeks di Asia, termasuk IHSG. “Ketegangan tersebut menyebabkan pasar regional bergerak melemah dalam beberapa sesi perdagangan,” imbuhnya.
Selain itu, data ketenagakerjaan Amerika Serikat yang kurang menggembirakan turut memicu ekspektasi pasar terhadap potensi pelonggaran kebijakan moneter. Akan tetapi, prospek kebijakan The Fed yang masih cenderung *hawkish* membuat pergerakan pasar menjadi campur aduk atau *mixed*.
Dari dalam negeri, IHSG mendapatkan sokongan kuat dari saham-saham sektor perbankan dan konglomerasi. Reza menjelaskan bahwa penguatan ini terutama dipicu oleh keputusan Bank Indonesia (BI) untuk mempertahankan BI Rate pada level 4,75%.
“Keputusan BI untuk menahan suku bunga memberikan sentimen positif bagi pasar. Investor melihat stabilitas kebijakan moneter sebagai fondasi yang kokoh bagi kinerja sektor keuangan,” ujar Reza.
Tambahan likuiditas dari kebijakan BI juga menjadi katalis yang signifikan. Bank sentral mengumumkan suntikan likuiditas makroprudensial sebesar Rp400 triliun, yang diperkirakan akan memperkuat prospek penyaluran kredit perbankan di masa mendatang.
IHSG Menguat Tipis 0,19% ke 8.414 Sepekan Terakhir, Ini Kata Analis
Menurut Reza, kebijakan ini memberikan dorongan langsung pada emiten-emiten *big-cap* yang sensitif terhadap kondisi likuiditas di pasar.
Di tengah tekanan terhadap nilai tukar rupiah terhadap dolar AS, stabilitas IHSG dinilai masih cukup terjaga. Aksi korporasi yang dilakukan oleh beberapa emiten besar juga memberikan dukungan tambahan bagi pergerakan IHSG sepanjang pekan.
Dengan kombinasi sentimen positif dari global dan domestik, IHSG mampu bertahan di zona hijau meskipun dengan penguatan yang terbatas. Reza menilai bahwa ketahanan indeks ini mencerminkan sikap investor yang tetap selektif, namun tetap melihat peluang investasi di saham-saham dengan fundamental yang kuat.
“Secara keseluruhan, pergerakan IHSG pada pekan ini menunjukkan stabilitas yang baik, meskipun volatilitas pasar sedang tinggi,” pungkasnya.
Ringkasan
IHSG mencatatkan penguatan tipis selama sepekan terakhir, berakhir pada level 8.414,35, naik 0,19%. Penguatan ini didorong oleh sentimen positif global seperti berakhirnya government shutdown di AS, namun sempat tertekan oleh meningkatnya tensi geopolitik di Asia dan data ketenagakerjaan AS yang kurang menggembirakan.
Dari dalam negeri, keputusan Bank Indonesia untuk mempertahankan BI Rate dan suntikan likuiditas makroprudensial memberikan dukungan kuat pada IHSG, terutama pada saham-saham sektor perbankan dan konglomerasi. Stabilitas IHSG dinilai terjaga di tengah tekanan terhadap nilai tukar rupiah, mencerminkan sikap investor yang selektif terhadap saham dengan fundamental yang kuat.



