Koperasi Merah Putih Habis Rp 1,6 M, Anggota Dewan Sebut Kemewahan

Posted on

ANGGOTA Komisi VI DPR RI, Zulfikar Hamonangan, melayangkan kritik tajam terhadap alokasi anggaran sebesar Rp 1,6 miliar untuk pembangunan satu unit gerai Koperasi Desa Merah Putih. Menurutnya, biaya tersebut dinilai terlalu besar dan tidak proporsional untuk sebuah proyek di tingkat desa, apalagi mengingat entitas yang dibangun adalah koperasi. “Ini bagus, namun terasa terlalu mewah untuk standar pedesaan, terutama bila kita berbicara mengenai sebuah koperasi,” ujar Zulfikar dalam rapat kerja dengan Kementerian Koperasi dan PT Agrinas Pangan Nusantara (Persero) pada Selasa, 18 November 2025.

Kritik dari Zulfikar muncul setelah mendengarkan presentasi dari Direktur Utama Agrinas Pangan, Joao Angelo De Sousa. Joao menjelaskan bahwa biaya pembangunan gerai koperasi sebesar Rp 1,6 miliar tersebut didasarkan pada asumsi anggaran Rp 2,9 juta per meter persegi. Setiap bangunan Koperasi Merah Putih direncanakan memiliki luas 20 x 30 meter. Fasilitas yang akan melengkapi bangunan ini meliputi gerai toko berukuran 6 x 17 meter, klinik desa 3,5 x 20 meter, serta gudang khusus pupuk seluas 4 x 6 meter. Tak hanya itu, Agrinas Pangan juga mendesain ruang penyimpanan khusus untuk elpiji subsidi, menunjukkan kelengkapan fungsional gerai tersebut.

Menanggapi paparan tersebut, Zulfikar Hamonangan menyarankan agar Agrinas Pangan Nusantara dapat menekan biaya pembangunan secara signifikan. Ia mengusulkan anggaran Rp 500 juta sebagai alternatif yang lebih realistis dibandingkan Rp 1,6 miliar. Zulfikar optimistis bahwa dengan alokasi Rp 500 juta, Agrinas Pangan tetap mampu membangun gerai yang maksimal namun dengan konsep yang lebih minimalis dan tepat guna untuk kebutuhan desa.

Sebagai informasi, Agrinas Pangan Nusantara adalah Badan Usaha Milik Negara (BUMN) di sektor pangan yang menerima mandat dari pemerintah untuk melaksanakan pembangunan fisik gerai dan pergudangan Koperasi Desa Merah Putih. Joao De Sousa memaparkan bahwa Agrinas Pangan turut bertanggung jawab dalam merancang desain gerai koperasi dan mengajukannya kepada Kementerian Koperasi. “Kami ditunjuk mungkin karena desain yang kami ajukan dinilai cocok, serta sesuai dengan ekspektasi waktu dan biaya yang diharapkan,” jelas Joao, memaparkan alasan di balik penunjukan perusahaannya.

Dalam menjalankan proyek vital ini, Agrinas Pangan akan bermitra dengan Tentara Nasional Indonesia (TNI). Kolaborasi ini mencakup berbagai aspek pembangunan gerai Koperasi Merah Putih, mulai dari survei atau validasi lokasi, sosialisasi untuk mempercepat proses pembangunan, bantuan langsung dalam konstruksi, hingga penyediaan mandor, tenaga pertukangan, dan pemasok bahan bangunan. Joao juga menekankan komitmen perusahaan untuk melibatkan tenaga kerja lokal dan memastikan bahwa material konstruksi dipasok dari pedagang dan pemasok lokal, bukan dari toko atau distributor besar, demi memberdayakan ekonomi masyarakat sekitar.

Ringkasan

Anggota Komisi VI DPR RI, Zulfikar Hamonangan, mengkritik alokasi anggaran Rp 1,6 miliar untuk pembangunan satu unit gerai Koperasi Desa Merah Putih. Ia menilai biaya tersebut terlalu mewah untuk standar pedesaan dan tidak proporsional untuk sebuah koperasi. Zulfikar menyarankan Agrinas Pangan Nusantara menekan biaya pembangunan secara signifikan.

Menurut penjelasan Direktur Utama Agrinas Pangan, biaya tersebut berdasarkan asumsi anggaran Rp 2,9 juta per meter persegi, dengan luas bangunan 20 x 30 meter. Agrinas Pangan Nusantara, BUMN di sektor pangan, bermitra dengan TNI dalam pembangunan gerai, mulai dari survei lokasi hingga penyediaan tenaga kerja dan material lokal.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *