
mellydia.co.id JAKARTA – Kinerja PT Medco Energi Internasional Tbk (MEDC) menunjukkan hasil yang kurang memuaskan hingga kuartal III-2025.
Penurunan performa Medco Energi ini tidak hanya dipicu oleh volatilitas harga minyak dan gas (migas) dunia yang bergejolak, tetapi juga diperparah oleh tekanan dari kinerja negatif salah satu anak usahanya, PT Amman Mineral Internasional Tbk (AMMN).
Secara lebih rinci, laba bersih MEDC tercatat mengalami penurunan signifikan sebesar 69% secara tahunan (year on year/yoy), hanya mencapai US$ 86 juta pada akhir kuartal III-2025.
Angka ini sangat dipengaruhi oleh kontribusi negatif dari AMMN yang mencatat rugi bersih US$ 37 juta pada periode yang sama. Selain itu, harga minyak yang lebih rendah di pasar global serta pengeluaran eksplorasi dry hole turut menjadi faktor penyebab.
Kerugian yang diderita AMMN disebabkan oleh berbagai tantangan, termasuk upaya peningkatan kapasitas smelter yang belum optimal dan adanya larangan ekspor konsentrat sejak awal tahun. Sebagai informasi, Medco Energi (MEDC) memiliki 20,92% saham di Amman Mineral (AMMN).
Medco Energi Internasional (MEDC) Catat Penurunan Emisi Karbon Lebih Cepat
Dari sisi pendapatan, MEDC juga mengalami koreksi. Pendapatan perusahaan terkikis 1,12% (yoy) menjadi US$ 1,76 miliar hingga kuartal III-2025.
Dalam aspek operasional, produksi migas MEDC tercatat sebanyak 150 mboepd per kuartal III-2025, sedikit lebih rendah dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya. Hal ini disebabkan oleh melemahnya permintaan gas dari Singapura dan adanya perawatan terencana di fasilitas Senoro. Komposisi produksi migas MEDC terdiri dari 28% minyak dan 72% gas.
Namun, ada kabar baik dari sektor ketenagalistrikan. Melalui PT Medco Power Indonesia, MEDC berhasil menghasilkan penjualan listrik sebesar 3.188 GWh pada kuartal III-2025, menunjukkan pertumbuhan solid 8% (yoy). Menariknya, 25% dari total penjualan listrik ini berasal dari sumber energi terbarukan.
Untuk mendukung strategi jangka panjang, MEDC telah merealisasikan belanja modal (capital expenditure/capex) sebesar US$ 297 juta. Dana ini dialokasikan untuk proyek pengeboran di Oman Blok 60, South Natuna Sea Blok B, dan Corridor, serta untuk penyelesaian proyek energi terbarukan seperti Ijen Geothermal Fase 1 dan East Bali Solar PV.
Meskipun menghadapi penurunan kinerja keuangan, Direktur Utama MEDC Hilmi Panigoro tetap menunjukkan keyakinan tinggi terhadap potensi perusahaan. “Kepercayaan kami terhadap nilai inti bisnis kami tercermin dari program pembelian kembali saham dan peningkatan pembayaran dividen,” ungkapnya dalam keterangan resmi akhir Oktober lalu.
Sebagai langkah strategis, program buyback saham telah diluncurkan MEDC sejak April 2025. Hingga saat ini, perusahaan telah berhasil membeli kembali sekitar 455 juta saham, sebuah tindakan yang seringkali memberikan sinyal positif kepada pasar.
Hadapi Tantangan Energi Global, MedcoEnergi Perkuat Portofolio Bisnis Berkelanjutan
Selain itu, MEDC juga menyetujui pembagian dividen interim sebesar US$ 42 juta, atau setara dengan Rp28,3 per saham untuk tahun buku 2025. Dengan keputusan ini, total dividen tahun kalender mencapai Rp53,3 per saham, yang berarti kenaikan 18% dibandingkan tahun sebelumnya.
Menanggapi situasi ini, Investment Analyst Infovesta Utama, Ekky Topan, menilai bahwa kinerja MEDC sejatinya masih memiliki potensi untuk membaik. Pandangan ini didukung oleh produksi migas yang tetap tinggi, bahkan pada kuartal III-2025 lalu telah mencapai 163 mboepd, tumbuh 14% secara kuartalan, dengan laju produksi bulan September sekitar 174 mboepd.
Selain itu, diversifikasi bisnis diharapkan akan menjadi penopang utama kinerja MEDC. Emiten ini telah gencar memperluas segmen ketenagalistrikan melalui pengembangan energi panas bumi dan surya di bawah Medco Power. Akuisisi aset Production Sharing Contract (PSC) baru seperti Blok Corridor dan Sakakemang, yang dikenal memiliki biaya produksi lebih rendah, turut memperkuat posisi strategis Medco Energi.
“Dengan cash cost yang relatif efisien, MEDC memiliki fundamental operasional yang solid untuk bertahan di tengah fluktuasi harga minyak global,” ujar Ekky pada Senin (10/11/2025).
Meski demikian, Ekky juga mengingatkan bahwa selama operasional smelter AMMN belum mencapai titik optimal, hal tersebut akan terus menjadi pemberat bagi kinerja MEDC dalam beberapa waktu mendatang. Pasalnya, kendala yang menimpa AMMN akan menjadi beban kerugian yang signifikan dari lini bisnis non-inti Medco Energi.
Ditambah lagi, MEDC tetap harus menghadapi serangkaian risiko jangka pendek seperti volatilitas harga minyak, dinamika permintaan ekspor gas, serta beban utang dan kebutuhan belanja modal (capex) yang besar.
Lebih lanjut, Ekky Topan menyoroti keputusan MEDC yang tetap membagikan dividen interim di tengah penurunan laba bersih sebagai cerminan komitmen emiten. Hal ini menunjukkan keinginan MEDC untuk mempertahankan reputasi dan konsistensi pembagian hasil keuntungan kepada para pemegang sahamnya.
Dari sisi investasi, saham MEDC masih dianggap layak dipertimbangkan untuk jangka panjang. Prospek produksi migas yang solid dan diversifikasi bisnis ke energi terbarukan diprediksi akan mengisi ruang pertumbuhan yang menjanjikan di masa depan.
“Namun, bagi investor jangka pendek, momentum teknikal tetap menjadi faktor krusial yang perlu diperhatikan sebelum melakukan entri kembali,” imbuh Ekky.
Menurut analisis Ekky, jika saham MEDC berhasil berbalik arah dan menembus tren bullish, terdapat potensi penguatan jangka menengah yang menargetkan kisaran harga Rp1.650 hingga Rp1.700 per saham.
Ringkasan
Kinerja PT Medco Energi Internasional Tbk (MEDC) mengalami penurunan hingga kuartal III-2025, dengan laba bersih anjlok 69% (yoy) menjadi US$ 86 juta. Penurunan ini dipengaruhi oleh volatilitas harga migas, kerugian dari PT Amman Mineral Internasional Tbk (AMMN), serta harga minyak global yang lebih rendah. Meskipun pendapatan terkikis 1,12% (yoy), penjualan listrik dari Medco Power Indonesia meningkat 8% (yoy), dengan 25% berasal dari energi terbarukan.
MEDC telah melakukan buyback saham dan pembagian dividen interim sebagai langkah strategis. Analis menilai kinerja MEDC masih berpotensi membaik dengan produksi migas yang tinggi dan diversifikasi ke energi terbarukan. Namun, kinerja AMMN yang belum optimal serta risiko volatilitas harga minyak dan beban utang tetap menjadi tantangan. Saham MEDC dianggap layak dipertimbangkan untuk investasi jangka panjang jika berhasil menembus tren bullish.



