Sanksi FIFA Mengintai: Malaysia Tak Belajar dari Skandal 31 Tahun?

Posted on

mellydia.co.id Pakar sepak bola asal Inggris, Steve Darby, dengan tegas menyatakan bahwa sepak bola Malaysia tampaknya belum memetik pelajaran berharga dari kesalahan fatal di masa lalu, khususnya skandal pada tahun 1994. Pernyataan ini muncul di tengah krisis yang melanda sepak bola Malaysia akibat sanksi keras dari FIFA terkait kasus pemalsuan dokumen.

Federasi Sepak Bola Internasional (FIFA) telah menjatuhkan denda signifikan kepada Asosiasi Sepak Bola Malaysia (FAM) dan memberikan hukuman larangan beraktivitas di dunia sepak bola selama 12 bulan kepada tujuh pemain naturalisasi Timnas Malaysia. Sanksi ini diberlakukan setelah FIFA menemukan bahwa FAM terbukti telah menyerahkan dokumen palsu dalam upaya mendaftarkan para pemain tersebut. Banding yang diajukan oleh FAM dan ketujuh pemain sebelumnya juga telah ditolak mentah-mentah oleh FIFA.

Menanggapi keputusan tersebut, FAM kini berencana membawa kasus ini ke Pengadilan Arbitrase Olahraga (CAS). Namun, menurut pandangan Steve Darby, yang pernah berkarier sebagai pelatih di Malaysia, FAM dihadapkan pada pilihan yang sangat terbatas. Mereka harus mampu menunjukkan bukti kuat yang tak terbantahkan bahwa ketujuh pemain yang terlibat memang memiliki garis keturunan Malaysia yang sah.

“Saya kira FIFA tidak punya pilihan lain setelah mereka memiliki bukti resmi mengenai tempat kelahiran kakek-nenek tersebut,” ujar Darby kepada Timesport. Ia menambahkan, “Namun, saya tidak percaya ada yang mengira tujuh pemain sekaligus yang lolos tidak akan menimbulkan kecurigaan. Terutama ketika hal itu memungkinkan pertandingan dimenangkan melawan rival besar (mengalahkan Vietnam 4-0 di Kualifikasi Piala Asia).” Kata-kata Darby ini menggarisbawahi kejanggalan dalam proses tersebut.

Krisis pemalsuan dokumen ini, bagi Darby, bukan sekadar insiden terpisah. Ia dengan getir membandingkannya dengan skandal pengaturan pertandingan yang mengguncang sepak bola Malaysia pada tahun 1994. Skandal tersebut melibatkan lebih dari 100 pemain dan pelatih, mengakibatkan 58 pemain dilarang bermain selama empat tahun, dan beberapa lainnya bahkan dilarang seumur hidup. Dampaknya sangat merusak, menghancurkan kepercayaan publik dan kredibilitas sepak bola Malaysia hingga ke akar-akarnya.

Kontrak Gabriel Palmero Diputus Klub, Pakar Malaysia Ungkap Pihak yang Wajib Tanggung Jawab

Darby meyakini bahwa akar masalah dari kedua kasus, baik pengaturan pertandingan maupun pemalsuan dokumen naturalisasi, terletak pada kegagalan sistemik, tata kelola yang lemah, dan garis moral yang kabur di dalam tubuh organisasi sepak bola Malaysia. “Saya merasa kasihan pada para pemain. Sama seperti dalam kasus pengaturan skor, mereka adalah sasaran empuk,” ungkapnya prihatin.

Ia menekankan bahwa penyelidikan seharusnya tidak hanya berhenti pada para pemain. “Penyelidikan harus mencari siapa otak di balik ide pemalsuan dan siapa yang memungkinkannya terjadi. Sama seperti pengaturan skor, seringkali para pemain utama lolos dari jeratan hukum yang sebenarnya.” Darby menegaskan pentingnya menindak dalang di balik semua skandal ini.

Tidak mengherankan bagi Darby ketika FIFA menyatakan bahwa tindakan FAM telah membahayakan hakikat sepak bola sebagai aktivitas yang didasarkan pada kejujuran dan transparansi. “Perilaku seperti itu mengikis kepercayaan terhadap keadilan kompetisi,” kata Darby, menyetujui pernyataan FIFA. Baginya, “Sepak bola harus melindungi integritasnya sebelum melindungi reputasinya, karena begitu para penggemar berhenti percaya, Anda sudah kalah.”

Darby menilai, kisah sepak bola Malaysia selalu diwarnai oleh potensi besar yang sayangnya sering dirusak oleh kesalahan administratif dan kurangnya perencanaan. Meskipun ia yakin Malaysia masih memiliki bakat melimpah dan sumber daya ekonomi yang kuat untuk menjadi yang terbaik di kawasan Asia Tenggara, potensi tersebut hanya akan terealisasi jika kualitas kepemimpinan dan perencanaan jangka panjang ditingkatkan secara signifikan.

Solusi Cerdas Pengacara Malaysia, 7 Pemain Keturunan Palsu Diminta Tinggal di Negeri Jiran Selama 5 Tahun: Biar Naturalisasinya Sah!

“Malaysia memiliki bakat dan kekuatan ekonomi, tetapi kualitas kepemimpinan dan perencanaan jangka panjang tidak ada,” pungkas Darby. “Skandal yang berbeda, cerita yang sama. Semoga kali ini Malaysia akhirnya belajar darinya.” Sebuah harapan yang tulus agar kesalahan masa lalu tidak terulang kembali dan sepak bola Malaysia dapat bangkit dengan integritas yang lebih kuat.

Ringkasan

Pakar sepak bola Steve Darby mengkritik sepak bola Malaysia yang dinilai belum belajar dari skandal masa lalu, khususnya kasus tahun 1994. Hal ini terkait sanksi FIFA akibat pemalsuan dokumen pemain naturalisasi Timnas Malaysia, di mana FAM didenda dan tujuh pemain dihukum larangan bermain selama 12 bulan. FAM berencana mengajukan banding ke CAS, tetapi Darby menekankan perlunya bukti kuat garis keturunan Malaysia dari para pemain.

Darby membandingkan kasus ini dengan skandal pengaturan skor tahun 1994, menyoroti kegagalan sistemik, tata kelola lemah, dan garis moral yang kabur dalam sepak bola Malaysia. Ia menekankan pentingnya penyelidikan untuk mengungkap dalang di balik pemalsuan dokumen dan perbaikan kepemimpinan serta perencanaan jangka panjang agar potensi sepak bola Malaysia tidak terhambat.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *